"Duduk dulu Niel, tasmu ada di dalam sana. Maaf kamu ga boleh masuk soalnya itu cuma boleh diakses oleh pengurus OSIS, aku ambilin bentar ya" ucap Lia sembari menatap Daniel cukup serius.
Lia masuk dan jongkok di depan tas Daniel sembari bicara di hati "Makasih Gito, akhirnya aku bisa berdua sama Daniel walaupun ini ga lama".
Yup ini sebenarnya adalah rencana Lia yang dibantu oleh Gito karena Gito tau Lia udah suka sama Daniel dari lama.
"Ini bener kan tasmu Niel?" tanya Lia sembari mengulurkan tangan memberikan tas Daniel ke pemiliknya.
Saat Daniel hampir menyentuh tasnya dengan sengaja Lia sedikit membelokkan tangannya sehingga Daniel memegang tangannya bukan tas milik Daniel.
"Maaf Lia, ga sengaja" kata Daniel sedikit menunduk dan mengambil tasnya. Lia hanya tersenyum walaupun sebenarnya dia cukup salting karena dia tahu Daniel jarang berinteraksi dengan lawan jenis kecuali pacar Adel.
"Tadi katanya mau ngomong Li, ngomong apa?" tanya Daniel sembari bergeser memberikan tempat untuk Lia duduk di sebelahnya.
"Niel, knapa kamu suka bolos?" tanya Lia dengan sedikit menunduk.
"Ooooooooo itu, apa ya alasannya, ada sih tapi maaf kamu ga boleh tahu" jawab singkat Daniel.
Tiba-tiba terdengar suara gerimis.
"yessss nambah waktu buat berdua sama Daniel" batin Lia.
"Duhhh malah gerimis mana ga bawa jas hujan, aku numpang duduk di sini dulu sampai hujan reda boleh ga? kalo semisal ga boleh aku..."
"boleh, gaada yang melarang, apalagi pak ketua itu juga temenmu sendiri." potong Lia.
"Aku mau ngomong serius sama kamu kali ini Niel" Lia menatap Daniel dan Daniel hanya mengangguk.
"Sejak awal aku masuk OSIS dan tahu bahwa kamu temen dari Gito, aku mulai mencari tahu tentangmu dari Gito, Lulu, dan Adel. Walapun Adel tak mau menjawab beberapa pertanyaan yang aku tanyain ke dia, karena dia bilang udah janji untuk tak membocorkan apa yang dia tau dan Gito Lulu gatau tentangmu. Awalnya aku kira ini hanya sebatas aku ingin tahu kamu saja, tapi anggapanku salah Niel, aku mulai menyukai semua tentangmu..."Lia menarik nafas sembari mengumpulkan nyalinya.
"Aku menyukaimu Niel, maaf kalo aku baru berani bilang sekarang" kata Lia dengan menahan air matanya.
Sebuah kata yang mengubah suasana yang tadinya agak canggung menjadi seperti ada matahari di tengah gerimis sore ini dan memecah kecanggungan mereka berdua.
"udah, nangis aja kalo mau nangis, ga usah malu. bahuku masih kuat kok untuk menopang wajahmu" ucap Daniel yang tentu saja melahirkan senyum indah di bibir Lia.
"aku menghargai perasaanmu ke aku, cuma aku minta maaf belum bisa membalasnya karena aku masih memiliki banyak hal yang harus aku selesaikan dulu sebelum membuka hati untuk siapapun itu" ucap Daniel, dalam sebulan terakhir ada setidaknya 3 orang yang melakukan hal demikian kepadanya dan Daniel selalu memberikan jawaban yang sama.
"Maaf ya" ucap Daniel.
Sekali lagi tangan kanannya memegang pipi Lia dan menarik wajah Lia ke dada bidangnya dan tangan kiri Daniel memegang pinggang Lia. Lia dengan senang hati menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Daniel.
"nyaman Niel, walau ini hanya sebentar saja aku berharap ke depan aku akan mendapatkan ini lagi darimu" batin Lia.
Setengah jam berlalu dengan posisi yang tidak berubah dan hujan sudah reda. Menurut Daniel, Lia sudah mengerti dan memahami maksud Daniel dan ia pun teringat pesan Gito untuk menyuruh Lia ke lapangan membantunya mempersiapkan acara untuk junior mereka di OSIS.
"Li, bangun yuk, udah reda ni hujannya aku mau pulang. ooiya tadi Gito nitip pesan ke aku katanya kamu disuruh ke lapangan buat bantuin dia"
Lia pun bangun tanpa bilang apa apa dan Daniel langsung menggendong tasnya sebelum keluar dia menempelkan dahinya ke dahi Lia sambil bilang "maaf ya, aku pulang duluan"
Tiba tiba Daniel kaget karena Lia langsung mengecup bibirnya dan sedikit melumatnya. Danielpun cuma bisa diam dan setelah dilepaskan oleh Lia iapun berpamitan untuk pulang (lagi) dan Lia hanya bisa mengangguk kecil.
Jangan lupa vote
Terimakasihhh
KAMU SEDANG MEMBACA
K E M B A L I [END]
Novela JuvenilSelama bisa melakukannya sendiri jangan pernah merepotkan Tuhan untuk membalaskannya Fiksi yagesya, jangan dibawa ke real life