KARSA - 21

436 44 14
                                    

Pernah ga sih kalian ngerasa kecewa sama seseorang yang udah bener bener kalian jaga bahkan lebih mengutamakannya untuk terlihat baik di depan orang banyak, tapi pada akhirnya kalian melihat postingannya yang memperlihatkan apa yang seharusnya tertutupi?

Gausah sok suci lu juga ga bener -orang²

Oke saya disini juga tak merasa bahwa apa yang saya lakukan itu benar dan yang jelas Saya tak pernah mengaku ke orang banyak bahwasanya saya adalah orang baik. Jujur saya orangnya pemabok, penjudi, bahkan hal hal yang buruk banyak yang saya lakukan. Namun, apakah salah jika saya berusaha menjaganya untuk tetap menjadi baik dan menjauhi hal buruk yang saya lakukan. Mungkin saya gagal untuk menjadi anak yang baik tapi saya tak ingin gagal untuk menjadi ayah yang baik suatu saat nanti.

wkwk maaf ni jadi curcol, oke lanjut sekarang

SELAMAT MENIKMATI















eh
SELAMAT MEMBACA





















Di perjalanan menuju kantin, pikiran Jaenan selalu terbayang ucapan dari Pak Man dan Geby. Mereka memintanya untuk menghubungi Arman, bagaimanapun mereka dulu adalah teman akrab sebelum akhirnya terpecah. Arman yang tercuci otaknya oleh Arjuna dan Jaenan bertemu Gracio dan Geby buat berusaha mengembalikan hubungan baiknya dengan Arman.

"Halo..."
"Ya....Siapa?"
"Gua Jaenan Man"
"Oh, ada urusan apa?"
"Bisa bertemu 4 mata?"
"Gua baru bangun tidur sih, lu dimana?"
"Gua di rs tempat anaknya Gracio yang lu hajar dirawat"
"Oh ceritanya lu mau bales dendam?"
"Gua ga pernah bisa dendam sama lu, bagaimanpun dulu kita adalah batman dan robin yang selalu bersama"
"Haha masih inget aja lu, yodah mau dimana?"
"A location (kode rahasia tempat mereka sering bertemu dulu)"
"Sekarang?"
"Gua tunggu 30 menit dari sekarang"
"Lu emang ngeselin dari dulu Nan, ga bisa ngasih gua waktu rebahan bentaran"
"Telat sedetik gua botakin rambut atas bawah"
"Aman aza"

Setelah selesai menghubungi Arman, Jaenan mulai membeli apa saja yang sudah dituliskan Indah di chat WA. Entah sudah keseringan atau emang udah khatam sama tempat segala sesuatu yang diperlukan Indah sampai menyantumkan lokasi dimana barang yang dipesan itu. Jaenan hanya bisa menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa Indah hafal seluruh barang yang dijual oleh 6 pedagang di kantin bahkan sampai harganya.













"Nih pesanan kalian, banyak bener dah. Sampe yang jual geleng-geleng kepala pas naruh ke paper bag milik Indah" keluh Jaenan.
"Ya namanya juga ramean yah, kalo aku sama mas Daniel doang mah ga nyampe setengah kantong, ya kan mas?" ucap Indah.
"Yoi, orang biasanya cuma beli es krim sama bubur ayam atau nasi ayam ya kan?" balas Daniel.

"Selama Indah jagain kamu, dia selalu kamu beliin makanan yang bergizi kan?" tanya Shani.
"Mah, just for your information anakmu yang paling ganteng sejagat raya dan berhasil meluluhkan seorang Indah Syafa Berdine binti Jaenan Argantara Berdine belum bisa jalan sendiri ke kantin jadinya yaudah Indah mau beli apapun makannya bebas yang penting Daniel nitip es krim" ucap Daniel.
"Dasar kamu ya" balas Shani mengelus kepala dan mengacak-acak rambut Daniel.
"Main manggil pake binti segala kayak mau akad aja" sindir Cindy.

"Ayo aja gua mah" balas Daniel dengan penuh kesadaran.
"Ayah, panggilin penghulu sana" perintah Cindy.
"Eh eh eh bentar dulu bentar sebaiknya jangan terlalu gegabah dan tetap tenang ini beda ini. Maksud Daniel ayo aja mah kalo emang dijodohin bukan nikah sekarang, sekolah aja belum beres. emang Ayah sama MaCin ikhlas Indah aku kasih makan batu?" ucap Daniel.
"Enak aja" balas Jaenan.

"Yaudah makanya sabar dulu, tuh liat Indah Yah MaCin MaShan, merah tuh pipinya" ledek Daniel.
"Ekhmmmm cieeee" ledek Cindy sembari menoel pipi anaknya.
"Apasih mas" ucap Indah yang langsung berjalan dan menyembunyikan saltingnya di pelukan Daniel.

"Sini aja Shan, biarin tuh mereka lagi aktif aktifnya makan aja dulu" ajak Cindy.
"Dasar buah jatuh ga jauh dari pohonnya" ucap Shani yang bangkit dari kursi dekat bangsal Daniel.
"Kalian makan aja dulu, aku mau keluar bentar ada urusan" pamit Jaenan.
"Hati-hati mas/yah/nan" ucap mereka berempat.













Di bawah pohon tua yang nampak rimbun dan angker, Jaenan menatap lapangan yang luas tempat dulu mereka menghabiskan waktu.

"Udah lama disini?" tanya seseorang yang baru datang.
"Udah dari terakhir kali kita nongkrong disini" balas yang lain tanpa mengalihkannya pandangannya.
"Lama juga ternyata" balas Arman yang berdiri di samping Jaenan dan menatap tempat yang sama.

"Ada urusan apa? tumbenan ngajak ketemu 4 mata?" tanya Arman.
"Soal Arjuna Gracio" singkat Jaenan.
"Hahaha mereka berdua ya, dari gua masih hidup di dalam sel sampe menghirup udara segar kembali ga pernah damai sampai akhirnya salah satu dari mereka pulang" ucap Arman.

"btw keluar kapan lu, kok ga ngabarin gua?" tanya Jaenan.
"Udah 20 bulanan, ngapain ngabarin lu ntart yang ada lu nemuin gua" ucap Arman tertawa kecil.
"Kita kan kawan lama bahkan dulu lu sering nginep dan makan di rumah gua" ucap Jaenan mengingat sedikit tentang masa lalu mereka.
"Itulah sebabnya gua ga pernah lupain lu Nan, kasurmu pernah gua tidurin, nasimu pernah gua makan, bahkan uangmu sering kamu kasih cuma-cuma ke gua" balas Arman.

"Jalanan memang tak pernah gagal dalam mendidik seseorang" ucap Jaenan.
"Namun jalanan tak aman dan ramah untuk semua orang" balas Arman.
"Haha itu kata-kata gua dulu" ucap Jaenan sedikit bercanda.
"Lah? yang lu ucapin aja kata-kata gua" balas Arman tak terima.

"Kemaren pas gua hajar anak Cobra, gua ketemu Pak Man" ucap Jaenan.
"Bilang apa dia? btw gua tau lu bebas juga dari dia" tanya Jaenan.
"Gua cuma denger samar-samar karena gua udah mau ninggalin tkp, dia bilang katanya "setelah tau kenyataan yang ada, saya harap anda tak kecewa dengan yang anda lakukan ini" gitu" jelas Arman.
"Dan gua disini mau ngasih tau fakta yang dimaksud Pak Man" ucap Jaenan sembari menyerahkan hpnya yang memutar bukti kecelakaan Gracio Cobra.

"Sialan, ternyata lu main kotor ya" ucap Arman mengepalkan tangannya.
"Ya lu pikirla, kalo dia main bersih udah binasa dari dulu ga lahir tuh yang namanya Abimanyu" ucap Jaenan.
"Gua memang pembunuh nyawa seseorang saat tawuran, tapi seenggaknya gua lakuin pake tangan kosong dan senjata hasil rampasan milik musuh bukan main kotor kek babi menjijikkan ini" kesal Arman.

"Apa rencana lu?" tanya Arman.
"Ga punya" jawab enteng Jaenan.
"Lah anjing lu Nan, yang bener kek" kesal Arman.
"Serius gua gaada rencana, tp anak yang lu hajar dan gerombolannya udah rencanain buat balas dendam dan menuntut nyawa tukar nyawa" jelas Jaenan.
"Oke gua kasih lu bocoran" ucap Arman.

"MAN'Z akan menantang Zee Ollan dalam seminggu ke depan, mereka lakukan untuk memancing Daniel keluar jika memang sudah sembuh total. Disana mereka berencana menutup sekalian permusuhan lama dengan melihat siapa yang akan berdiri sampai akhir. Satu hal yang harus kalian waspadai, Arjuna masih menyimpan pistol yang dulu dengan sisa 3 peluru. 1 Daniel, 1 Zee, 1 Ollan dan itu akan keluar saat benar-benar Arjuna sudah mendekati titik kekalahan. Lu tau sendiri sekotor apa permainan Arjuna dari dulu" ucap Arman.

"Lu tau lokasi tempat pertempurannya?" tanya Jaenan yang dibalas oleh Arman menunjuk lapangan di depan mereka.
"SERIUS?" tanya Jaenan yang kaget.
"Ini TKP tempat dulu gua bunuh seseorang sebelum akhirnya gua masuk sel, atas dasar itulah Arjuna berencana mempersembahkan nyawa lagi di tempat yang sama" ucap Arman sedikit mengingat perbuatannya menyiksa dan membunuh seseorang secara perlahan.
"Ada lagi yang lu tau?" tanya Jaenan.

"1 hal terakhir yang harus lu tau, gua emang pembunuh tapi gua ga suka seseorang membunuh dengan cara yang kotor. Dalam pertempuran mendatang saat Daniel tiba gua akan ada di pihak lu. Gua habisin anak buah titipan Arjuna di bawah gua dan sisanya silahkan kalian urus sendiri" ucap Arman yang langsung pergi meninggalkan Jaenan begitu saja.
"Dasar dari dulu ga berubah main nyelonong pulang aja, btw MAKASIH INFORMASINYA UDAH GUA VN KOK TENANG AJA" ucap Jaenan yang juga meninggalkan lokasi tersebut dan kembali ke anak istrinya di rumah sakit.

TBC

K E M B A L I [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang