"Ini bahasa apa?" gefe mengamati tulisan yang sedikit memudar di atas kain yang membalut batu itu. Gefe tidak tau arti bahasanya namun ia sedikit merasa tidak asing dengan kata-kata yang terangkai dalam kalimat itu.
"Bahasa Italia!!" ucap gefe keras setelah sekitar 30 detik mengamati kalimat itu. Dengan cepat ia menghidupkan laptop nya dan menuju ke google translate. Dengan perlahan gefe mengetikkan kata-demi kata.
"un bastoncino di nicotina.
fratello ma mi sento un estraneo.
organizzazione sui fondali.
vecchia casa.
indovina chi sono?"
"sebatang nikotin.
saudara tapi terasa seperti orang asing.
organisasi di dasar laut.
rumah tua.
tebak siapa aku?"
Ucap gefe membaca hasil dari translate kalimat di laptop nya.
"Ini...teka teki?"
Gefe segera menutup laptop nya dan menyimpan kain itu di dalam tas nya, lalu pergi keluar dari kamar defan. Kaki gefe berlarian di dalam rumah megah itu hingga tepat di depan taksi yang tadi ia suruh tunggu, gefe masuk dan memberitahu tempat tujuan nya.
Di dalam perjalanan gefe terus berfikir tentang kalimat-kalimat yang tadi ia baca. Ini untuk yang kedua kalinya ia merasa seperti seseorang tengah mengamati atau membantu nya saat ini. Bahkan untuk flashdisk yang ia terima saja ia belum tahu harus ia apakan, kemudian sekarang di tambah teka-teki ini, hal ini semakin membuat gefe bingung.
"Udah sampe mbak" suara supir taksi menarik gefe keluar dari zona berpikirnya, setelah membayar, langsung saja gefe keluar dan menuju sebuah rumah tua. Itu.....rumah dimana gefe bangun untuk yang pertama kali nya di tubuh laura. Gefe merasa hanya di rumah ini lah ia bisa berpikir dengan tenang tanpa gangguan siapapun. Karna sudah yang ketiga kalinya menginjak kan kaki di rumah ini, jadi gefe tidak terlalu takut seperti yang sebelum-sebelum nya.
Saat masuk gefe langsung saja menuju kearah kamar di dalam rumah ini. Satu hal yang membuat gefe penasaran akan rumah ini. Keadaan di dalam rumah ini memang sedikit berantakan, tapi ia tidak melihat adanya sarang laba-laba atau pun tikus, dan kecoa. Rumah ini seperti sengaja tidak di bersihkan namun seperti masih di tinggali oleh seseorang. Alasan gefe berani memasuki rumah ini, karna pada saat bangun ia mendapati rubuh laura ada di sini. Jadi ia berpikir jika rumah ini bukan lah sesuatu yang asing bagi laura. Jadi sepertinya fine, fine
Saja.
"Hah..." gefe menghempaskan tubuh nya di atas kasur dengan helaan nafas panjang.
Di bukanya laptopnya yang masih memperlihatkan kalimat translate yang tadi ia kerjakan.
"Kayak nya nggak susah.." gumam gefe memandangi kalimat-kalimat itu.
"Saudara kandung tapi terasa seperti orang asing!.....Itu kayak merujuk ke hubungan laura sama keluarga nya, mungkin. Kain ini di kasi ke gue, ya nggak secara langsung kain ini di peruntukkan buat gue. Jadi mungkin teka-teki ini ada hubungan nya sama yang terjadi di keluarga laura. Tapi siapa yang selalu bantuin gue. Flashdisk yang waktu itu juga isinya kayak mau ngebantu gue banget. Ini orang kayak ngebuka satu persatu pintu buat gue tahu apa yang sebenar nya terjadi di keluarga ini. Tapi dia siapa? Kenapa nggak di aja yang langsung ngungkapin semua nya?. Kenapa harus di kasi tau ke gue?" ucap gefe sambil berkelana dalam pikiran nya
Ia kemudian kembali melihat kalimat di dalam laptop nya
"Rumah tua......hem....Rumah ini!!!????" kaget gefe seperti seseorang yang baru saja mendapatkan jawaban dari soalan yang paling sulit.
"Wahh wahh. Nggak susah-susah juga ternyata. Beneran kan yang gue jawab?" ucapnya bersemangat, namun di akhiri dengan keraguan di akhir kalimat nya.
"Bener sih, pasti bener. Gue mah pintar, nggak lola. Makanya gue cepet sukses. Sombong dulu nggak papa lah, nggak ada yang ngeliat juga" monolog gefe menyombongkan kan dirinya sendiri. Mungkin hanya kumpulan debu saja yang menjadi saksi bisu kesombongan nya saat ini.
Kembali gefe membaca kumpulan kalimat itu, namun ternyata hanya dua kalimat itu saja yang sepertinya ia ketahui artinya. Sedangkan tiga kalimat yang lainnya ia tidak tahu. Ketawa kan lah kesombongan nya yang ia pamerkan beberapa menit lalu.
"Hah...ini gue nggak tau, mungkin harus nyari tau dulu. Perlu waktu lama nggak ya?" ucap gefe kemudian setelah menyerah mencari arti dari tiga kalimat itu.
Gefe merebahkan tubuhnya dengan nyaman di atas kasur. Matanya menerawang memandangi langit-langit kamar itu yang cat nya sudah sedikit terkelupas. Bosan dengan pemandangan langit-langit kamar, gefe mengalihkan pengelihatan nya kearah lain. Matanya sedikit menyipit ketika melihat sesuatu di balik lemari baju. Gefe bangun dari posisi baring nya dan menuju kearah lemari baju itu. Gefe sedikit menggeser lemari itu yang tidak terlalu berat karna sudah sedikit lapuk.
"Lukisan.....abstrak?"
"Lukisan abstrak lagi?" ucap gefe sambil meraba permukaan dinding yang di lukis itu.
"Kenapa laura selalu berhubungan sama lukisan abstrak?. Hal biasa sih, kalo konteksnya nggak ada hal aneh yang terjadi sama keluarga ini. Tapi kalo dalam konteks sekarang, ini bukan lah sesuatu yang bisa gue bilang biasa-biasa aja. Siapa tau ada petunjuk dari lukisan-lukisan abstrak ini" lanjutnya lagi sambil mengamati lukisan itu dengan lekat.
Setelah bosan mengamati dan tidak mendapatkan apa-apa, gefe kembali berbaring di atas kasur dengan nyaman. Perlahan gefe memejamkan matanya, sore-sore seperti ini matanya memang sering terasa ngantuk.
Namun belum sempat ia terjun ke dunia mimpi, suara dering handphone mengagetkan nya. Ya kalian nggak salah baca. Itu suara dering handphone. Sontak gefe langsung beranjak dari posisinya dan berusaha mencari dari mana asal suara dering handphone itu. Setelah sedikit mencari dan mempertajam pendengaran nya gefe akhirnya bisa mengetahui arah suara itu. Suaranya tepat berada di balik lemari yang terdapat lukisan abstrak tadi.
Gefe berusaha mengambil benda pipih itu karena letaknya tepat di tengah-tengah belakang lemari itu. Sedikit berusaha, akhirnya tangan gefe berhasil meraih handphone itu
"Ini HP gue!!" ucap gefe sedikit berteriak. Ia sedikit terkejut dan juga senang. Di layar HP tertera nama "Bang Rio". Tanpa menunggu lagi gefe langsung mengangkat panggilan itu
"Halo!!! Lo dimana?" ucap rio di seberang sana dengan nada khawatir
"Ada. Gue" jawab gefe sedikit, aneh?
"Ada apanya si ra?? Lo dimana, gue tanya!!"
"Ck. Bentar lagi gue pulang. Kenapa sih?"
"Kalo mau keluar bilang-bilang, jangan main pergi aja. Bikin orang khawatir tau nggak"
"Lo ngawatirin apaan sih? Gue udah biasa sendiri!! Udah ah, ganggu aja"
Ck.ck. gefe, padahal kalau Rio tidak menelpon ia tidak akan menemukan hp nya
Tut..
Gefe mematikan panggilan secara sepihak, niat nya ia akan bermalam di rumah ini, tapi sepertinya tidak bisa. Ia lupa jika sekarang ada 'abang' nya yang sudah berubah dan pastinya menghawatirkan dirinya jika tidak pulang. Nggak mungkin kan gefe bilang kalau dia nginep di rumah temen?. Yang ada rio nya curiga, siapapun tau kalo selain kely, laura tidak punya teman lain.
"Pulang deh, takut kemalaman, di daerah sini nggak ada kendaraan umum kalo malam. Bisa ngojek sih ya. Hm....Pulang aja deh, besok juga sekolah, udah berapa hari gue bolos" monolog gefe sambil mengemasi barang nya dan berjalan keluar dari rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Transmigrasi [TAMAT]
Teen FictionGeferia Kesha Salavoka, gadis cantik berusia 25 tahun yang berhasil meraih kesuksesannya meski terbilang masih muda. Memiliki keluarga dan pasangan yang sangat menyayanginya membuat hidup Gefe terasa sempurna. Hidupnya tak pernah kekurangan sedikit...