Chapter 30 : Ungkapan Cinta

839 36 2
                                    


"Kalau kata gua mah ya ris mending lo donorin aja jantung lo itu ke papa, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kalau kata gua mah ya ris mending lo donorin aja jantung lo itu ke papa, ya...itung itung lo balas budi sama bokap kan. Hidup lo juga nggak akan lama lagi kan, jadi gua rasa sayang"

"Lo mau gua yang ngedonorin jantung untuk papa?"tanya Fahris kepada Zeyn

"Menurut lo? Lo ingat ya Fahris,nyawa bokap gua lebih penting daripada lo Fahris Aditama dan lebih baik lagi lo yang pergi dari kehidupan gua untuk selama lamanya, lo selalu nyusahin hidup gua dan keluarga gua. Jadi saran gua lo harus enyah dari bumi ini"ujar zeyn berlalu pergi meninggalkan Fahris sendiri di sana

Perkataan yang Zeyn katakan masih terngiang-ngiang di kepalanya dengan jelas,"tapi kenapa harus gua yang melakukan itu semua"gumam Fahris sambil memandang langit-langit kamarnya

Fahris menghela nafasnya sembari meletakkan sebuah bantal untuk mengganjal kepalanya agar lebih nyaman "kalau memang gua bukan anak mereka tapi kenapa selama ini mereka selalu membuat gua seperti anak kandung mereka, terutama almarhumah mama dulu"

"Sekarang gua ngerti kenapa mama dulu selalu bilang ke gua untuk jangan pernah membenci suaminya apapun yang terjadi di kehidupan gua kedepannya"

"Dan ternyata itu alasannya"katanya sambil memandang foto Azzura, "kenapa tidak dibilang dari dulu sih ma, kenapa harus di sembunyikan selama ini dan kenapa"kata Fahris menjeda ucapannya

"Kenapa harus aku lagi yang merasakan ini semua ma. Apa Fahris selalu salah sama mama? Fahris selalu nakal sama mama? Fahris selalu nggak nurutin perintah mama,iya? Kalau iya mama cukup marahin Fahris aja bukan memberikan Fahris semua ini ma"ucap Fahris

Fahris bangkit dari tidurnya, ia berjalan mengambil sebuah gelas besar yang masih berisikan air di atas meja belajarnya itu, di lemparkan gelas itu dengan keras ke sembarangan arah hingga pecah.

Pecahan itu menimbulkan suara yang sangat deras hingga sampai ke depan pintu rumah nya. Sehingga orang orang yang ada di dalam rumah terdengar dengan semua yang dilakukan oleh Fahris.

Terutama Arhan yang sedang berjalan menuju ke kamarnya yang berada di samping kamar Fahris bersama sang istri tercinta.

"Mas"panggil perempuan yang berada di samping Arhan

"Udah biarin aja, dia memang gitu anaknya"sahut Arhan sambil menyuruh istrinya masuk ke dalam kamarnya

Keduanya masuk tanpa memperdulikan Fahris yang sedang terduduk sambil menangis meratapi nasibnya sebagai anak angkat di keluarga Fajar.

Fahris berdiam diri sambil memandangi foto foto dirinya dari kecil hingga besar seperti sekarang "kalau itu memang kemauan kalian, bakal aku turutin"ucap Fahris sambil memandang foto Fajar.

***************

Beberapa minggu Fahris menunggu untuk peresmian pelepasan dirinya dari kampus itu. Dan akhirnya dengan segala kesabaran dan keikhlasannya dalam melakukan semua keinginan Fajar untuk dirinya selesai.

Jantung Untuk Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang