Amarta Gulita - 7

688 50 6
                                    

Up deh sekalian minta pendapat kalian
Kalian maunya cerita ini dibuat jadi 1 judul aja apa mau dibuat jadi 2 series? (Kalo kalian minta 2 series author ga mager ya tak bikinin 2 series hehe kalo mager palingan ceritanya agak molor ga tentu up-nya)

Setelah kopi yang harusnya milik Daniel habis diminum oleh kakak beradik tersebut, untuk menghormati tuan rumah yang ada di depannya Daniel meminum tetes terakhir berserta sedikit ampas kopinya. Daniel menghabiskan tetes terakhir tersebut lalu meletakkan kembali dengan menumpuk 2 cawan bekas Indah dan Kathrina lalu di atasnya Daniel meletakkan gelasnya.
"Om, Daniel pamit dulu ya. Terimakasih untuk kopinya, maaf Daniel jadi ngrepotin om sama tante" Pamit Daniel ke Jaenan.
"Gaada yang ngrepotin nak, justru om yang berterimakasih ke kamu karena udah mau nemenin Indah sama Kathrina pas om sama tante lagi ga ada di rumah" Balas Jaenan sembari menepuk bahu Daniel pelan.
"Tante Cindy mana ya om? Daniel mau pamit pulang" Tanya Daniel.
"Paling lagi mandi, nanti om sampein aja" Jawab Jaenan.
"Tin, mas Daniel pulang dulu ya. Yang akur sama kak Indah" Pamit Daniel ke Kathrina.
"Siap laksanakan" Balas Kathrina sembari hormat ke Daniel.
"Aku pulang dulu ya Ndah, sampai ketemu besok" Pamit Daniel ke (calon) kekasihnya tersebut.
"Kalo udah sampe rumah kabarin" Ucap Indah mengerucutkan bibirnya.
Tanpa babibu Indah langsung memeluk Daniel di depan Jaenan. Jaenan sedikit kaget melihat Indah yang berani memeluk Daniel di depan matanya. Namun bukan masalah untuk Jaenan karena dengan begini peluang Jaenan untuk membuat Daniel menjadi menantunya suatu saat nanti semakin besar. Kathrina yang melihat kakaknya memeluk Daniel tak mau kalah, dia ikut menyempil di tengah-tengah mereka berdua. Daniel yang kaget dan sedikit tidak enak hati pada Jaenan hanya dapat tersenyum kikuk.
"Ekhmmm... Daniel mau pulang tuh, besok juga ketemu lagi" Jaenan memecah suasana.
"Hati-hati ya Niel, nyampe rumah langsung kabarin gaada ntar ntar, oke? " Indah memberikan sedikit ancaman lewat kata-katanya.
"Siap laksanakan" Balas Daniel sembari hormat ke Indah.
"Ih mas Daniel niruin Atin tadi" Ucap Kathrina tidak terima.
Daniel mengelus belakang kepala Kathrina yang disambut senyum Kathrina.
"Kalo begitu, semuanya Daniel pamit pulang dulu ya, assalamu'alaikum" Pamit Daniel.

....

Sesampainya di rumah, Daniel membuka room chatnya dengan Indah untuk memberi kabar bahwa Daniel sudah sampai di rumah. Setelah urusan dengan Indah selesai, Daniel membuka pintu rumahnya dan masuk untuk mandi dan ganti baju. Setelah semua ritual mandinya selesai, Daniel membuat kopi dan berjalan menuju ke rooftop. Daniel sebenarnya merasa suasana rumahnya sangat sepi berbeda dengan saat bersama Indah dan keluarganya tadi. Daniel duduk di tempat biasa dia duduk saat di rooftop dengan pandangan kosong dan tak terasa air matanya menetes perlahan. Daniel sangat rindu suasana rumah yang hangat layaknya keluarga Indah. Di tengah-tengah Daniel meratapi kesedihannya tiba-tiba hpnya berdering, terlihat nama Indah ada disana menjadi alasan hpnya berdering.
"Halo ndah"
"Kamu nangis Niel? Knp? Sini cerita"
"Engga ndah, ini tadi pas mandi hidungku kemasukkan air ga keluar keluar"
"Jangan bo'ong, aku ga suka kamu nutup-nutupin gitu, jujur ke aku sekarang"
"Heuhhhh (Daniel menghembuskan nafas dengan agak kasar) kamu benar, aku abis nangis sebentar barusan, gaada yang harus dikhawatirin aku gapapa"
"Yakin? "
"Aku ga pernah seyakin ini sebelumnya (Daniel berusaha menenangkan Indah) "
"Yaudah, nanti agak maleman aku telpon lagi ya, sebentar dipanggil mama"
"Yaudah matiin aja telponnya"

Setelah telpon mati, Daniel melanjutkan duduknya sembari meratapi nasib hidupnya yang semakin hari semakin tidak berarti. Sesekali dia berpikir mungkinkah kematiannya akan jadi solusi untuk permasalahan ini. Namun sesaat setelah memikirkan itu, Daniel beralih memikirkan papahnya, bagaimana nasib papahnya jika Daniel meninggalkan Gracio sendiri untuk selamanya. Semua permasalahan terus bergelut di kepala Daniel. Tanpa disadari Daniel, ada orang yang melihatnya di pintu dekat tangga.

"Lu kenapa Niel? " Tanya seseorang yang ada di pintu.
Daniel yang kaget dengan kehadiran seseorang di rumahnya dengan kasar mengusap matanya agar air matanya tak dilihat oleh orang tersebut.
"Gapapa Del, gua cuma lagi bingung aja kehilangan arah" Balas Daniel dengan senyum yang dipaksakan.
"Jangan Bo'ong, sini cerita ke gua" Adel memaksa.

Daniel menceritakan semuanya ke sahabatnya itu, Adel hanya mampu mendengarkan Daniel tanpa bisa berkata-kata apapun. Adel baru menyadari bahwa ternyata di balik kenakalan Daniel tersimpan luka yang sangat dalam dan tidak ada yang tahu apa obatnya. Mereka berdua duduk bersama menghabiskan malam di rooftop dengan sesekali Daniel menunggu telpon dari Indah, hanya Indah alasan Daniel masih kuat menghadapi semuanya. Dimana Gracio? Gracio sudah memberitahu Daniel bahwa dia akan pulang dan menginap di rumah orang tuanya buat malam ini dan itulah alasan mengapa Adel ada di rumah Daniel. Bahkan sampai tengah malam Indah tak kunjung menelponnya kembali, Daniel yang saat itu sudah mengantuk dan ditinggal sendirian oleh Adel karena Adel sudah tidur sembari sleep call dengan Ashel. Daniel yang sudah tidak kuat menahan kantuknya, dia turun mengunci semua pintu rumah dan mengambil kasur yang ada di dekat kamarnya untuk di bawa ke rooftop, Daniel berencana tidur di sana untuk malam ini.

....

Mentari pagi menyapa seluruh penghuni bumi dengan sinarnya. Daniel yang terganggu dengan sorot mentari yang tepat mengenai mukanya dengan terpaksa dia harus bangun dari tidurnya. Daniel mengecek notif di hpnya dan hasilnya nihil, Indah tak memberinya kabar sama sekali bahkan pesan Daniel yang semalam dikirim juga belum ada balasan. Centang abu-abu yang tak kunjung membiru membuat Daniel berpikir apakah Indah marah kepadanya(?).
Seperti rencana Daniel dan Adel untuk membolos sekolah pada hari Jum'at ini, Daniel turun ke kamarnya dimana di sana ada seekor kerbau yang masih tidur dengan merentangkan seluruh tangan dan kakinya membuat kasur Daniel hanya muat untuk seorang. Daniel yang tak enak hati untuk membangunkan Adel, dia memilih mengambil kasur yang digunakan untuk tidur di rooftop dan menatanya di lantai kamarnya. Daniel melanjutkan semua mimpi yang sempat tertunda.

.....

Adel yang baru bangun dari mimpinya langsung mengecek hpnya untuk memastikan adakah gangguan makhluk astral (pacarnya) yang menyuruhnya untuk berangkat sekolah. Adel setelah memastikan dirinya aman dari gangguan pacarnya, dia berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi sambil mengumpulkan nyawa, baru berjalan dua langkah Adel berhenti sambil berpikir "sejak kapan lantai kamar Daniel empuk(?)". Adel yang heran dengan itu melihat apa yang ada di kakinya, seketika matanya terbelalak terlihat muka bangun tidur Daniel dengan ekspresi garang.

"sopan lu begitu? nginjek kaki gua lagi anjing, tuan rumahnya lu apa gua si" kesal Daniel.
"ya sorry Niel, namanya juga baru bangun nyawa aja belum ngumpul" balas Adel cengengesan.
"mau kemana lu?" tanya Daniel sembari mengusap-usap matanya.
"mandilah ege, dah jam 2 siang ini. Mau ketemuan sama Ashel nih" jelas Adel.
"bagusla lu dah bangun, yodah sono akhirnya gua bisa tidur di kasur gua sendiri" Daniel bangkit dan langsung meloncat ke kasurnya dan kembali ke mimpi.
"oooiya, lu kalo liat Indah dan dia nanyain gua, jawab aja gua lagi pengen sendiri dan gatau ada dimana sekarang, makasih" Daniel langsung memejamkan matanya dan melanjutkan mimpinya.

waduhhhh ada apa nihhhhhh dengan Daniel sama Indah😔



Segini dulu ya hehe

K E M B A L I [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang