Chapter 28 : Berubah?

660 38 2
                                    

"perubahan itu muncul bukan karena kita melakukannya, tetapi karena omongan mereka terlalu menyakitkan untuk kita masukkan ke dalam hati"

Minggu yang tenang dan damai bagi seorang Fahris Aditama merupakan satu kenikmatan surga dan dunia yang belum pernah ia rasakan selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu yang tenang dan damai bagi seorang Fahris Aditama merupakan satu kenikmatan surga dan dunia yang belum pernah ia rasakan selama ini.

Ketenangan ini adalah ketenangan perdana yang ia rasakan, karena selama ini ia tidak pernah merasakan semua ini.

Kehidupan nya dahulu sering menangis, meratapi nasibnya sebagai seorang anak laki laki yang tidak diinginkan kehadirannya.

Ia merebahkan dirinya ke atas kasur yang sangat empuk. Berguling ke kanan dan ke kiri sambil menikmati indahnya kedamaian ini.

Ia juga menatap sudut sudut kamar yang sangat ia rindukan. Sudah hampir 2 bulan ia tinggalkan.

Tak lupa ia menatap piala piala yang tersusun rapi di dalam lemari. Senyuman Fahris mengambang dengan lebarnya ketika menatap piala piala tersebut.

Fahris menatap piala piala itu sambil mengenang masa masa ia berjuang untuk mendapatkan semuanya. Rintihan dan juga tangisan yang ia lakukan hanya untuk mendapatkan kasih sayang seorang ayah.

Semua ia lakukan demi sang ayah. Ia rela tidak makan hanya karena mengejar pelajaran, dan juga hanya karena ia takut dengan sang ayah yang tidak memperdulikan dirinya.

Tapi semenjak beranjak dewasa, ia sudah tahu dengan semua nya.

Ia mau merubah dirinya menjadi yang lebih baik lagi, terutama dalam merubah sifatnya.

Sifat yang dulu selalu ketakutan dengan semua hal, kini harus ia ubah menjadi seorang lelaki yang pemberani.

Fahris sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau dia tidak akan tinggal diam jika Fajar memukul dirinya lagi.

Karena baginya sudah cukup dia ditindas habis habisan oleh sang ayah karena hal sepele.

Banyak hal yang harus Fahris lakukan ke depannya, terutama dalam menyusun rapi rapi rencana dia di masa depan.

Dan itu semua sudah tersusun dengan rapi, bahkan sangat rapi dari perkiraannya.

Fahris mengembangkan senyuman nya ketika melihat wishlist kotak yang sudah ia tulis sejak lama satu persatu mulai terpenuhi.

Ia tidak menyangka dengan semua yang ia lakukan selama ini. Ia kira, ia tidak akan pernah bisa mewujudkan itu semua tapi dugaannya salah. Justru ia hampir bisa menuntaskan semua wishlist nya itu.

Di mulai dari kuliah impian, beli mobil sendiri, bahkan sekarang Fahris sudah hampir bisa membeli rumah untuk dirinya atau pun untuk sang ayah.

Ingat, dia melakukannya sendiri. Sekali sendiri, tanpa adanya bantuan dari keluarga nya.

Ketenangan Fahris itu mendadak pudar ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar.

Fahris menghela nafas panjangnya, sedikit menggerutu dalam hati. Tapi gerutu itu tidak pudar, ia tetap membukakan pintu itu untuk melihat siapa yang memanggil dirinya.

Jantung Untuk Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang