Chapter 31 : Haruskah aku pergi?

1.3K 63 5
                                    

"Tidak ada hal yang indah selain kembali kepada sang maha pencipta"

Deraian ombak yang bergelombang dengan kencangnya membuat suara yang deras di telinga semua orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Deraian ombak yang bergelombang dengan kencangnya membuat suara yang deras di telinga semua orang. Suasana malam yang dingin dengan langit yang hampir menurunkan hujannya embuat suasana di sana semakin syahdu.

Di pinggiran pantai yang indah terdapat bangku bangku di sana untuk semua orang duduk agar bisa merasakan keindahan pantai.

Hari sabtu seharusnya jadi hari yang paling berbahagia untuk semua orang karena bisa beristirahat dengan tenang sampai esok harinya. Tapi tidak dengan anak laki laki yang bernama Fahris Aditama.

Berkali kali ia menghela nafasnya dengan panjang seakan akan ia memiliki sangat banyak masalah di kehidupannya. Ia menatap ombak yang bergelombang ke sana kemari bagaikan pikirannya yang sedang kacau balau.

Sesekali ia mengusap air mata yang jatuh begitu saja membasahi wajahnya dan juga sesekali ia menatap ponselnya untuk melihat jam yang tertera di layar ponselnya itu.

Jam yang sudah menunjukkan pukul 00.00 yang berarti sudah berganti hari. Fahris menundukkan kepalanya setelah menatap jam itu, "selamat ulangtahun pa"ucapnya dengan pelan

Ribuan kalimat yang pernah semua orang utarakan kepadanya kini terngiang kembali di pikirannya, salah satunya adalah kalimat yang pernah Fajar katakan kepadanya.

Kalimat itu seakan menghipnotis dirinya untuk segera pergi dari kehidupan Fajar. Bukan hanya itu, ia juga selalu mengingat perkataan yang dikatakan saudara tirinya kemarin waktu.

"Nanti ulangtahun papa kedepannya papa mau Fahris kado apa?"tanya Fahris sambil menatap sang ayah dengan penasaran

"Mau kamu mati"

"Papa mau Fahris mati?"tanyanya sekali lagi

"Iya, bisa kan kamu kabulin permintaan saya?"ucap Fajar ikut menatap Fahris

"B-bisa pa"

"Harus bisa, saya sudah muak melihat kamu hidup di dunia ini"sahut Fajar pergi meninggalkan Fahris di sana.

Percakapan itu memang sudah lama Fajar katakan kepadanya. Pada saat itu dirinya tidak tahu apa arti dari semua itu, tapi yang Fahris tahu sampai saat ini adalah Fajar tidak menyukai dirinya.

Begitu pun dengan saudaranya yang terus menerus meminta jantungnya  agar segera didonorkan untuk ayah mereka.

"Pokoknya gua nggak mau tau ris, donorin jantung lo untuk papa sekarang"kata Zeyn dari seberang sana

Jantung Untuk Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang