47

27 0 0
                                    


Gefe yang sedari tadi mendengar pembicaraan mereka hanya bisa terdiam di tempat nya terakhir kali terjatuh. Ia terlalu bingung dan terkejut, dan juga sangat heran mengapa gadis bernama Claresta ini sampai melakukan hal sejauh ini karena Laura. Ia sungguh tidak paham, apa sebenarnya hubungan gadis ini dengan Laura. Dan mengapa ia begitu tahu banyak hal di dalam keluarga ini.

Saat Claresta sedang beradu mulut dengan Defan, ia mengambil kesempatan untuk membebaskan Rio, namun kondisi pria itu tidak terlalu baik, mungkin ia sempat melawan saat dipaksa di bawa ke tempat ini.

Saat Claresta mengatakan jika Defan adalah pembunuh ibu Laura yang sebenarnya, Gefe mengurungkan niat nya yang hendak kabur diam-diam ke dalam hutan. Ia sangat terkejut hingga tanpa sadar memilih untuk tetap tinggal di sana.

Raut keterkejutan tidak bisa di tutupi dari wajah Edrick, jelas sekali jika surat itu adalah asli meski sudah sedikit lecek di beberapa bagian karna mungkin berusaha untuk di lenyap kan.

"Kalian menuduh orang yang salah selama ini. Apa kalian tau bagaimana rasa nya anak sekecil itu di tuduh atas kematian ibu nya sendiri? Di saat seharusnya kalian menggantikan rasa kehilangan di hatinya atas kepergian orang tersayang nya, kalian malah menuduh nya dan memperlakukan nya dengan sangat buruk. Rasa sakit itu, apa kalian tau bagaimana rasa nya?"

Edrick terdiam mendengar ucapan Claresta, ia bingung dengan emosi yang sekarang ia rasakan. Apakah ia salah? Apa yang sudah ia perbuat? Bagaimana semua ini bisa terjadi? Pikiran nya benar-benar kacau. Ntah bagaimana cara mendeskripsikan nya.

"Anda menyebut diri anda seorang ayah. Tapi sedikit pun tidak bisa melihat kebenaran dari anak kandung anda sendiri"

"Anda ayah terburuk yang pernah saya lihat..."

Ucapan Claresta seakan menyayat hati Edrick, entah mengapa kalimat yang keluar dari mulut gadis itu seakan akan memang berasal dari Laura, anak nya.

Tanpa ia sadari setetes air mata jatuh di pipi nya, ia sungguh tidak sadar ternyata ia selama ini sangat-sangat lah jahat.

Edrick mengalihkan pandangan nya kepada Gefe, gadis itu kini masih termenung di tempat nya dengan Rio yang terduduk tepat di samping nya.

"Laura, maaf kan papa...." lirih Edrick menatap sendu kearah Gefe

Gefe yang mendengar kalimat keramat itu keluar dari mulut Edrick menjadi tidak enak hati.  Karna seharusnya Laura yang asli lah yang seharusnya mendengar serta menerima permintaan maaf itu. Hati Gefe bimbang, apakah sekarang waktu yang tepat untuk ia membongkar semua nya? 

Gefe melirik kearah Rio, ia tidak bisa membayangkan akan seperti apa reaksi nya ketika tahu jika selama ini raga yang mereka lihat di lakonkan oleh jiwa orang lain.

Gefe menarik nafas pelan.

"A, aku tidak pantas menerima nya"

Ucapan Gefe sedikit mengejutkan Claresta. Ia menatap sendu gadis itu.

"Aku minta maaf sebelum nya. Mungkin ini bakalan terdengar gila, dan mungkin kalian nggak akan percaya, tapi aku mohon. Percayalah"

Edrick serta Rio menatap heran kearah Gefe, bukan kah memang seharusnya ia yang pantas menerima permintaan maaf itu, karna ia memang Laura, pikir mereka. Namun Edrick juga mengira hal lain. Ia berfikir mungkin anak nya tidak mau menerima permintaan maaf nya.

"Aku. Aku bukan Laura"

Bagai tersambar petir, Rio langsung membulatkan mata nya. Namun setelah nya ia terkekeh pelan.

"Nggak mungkin. Apa sih yang lo omongin. Jelas-jelas lo itu Laura. Coba lo ngaca dan lihat muka lo. Lo adik gue, Laura"

Love Story Transmigrasi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang