Suasana sore yang menenangkan, Daniel duduk sendiri di tepi pantai yang cukup dekat dari rumahnya. Daniel masih memikirkan apa yang harus dilakukan saat nanti bertemu mamahnya. Daniel sendiri bingung harus bersikap bagaimana, di satu sisi Daniel malas mendengarkan perkelahian orang tuanya di rumah tapi di sisi yang lain Daniel juga tak menginginkan perpisahan antara kedua orang tuanya.
"Woi, nglamun aja ni kudaniel" Ollan menepuk bahu Daniel
"Mikirin apa lu bang" lanjut Ollan
"Anak kecil ga boleh kepo" ledek Daniel.
"ANJ..." umpat Ollan, sebelum selesai mengucapkan Ollan melihat Daniel sedang mengangkat telpon.
"Halo pah, ada apa?"
"Kamu dimana Niel?"
"Pantai nih bareng si Gulali"
"Pulang, papah mau ngomong 4 mata sama kamu"
"Baik pah abis ini Daniel pulang"
Daniel diam sejenak melihat gulungan ombak.
"Masalah akan selalu datang ntah berurutan ataupun bertabrakan layaknya ombak di pantai, tak apa posisikan diri sebagai batu karang yang dimana selalu diterjang namun tetap kokoh di tempatnya" batin Daniel yang lanjut diikuti senyuman tipis di bibirnya.
"Gua pulang dulu Llan, lu kalo mau di sini sendirian gapapa" pamit Daniel.
"ANJING, gua ikut balik cok" Ollan mengejar Daniel.
Daniel sampai di rumahnya dan langsung saja menuju ke kamarnya untuk mandi. Setelah serangkaian ritualnya selesai, Daniel lanjut ke rooftop dengan membawa secangkir kopi.
"Papah dimana sih, katanya mau ngobrol 4 mata malah gaada di rumah, tumbenan juga bi Asih belum ke sini. Ini ada apa sebenernya" monolog Daniel yang merasakan keanehan pada firasatnya.
"Udahlah, paling perasaan doang, mending nyanyi aja ga si, daripada ni gitar nganggur di atas" ucap Daniel sembari mengambil gitarnya.
Daniel langsung memetik gitarnya untuk menyetem suara gitarnya biar pas, seperti biasa lagu yang dipetik Daniel untuk menyetem gitar adalah Semua Tentang Kita - Peterpan. Setelah dirasa suara gitar sesuai keinginan Daniel langsung memetik gitar intro Diary Depresiku - Last Child. Gracio yang baru sampai rumah mendengar petikan gitar yang tak lain tak bukan adalah hasil bermain anak satu-satunya, siapa lagi kalo bukan Daniel.
"Jago juga dia main gitar, pantesan dulu ngotot minta dibeliin gitar" gumam Gracio yang langsung menuju kamarnya.
Malam ini, hujan turun lagi
Bersama kenangan yang ungkit luka di hati
Luka yang harusnya dapat terobati
Yang kuharap tiada pernah terjadi
Ku ingat saat ayah pergi, dan kami mulai kelaparan
Hal yang biasa buat aku hidup di jalanan
Di saat ku belum mengerti arti sebuah perceraian
Yang hancurkan semua hal indah yang dulu pernah aku miliki
Wajar bila saat ini ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana indah dalam rumah
"Jago juga anak papah main gitarnya" Gracio berada di tempat duduk biasanya dan langsung meneguk kopi milik Daniel.
"PAHHHH, ITU KOPI DANIEL" Daniel yang kesal karena kopinya belum sempat dia minum malah diminum papahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
K E M B A L I [END]
Fiksi RemajaSelama bisa melakukannya sendiri jangan pernah merepotkan Tuhan untuk membalaskannya Fiksi yagesya, jangan dibawa ke real life