Ekstra Part

52 0 0
                                    


Hembusan angin menyentuh rambut kusut Rio yang entah sudah sejak kapan tidak ia bersihkan. Semenjak kejadian waktu itu, Rio kehilangan semua semangat nya untuk hidup. Peristiwa itu terjadi sangat cepat dan tiba-tiba. Ketika Gefe yang ia sangka Laura waktu itu sudah mau menerima nya dan memaafkan nya, ia berfikir semua nya akan baik-baik saja, ia mengira bahwa awal baru yang baik akan terjadi, tapi ia salah, ternyata malapetaka itu terjadi. Peristiwa yang merenggut kebahagiaan nya untuk yang kedua kali nya. Sekarang ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi, ia merasa sangat bersalah karena hanya diri nya yang hidup dan bertahan, sedangkan semua keluarga nya telah tiada.

Rio menolehkan kepalanya kebawah. Tanah terlihat sangat jauh dari atas sini. Ya, karena sekarang ia berada di atas atap gedung setinggi 12 lantai.

"Apa lagi yang mau gue harapin? Hidup gue hancur. Kenapa kalian semua ninggalin gue? Kenapa?" ucap nya sendu dengan air mata membanjiri kedua pipi nya.

Rio terus terisak dengan tangan meremas dada nya kuat. Sakit. Ada sesuatu yang sangat sakit yang menekan dada nya. Rasa sakit yang sangat ingin segera ia akhiri, rasa sakit yang tidak sanggup lagi ia tahan, rasa sakit yang tidak sanggup ia tanggung sendiri.

"Gue mau nyusul kalian, gue mau ketemu ibu, gue mau ketemu lo Ra. Gue nggak sanggup sendirian di sini" Rio memejamkan mata nya dengan bulir air mata yang masih terus berjatuhan. Rio siap, ia siap dan akan melangkahkan kakinya menabrak angin bebas dan terjatuh dengan keras di bawah sana. Tekat nya bulat, sangat kuat dan tak terbantahkan.

Sret

Srret

Langkah kaki terdengar mendekati Rio.

"Lo nggak sendiri, Rio"

Deg

Mata Rio terbuka, ia menoleh dan mendapati seorang gadis dengan tongkat dan seorang laki-laki di samping gadis itu.

"Kely...." lirih Rio hampir tak terdengar.

"Lo apain sahabat gue kali ini hah?—" ucapan Kely terjeda karena isak tangis nya. Ia memandang sendu kearah Rio yang kini menatap nya dengan tatapan yang tak kalah terluka.

"Gue udah bilang jangan sentuh sahabat gue, hiks...hiks....gue udah bilang"

"Lo mau mati setelah bikin sahabat gue menderita? Lo nggak tau malu tau nggak, hiks, sini!"

Kely menarik leher baju Rio dan membuat ia menjauhi pinggiran atap, Kely memukul-mukul dada Rio dengan isak tangis yang sangat menyayat hati.

Rio yang mendengar tangisan Kely kembali merasakan sakit di dada nya, mereka berdua mengais bersama dengan rasa penyesalan yang berbeda. Kely menangis merasa bersalah  karena ia tidak ada di saat sahabat nya meninggal, baik dulu maupun sekarang. Ia telah mendengar semuanya dari Bara.

Ya, laki-laki yang bersama Kely tadi adalah Bara. Saat Gefe bermimpi sebelum peristiwa itu, ia sempat menelpon Bara, memberitahu laki-laki itu secara cepat bahwa ia melihat mimpi yang sangat mengerikan. Ia mengatakan jika keluarganya akan mati sore itu, karena khawatir, akhirnya Bara mengikuti Gefe kerumah tua itu setelah meminta alamat kepada Gefe.

Waktu itu kejadian nya sangat cepat, dan entah kenapa sinyal di tempat itu sangat jelek, seakan-akan ada sesuatu yang menggangu koneksi nya, oleh sebab itu ia tidak bisa menghubungi siapapun.

Bara bingung, dan pada saat semua nya terjadi ia hanya bisa menangis takut dan bersembunyi. Bahkan ia sempat pingsan dan baru bangun keesokan harinya. Pada saat terbangun, ia langsung tersadar apa yang harus ia lakukan. Ia pergi ke rumah sakit tempat Kely di rawat, dan secara ajaib juga pada saat itu Kely sudah bangun dari koma nya. Tepat setelah sahabat nya meninggal.

Bara menunggu keadaan Kely sedikit membaik untuk menceritakan semua yang ia tahu dan ia dengar. Ia juga mengawasi Rio setelah kejadian itu,karena ia tahu kejadian itu pasti sangat mengguncang mental nya. Melihat keluarga nya sendiri kehilangan nyawa di depan mata nya, itu sangat mengerikan.

Dan oleh sebab itulah mereka tahu jika Rio berada di atap gedung itu. Menangis dan berteriak pilu di atas ketinggian gedung 12 lantai itu.

"Hiks, hiks. Kalian semua jahat!! Apa salah Laura, apa? Hiks, dia nggak seharusnya ngerasain semua penderitaan itu, kenapa? KENAPA DIA HARUS LAHIR DI KELUARGA SAMPAH KAYAK KALIAN?!! KENAPA?? Hiks, hiks"

"Maafin gue, maaf" Rio hanya menunduk kan kepalanya tak sanggup melihat Kely.

Kely adalah satu-satunya orang yang selalu ada di samping Laura, di saat semua orang bahkan keluarga nya mencaci dia dan menjauhinya. Kely ada di sana, Kely selalu ada untuk Laura. Ia tidak peduli akan masalah hidupnya sendiri, ia juga sering di siksa oleh orang tua angkatnya, tapi Kely tidak pernah menceritakan nya kepada Laura. Karena ia tahu, ia tahu bahwa masalah Laura lebih berat dari diri nya. Ia tidak mau semakin membebankan sahabat nya. Ia sangat menyayangi Laura. Sangat. Ia sudah menganggap Laura seperti saudara nya sendiri.

Oleh sebab itu Rio merasa sangat bersalah kepada Kely. Ia merasa sangat, sangat bersalah.

"Maafin gue...."

"Kembaliin sahabat gue Rio, kembaliin sahabat gue....hiks, hiks"

"Udah Kel, lo udah nangis dari semalam. Mata lo bisa bengkak, Laura pasti nggak mau liat sahabatnya kayak gini, lo harus ikhlasin dia" ucap Bara mengelus bahu Kely untuk menenangkan gadis itu.

Hanya mendengar cerita nya saja reaksi gadis itu sudah seperti ini, Bara tidak bisa membayangkan akan seperti apa jadinya jika yang berada di sana pada saat itu Kely dan bukan diri nya. Ia yakin gadis ini bahkan tidak akan segan-segan mengorbankan diri nya.

"Lo harus kuat, demi Laura"

Kely menatap mata Bara, ia mengigit bibir nya berusaha untuk tidak menangis. Kely menganggukkan kepalanya dan kembali menatap Rio.

"Gue nggak pantas nerima permintaan maaf dari lo. Buktiin kalo lo memang ngerasa bersalah, dengan tindakan lo tadi secara nggak langsung lo mau melarikan diri dari rasa bersalah lo" Kely menjeda ucapan nya dan maju mendekati Rio, ia menekan-nekan dada Rio dengan jari telunjuk nya dan berkata

"Lo harus hidup Rio. Lo harus ngerasain perasaan bersalah dan rasa sakit itu seumur hidup lo. Lo harus tetap hidup supaya seenggaknya lo ngerasain sedikit dari rasa sakit yang selama ini sahabat gue rasain"

"Lo nggak boleh mati kecuali Tuhan sendiri yang ngijinin lo buat mati" tekan Kely dengan penuh amarah. Dari sorot mata nya sangat jelas ia begitu membenci laki-laki di depan nya ini.

"Tebus kesalahan lo dengan tetap hidup selama mungkin"

Love Story Transmigrasi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang