Chapter 11 : Tetap Bertahan

771 39 0
                                    

Hallo guyssss!!!

Gimana kabar kalian?sehat kan?
Aku cuman mau mengingatkan jangan lupa vote dan juga komen ya cantik dan gantengnya authorrrrr

Happy reading all

Di pantai yang berombak ini terlihat tiga orang anak muda laki laki yang sedang duduk di pinggiran pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di pantai yang berombak ini terlihat tiga orang anak muda laki laki yang sedang duduk di pinggiran pantai. Ketiganya saling menatap ke arah pantai yang berisik itu.

"Tolol"umpat salah seorang disana

Derren,satu satu nya orang yang bisa mengumpat Fahris selain keluarga nya. Derren terkekeh miris melihat Fahris yang sedang duduk sambil menundukkan kepalanya.

"Kalau lo mau mati jangan disini, di rel kereta api sono"

"Nanti gua kesana"

"Bego banget sih lo anjing"

"Lo yang nyuruh gua bangsat"kata Fahris

"Otak lo di sekolah pintarnya minta ampun kalau dirumah kenapa bodoh banget dah anying"tanya Derren dengan kesalnya

"Bodoh bodoh gini pernah menangkan olimpiade mewakili sekolah"ujar Fahris dengan bangganya

"Iya lo bodohnya di rumah, bukan di sekolah. Sangking bodoh nya lo bisa melakukan hal sebodoh ini"ujar dana melihat Fahris dengan jengkel

"Untung kita berdua ada di sini, kalau enggak bisa renggang tuh nyawa lo"

"Bagus lah kalau nyawa gua renggang"ujar Fahris sambil mengangguk anggukkan kepalanya

Omongan fahris tadi membuat Dana dan Derren menatapnya dengan tatapan tajam.

"Apa?"tanya Fahris tanpa dosa sedikit pun

"Kok punya ya gua teman seperti lo ris" kata Derren memegang kaki nya

"Gua juga nggak tau kenapa lo berdua punya teman seperti gua yang suka membebani lo berdua"ujar nya sambil memainkan pasir pantai

"Gua punya banyak harapan salah satu nya itu adalah gua tidak membebani orang terdekat gua,btapi harapan gua itu seperti nya tidak tercapai. Justru gua banyak membebankan lo berdua"

"Seharusnya lo berdua tadi nggak usah aja tolongin gua aja, biar semua beban hidup gua hilang"

"Hilang? Lo yakin beban lo di dunia ini akan hilang ris?"tanya Dana

"Gua nggak yakin semua beban yang gua pikul akan hilang, tapi setidaknya gua udah meringankan beban keluarga gua"

Fahris melihat langit yang sudah mau menurunkan airnya itu. Dia Memejamkan mata nya kemudian menarik nafasnya, "gua mau menebus kesalahan yang gua lakukan waktu gua kecil, mereka semua selalu menyalahkan kematian nyokap gua hari itu. Mereka selalu bilang gua harus mati, nyawa harus dibalas dengan nyawa. Gua..."ujar Fahris terpotong

Fahris menarik nafas nya lagi. Fahris kembali menunduk kan kepalanya yang disusul dengan tetesan air mata yang jatuh ke bawah pasir pantai.

"Gua mau buktiin kalau bukan gua yang bikin nyokap gua meninggal"ujar Fahris melanjutkan percakapannya

Derren mendekati sahabatnya itu,di rangkulnya Fahris dengan erat. Begitu juga dengan Dana. Dana ikut merangkul Fahris dengan erat, tak lupa juga ia mengelus dada Fahris supaya Fahris bisa mengeluarkan semua beban yang ia punya.

Mereka berdua tau semenjak kematian mama nya, Fahris lebih banyak diam. Fahris lebih banyak menghabiskan waktu nya dirumah, dan semenjak kejadian itu juga mereka berdua banyak menemukan bekas pukulan yang sudah membiru di sekitaran anggota tubuh Fahris.

"Kalau lo memang mau buktikan bahwa diri lo bukan pelakunya, bukan seperti ini caranya ris, lo ngelakuin hal ini aja udah merugikan diri lo sendiri."

"Mati bukan untuk menyelesaikan masalah, mungkin lo di dunia sudah hilang beban lo. Tapi diakhirat sana, jasad lo nggak akan di terima sama tuhan. Hidup lo masih panjang ris,lo lupa kalau kita akan masuk ke kampus yang sama?"jelas Dana kepada Fahris

"Lo bahkan belum nyobain pop ice varian mint kan ris?"

"Belum"ujar Fahris sambil menggelengkan kepalanya

"Makanya dari itu jangan mati ris,lo harus tetap kuat. Masih banyak varian pop ice dan bakso yang belum kita jelajahi di dunia ini ris"ujar Derren menyemangati Fahris

"Kalau gua tetap mau mati juga?"tanya Fahris dengan serius

"Kalau lo tetap mau mati juga, lo bilang dulu ke kita berdua"ujar Dana sambil menepuk pundak Fahris

"Kenapa gua harus bilang ke lo berdua?"tanya Fahris lagi

"Biar bisa kami menyiapkan acara untuk merayakan kematian lo"kata Derren sambil terkekeh kecil

"Kurang aja lo berdua"sarkas Fahris

Ketiga nya saling melihat satu sama lain. Saling menguatkan satu sama lain dan juga saling merangkul ketika ada yang kesusahan antara mereka bertiga.

Ketiganya juga sama sama mempunyai masalah yang hampir sama. Dana dan Derren yang selalu dituntut untuk menjadi apa yang di inginkan oleh kedua orang tuanya. sedangkan Fahris, Fahris harus mendapatkan nilai yang tinggi dari nilai sebelumnya. Tidak boleh turun dari nilai yang ia dapatkan, jika turun sedikit saja dia harus mendapatkan hukuman yang sudah di sediakan oleh Fajar untuknya.

"Gua mau ngucapin makasih banyak sama lo berdua, mungkin kalau gua nggak kenal lo berdua gua udah mati dari dulu"ujar Fahris sambil menatap Derren dan Dana

Dana tersenyum mendengar perkataan yang Fahris ucapkan untuk dirinya dan juga kembarannya "lo nggak perlu bilang makasih sama kami ris, kita sahabat dan tugas sahabat itu adalah saling menyenangkan satu sama lain"

"Benar apa yang dibilang dana sama lo ris, kita sahabat dan sudah seharusnya kami membantu lo. Dan dengan kejadian lo tadi, gua nggak mau lo mengulangi kejadian yang sama ris."

"Lo nyuruh kami berdua untuk kuat,masa lo sendiri enggak? Lo harus tetap kuat ya.. walaupun keluarga lo semua kelakuannya seperti babi, anggap aja bokap lo itu angin yang berlalu. Apa yang di bilang nya menurut lo itu kata yang baik lo ambil kalau enggak masuk telinga kanan keluar telinga kiri aja"ujar Derren memberikan ceramah kepada fahris

"Kalau lo nggak bisa juga ngelakuin apa yang kami suruh ris, udahlah nggak tau apa lagi yang harus kami ceramahin ke lo lagi ris"kata Dana dengan tegas

"Yee jangan gitu lah, gua juga butuh masukkan lo berdua"ujar Fahris sambil memegang tangan dana

"Ya maka nya lo jangan nyoba nyoba untuk bundir" ujar Dana memperingati Fahris supaya tidak melakukan hal itu lagi

"Iya..iya..gua nggak akan mati"

Jantung Untuk Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang