39

22 0 0
                                    


Alat monitor menunjukkan garis naik turun yang berarti seorang laki-laki remaja yang sedang berbaring lemah di atas bragkar saat ini masih menghembuskan nafasnya. Di sana sudah berdiri Edrick beserta dengan istri dan anak tirinya, ketiga nya melihat dengan raut bingung dan gusar pada sosok remaja yang kini tubuhnya  dipenuhi oleh perban.

"Aku tidak bisa diam saja seperti ini, sejak teror waktu itu keluarga kita tidak pernah tenang, pasti selalu saja ada masalah yang berdatangan" ucap Edrick dengan suara sedikit meninggi.

Mira dan Andre saling pandang beberapa saat lalu salah satu diantara mereka berbicara

"Kamu nggak sadar, semenjak Laura datang setelah menghilang berhari-hari waktu itu, di situlah semua keanehan ini terjadi" ucap Mira merangkul sebelah tangan Edrick.

"Aku bukan mau menuduh sembarangan, tapi kamu sendiri tau kan, Laura itu pembawa sial. Entah apa yang dia lakukan di luar sana waktu itu" lanjut Mira lagi menyampaikan argumen nya.

Rahang Edrick sedikit mengeras mendengar penuturan Mira

"Jika memang anak sialan itu yang menyebabkan semua ini, aku tidak akan pernah melepaskan nya" ucap nya dengan sorot mata memerah. Andre dan Mira hanya tersenyum tipis melihat Edrick yang lagi-lagi sangat mudah untuk di provokasi.

"Sudah seharusnya begitu" Mira tersenyum miring

"O, iya pa. Rio kemana?" tanya Andre tiba-tiba karena tidak melihat saudara dirinya itu.

"Ya, aku juga nggak ngeliat dia sejak pagi tadi" sahut Mira ikut menimpali ucapan anak nya.

Edrick memijit pelipisnya
"Telfon dia, kita belum mengabarinya"

Andre dengan segera mengambil handphone nya dan menghubungi nomor Rio, panggilan tersambung dan terputus beberapa menit setelah nya.

"Rio lagi otw" ucap Andre setelah panggilan terputus.

Edrick hanya mengantuk, dan setelah nya hanya ada keheningan dan suara monitor yang mengisi ruangan itu hingga Rio akhirnya tiba dan memecah keheningan yang sempat tercipta.

"Defan kenapa?" itulah ucapan yang pertama kali keluar dari mulut Rio saat sampai di dalam ruangan itu.

"Tabrak lari" jawab Andre singkat

Rio mengalihkan perhatian nya kepada Defan, memperhatikan setiap inci perban yang melekat pada setiap luka di tubuh Defan. Rio menghela nafas pelan lalu menduduki kursi yang berada di samping brangkar Defan.

"Nggak mungkin cuma tabrak lari biasa" ucap Rio tiba-tiba, membuat ketika orang yang berada di dalam ruangan itu menoleh secara serentak kearah nya.

"Apa maksud kamu? Kamu mengetahui sesuatu?" tanya Edrick dengan cepat

Rio menoleh kearah ayah nya dengan tatapan yang sedikit sayu karena belum istirahat dengan baik.

"Defan sempat cerita dia ngerasa di awasi beberapa hari ini" jawab Rio sambil menerawang pada percakapan nya dengan Defan tempo lalu.

"Apa ini masih ada hubungan nya sama teror waktu itu?" tanya Andre mengutarakan isi pikiran nya. Ia sebenarnya merasa sedikit curiga terhadap Rio, dari teror dan kejadian lain nya, Rio seakan-akan tidak pernah tersentuh dengan semua nya itu.

Love Story Transmigrasi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang