Chapter 27 : Jati diri yang baru

598 31 0
                                    

"manusia memang memberikan kehangatan tapi tidak dengan mereka. Mereka hanya memberikan luka yang mendalam kepada anak laki laki mereka"

"Abang Fahris jangan ngelukain diri abang sendiri lagi ya" ujar Haikal sambil memeluk tubuh Fahris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abang Fahris jangan ngelukain diri abang sendiri lagi ya" ujar Haikal sambil memeluk tubuh Fahris

Fahris menghela nafas panjangnya, perkataan yang diucapkan oleh Haikal terngiang-ngiang di kepalanya.

Fahris memantapkan diri nya untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang membuat dirinya memilih untuk mati secepatnya.

Langkah itu terhenti ketika Fahris  melihat seorang laki laki paruh baya yang sedang bekerja di ruang tamu.

Sejenak Fahris memandang Fajar yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Setelah ia rasa keberadaannya di sana tidak di gubris oleh Fajar, ia melanjutkan jalannya menuju ke kamar.

"Dari mana aja kamu Fahris"tanya Fajar tanpa menoleh ke Fahris

Fahris tidak menjawab pertanyaan yang di berikan Fajar kepadanya, ia justru berjalan saja ke kamar

"Dasar anak tidak tahu diri"gumam Fajar melihat Fahris yang sudah jauh dari pandangannya

Fahris sengaja tidak menjawab pertanyaan Fajar, karena jika dia menjawab pertanyaan tersebut maka ia akan bertengkar lagi dengan Fajar sepanjang malam ini.

Fahris tidak mau hal itu terjadi lagi, dan dia juga sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak melakukan apapun yang bisa mengusik kebahagiaan nya.

"Ini kamu nak Fahris"panggil seseorang dari belakangnya

Fahris terdiam mendengar panggilan yang menyebutkan namanya. Ia tahu, sangat tahu dengan suara yang memanggil namanya itu.

"Fahris?"panggil orang itu lagi

Dengan cepat Fahris menoleh ke asal suara yang memanggil namanya. Detak jantungnya berdetak dengan kencang, mata nya berbinar-binar memandang seseorang yang berdiri dihadapannya.

Senyuman hangat dari orang itu membuat air mata Fahris jatuh dengan sendirinya. Wajah yang sangat di rindukan Fahris dari dua minggu yang lalu kini terlihat dengan jelas di matanya.

"Bunda"lirih Fahris sambil memeluk Bianca dengan hangat

Bianca juga memeluk Fahris dengan erat. Sungguh, dirinya sangat merindukan anak bungsunya ini.

Tangisan pecah di sana, anak dan ibu ini saling memeluk satu sama lainnya.

Tidak ada yang Fahris rindukan dirumah ini selain Bianca, dan bersama Bianca lah Fahris bisa merasakan kasih sayang seorang ibu.

"Loh udah pulang lo ris, gua pikir lo udah mati"ucap seseorang dari belakang mereka

Bianca dan Fahris melepaskan pelukan yang mereka lakukan sejak dari tadi. Bianca memandang Fahris kemudian beralih memandang seseorang yang berkata dengan tidak sopannya.

Jantung Untuk Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang