Chapter 10 : Mati?

719 36 0
                                    

Hallo guyssss!!!

Gimana kabar kalian?sehat kan?
Aku cuman mau mengingatkan jangan lupa vote dan juga komen ya cantik dan gantengnya authorrrrr

Happy reading all

"Haruskah aku mati terlebih dahulu agar kamu percaya kepada ku papa"- Fahris Aditama -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haruskah aku mati terlebih dahulu agar kamu percaya kepada ku papa"
- Fahris Aditama -

"Mau kemana lo pergi malam malam?"tanya Zeyn yang melihat Fahris keluar dari rumah

"Mau cari makanan"ujar Fahris yang berjalan tanpa melihat Zeyn

Fahris berjalan sendirian meninggalkan rumah nya. Menghirup udara dengan bebas, baru kali ini ia merasakan sejuk nya angin malam.

Berjalan tak tau arah, inilah yang di rasakan oleh Fahris saat ini. Keluar dengan alasan mencari makanan padahal tidak adalah satu kebohongan yang sering Fahris gunakan ketika pikirannya sedang berisik.

Pandangan yang kosong menatap kesunyian malam ini. Angin sepoi-sepoi membuat Fahris semakin terhanyut dalam keadaan. Merenungi apa kesalahan yang pernah ia buat selama ini, dan juga memikirkan apakah dia akan bertahan untuk janji yang telah di ucapkan nya kepada orang tuanya terlebih dahulu?.

Mati,kalimat yang sering diucapkan oleh papa dan juga saudara nya itu. Fahris sendiri juga tidak tahu alasannya kenapa mereka semua mengingat kematian Fahris.

Dalam dinginnya malam duduk di kursi yang berada di dekat pantai. Lagi dan lagi Fahris menghela nafas nya, sudah tidak bisa dihitung berapa kali dia menghela nafas panjang nya itu.

Disana hanya terdengar suara derai an ombak yang deras,dan tangisan seseorang. Tangisan itu berasal dari tangisan seorang anak laki laki yang bukan lain lagi itu adalah tangisan Fahris.

Fahris mengeluarkan semua beban yang sudah lama ia tahan.

"Kenapa harus mati yang mereka mau tuhan, kenapa?!"

"Se salah itukah aku di mata mereka?sebenci itu mereka sama ku tuhan?aku memang berada di sana waktu kematian mama, tapi bukan aku yang membunuh mama tuhan. Bukan aku..."

"Aku...aku bukan pembunuh tuhan"isak Fahris menangis sesenggukan

"Kalau pun memang aku pelaku nya tuhan, aku rela mati hari ini."

Fahris menatap langit langit yang sedikit gelap akibat cuaca yang mendung "ma..mereka semua bohong, mereka janji bakal jagain Fahris kan ma, mereka tidak menepati janjinya. Mereka selalu pukul Fahris walaupun Fahris tidak ada salah ma, Fahris tau mama lihat Fahris dari atas sana kan ma"

"Mama bilang sama Fahris anak laki laki tidak boleh cengeng, mama juga bilang kalau Fahris mau nangis datangin mama biar mama peluk Fahris "

"Sekarang peluk Fahris ma... Fahris butuh pelukan dari mama sekarang"Isak Fahris

"Mereka...mereka selalu minta Fahris mati ma"

Fahris terdiam sesaat, tangannya bergerak menghapuskan air mata yang membasahi wajahnya yang ganteng itu.

Fahris berdiri dari duduknya. Berjalan dengan tatapan kosong menuju ke arah laut yang sedang berombak.

Berjalan di iringi air mata yang tak berhenti dan juga suasana sekitaran pantai yang sunyi membuat Fahris dapat melancarkan rencananya untuk mati.

Kini tubuh yang berdiri dengan bantuan semangat dan juga janji yang pernah ia ucapkan kepada orang orang yang ia sayangi telah berada di tengah pantai.

Dalam diam fahris berucap "jika memang ini ajal nya untuk pergi,aku harap ada seseorang yang menemukan jasadku di sini. Dan jika hari ini engkau tidak mengambil jasad ku aku mohon tolong berikan aku kebahagiaan, setidaknya sampai aku lulus kuliah"

Fahris kembali menghembuskan nafasnya dan juga menutup matanya, perlahan lahan tubuh nya jatuh kedalam pantai yang dalam. Telinga nya mulai terdengar seseorang memanggil namanya.

Orang tersebut juga berusaha menarik tubuh fahris yang sudah terlanjur dibawa oleh ombak. Saling tarik menarik antara orang tersebut dengan tubuhnya yang berat akibat ombak yang deras.

Fahris mulai merasakan bahwa dirinya sudah mau kehabisan nafas. Fahris juga merasakan bahwa tubuhnya tidak bisa di gerakkan,dia bisa mendengar teriakan orang diatas sana.

Dari atas sana, dua orang remaja saling memegang antara satu dengan yang lain untuk menarik tubuh fahris ke atas daratan. Setelah berhasil mereka menangkap tubuh Fahris, dengan cepat mereka membawa Fahris ke tepi pantai.

Berbagai macam cara mereka lakukan untuk menyadarkan Fahris kembali, namun hasilnya tetap nihil.

Setengah jam berlalu, akhirnya Fahris sadar dengan raut wajah yang bingung. Melihat kedua orang yang berhasil menolong nya itu dengan tatapan yang terheran heran.

"Gua masih hidup?"tanya nya sambil melihat dua orang itu

Jantung Untuk Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang