Chapter 22 : Masih berharap untuk mati

548 27 0
                                    

"aku tau kesalahan ku apa pa, tapi se tinggi itu harapan papa untuk aku pergi dari dunia ini pa?"

Di ruangan yang sunyi memperlihatkan seorang anak laki laki yang tengah duduk di sofa sambil memandang suasana luar yang mau menurunkan hujannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruangan yang sunyi memperlihatkan seorang anak laki laki yang tengah duduk di sofa sambil memandang suasana luar yang mau menurunkan hujannya.

"Kenapa duduk disitu?"tanya seseorang di belakangnya

"Lagi mau duduk di sini aja"jawab anak itu tanpa menoleh ke asal suara

"Lo marah sama gua?"tanya orang itu lagi

"Enggak, ngapain juga Fahris harus marah sama abang"jawab Fahris, namun kali ini ia menoleh ke arah orang itu

"Kalau lo nggak marah sama gua, sini duduk di dekat gua"ajak orang itu sambil menepuk nepuk tempat tidur Fahris

Fahris mengikuti perintah dari seseorang itu yaitu duduk di sebelahnya.

Setelah Fahris duduk di sampingnya, orang itu langsung menggenggam tangan Fahris dengan erat. Orang itu menundukkan kepalanya sambil menghela napasnya, tak berani melihat ataupun menatap wajah Fahris.

Fahris yang di perlakukan seperti itu terheran heran melihat sikap satu abang nya ini. Menatap Arhan yang sedang menundukkan kepalanya "abang kenapa? Ada masalah di kampus?"tanya Fahris dengan memiringkan kepalanya

Arhan hanya menggeleng gelengkan kepalanya saja.

"Terus kenapa? Fahris ada ngomong kata yang bikin abang sakit hati?"tanya Fahris lagi

"Enggak ris, lo sama sekali nggak ada salah, lo nggak ada bikin gua sakit hati"jawab Arhan masih menundukkan kepalanya

"Terus kenapa dong..."ujar Fahris menggaruk kepalanya yang tak gatal

Fahris menatap arhan yang tidak menjawab pertanyaannya tadi. Arhan masih menundukkan kepalanya, namun kali ini tubuh sedikit menurun ke tempat tidur Fahris. Fahris merasa kalau abangnya ini sedang tertidur, ia langsung meletakkan kepala Arhan di paha Fahris "pasti abang capek banget"katanya sambil mengelus elus rambut Arhan

"Maafin gua ris"ucap Arhan masih memejamkan kedua matanya

Fahris melihat Arhan yang sedang tertidur dengan pulas di pangkuan nya itu sama sekali tidak membuka suaranya apalagi mulutnya.

"Pasti abang mengigau ini"kata fahris sambil menyelimuti tubuh Arhan

Fahris kembali memainkan handphone nya, ia membalas pesan dari teman barunya.

Kak Aurel :
Nanti habis selesai kelas kakak kesana ya fahris

Fahris :
Iya kak, fahris jadi ngerepotin kak aurel

Kak Aurel :
Mana ada ngerepotin,kakak malah senang jenguk fahris. Boleh kan kakak kesana nanti?

Fahris :
Tentu boleh dong kak

Jantung Untuk Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang