KARSA - 5

492 56 12
                                    

Daniel bangun karena mencium bau wangi masakan dari dapur. Saat akan bangkit dari tidurnya dia melihat sekitar semua orang masih tidur. Daniel bangkit menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya lalu setelahnya menuju ke dapur untuk melihat siapa yang memasak.

"Tuh pacarmu udah bangun" ucap Mama Zee saat melihat Daniel menuju kamar mandi.
"Lumayan parah juga ternyata ya tan lukanya mas Daniel" ucap Indah setelah melihat Daniel sekilas.
"Ya begitulah, semalem dia juga tidur paling awal. Dari yang tante liat sih lukanya dia paling parah dibanding Zee dan teman-temannya. Udah sana obatin pacarmu ga tega tante liatnya, anaknya sekarang juga lebih pendiem dari biasanya mungkin lagi banyak masalah. Tolong temenin dia jangan sampe sendiri ya Ndah" pesan Mama Zee.
"Baik tante, kotak P3K ada dimana tante?" tanya Indah.
"Kamu ke arah ruang keluarga, nah diujung pintu arah lantai 2 ada tuh kotak" jelas Mama Zee.
"Oke tante, duluan ya" pamit Indah yang akan mengambil kotak P3K.

Indah duduk di ruang keluarga menunggu Daniel keluar dari kamar mandi. Indah cukup khawatir dengan keadaan Daniel akhir akhir ini. Walaupun sebenarnya rasa cintanya ke Daniel mulai surut tapi bagi Indah Daniel masih menjadi orang terpenting dalam hidupnya.

"Sini dulu" panggil Indah saat melihat Daniel.
"Aku gapapa kok" balas Daniel melanjutkan langkahnya ke kamar Zee.
"Keras kepala banget sih, sini ga" Indah bangkit dan menyeret Daniel ke sofa sedangkan yang diseret hanya bisa pasrah.
"Sebenernya maumu gimana sih Ndah, aku harus apa" batin Daniel saat tangannya ditarik paksa Indah.
"Sini duduk, aku mau tanya sama mas sekalian aku obatin lukanya" ucap Indah.
"Gausah diobatin, aku gapapa ko......shhhhhh" ringis Daniel saat obat merah mengenai luka robek di pelipisnya.
"Katanya gapapa, kok mukanya nahan sakit gitu" ledek Indah sambil membersihkan sisa darah kering di sekitar luka tersebut.
"Beneran gapapa kok gini doang" ucap Daniel dengan senyum tulusnya.
"Kamu berantem sama siapa?" Indah mulai membuka topik interogasinya.
"Gausah lu tanya harusnya lu udah tau, kan lu yang ngasih tau gua" bukan Daniel yang menjawab melainkan Zee yang udah menyimak pembicaraan OnDah dari tadi di samping pintu kamarnya sedangkan Daniel hanya bisa menahan luka yang ada di hatinya mengingat kemarin tak ada balasan apapun dari chatnya ke Indah.
"Maksud lu apaan?" tanya Indah ke Zee.
"Gausah sok gatau, lu ngasih tau gua biasanya Abi berada setelah itu baru gua dan anak-anak temuin" terang Zee.
"Mas, kamu berantem sama Abi?" tanya Indah.
"Bagus bagus, ternyata lu lebih khawatir pas gua bahas Abi daripada Daniel yang udah jelas lu liat lukanya seperti apa. Terimakasih buat ekspresi terkejutnya gua jadi semakin yakin kalo lu lebih suka ke Abi daripada Daniel yang ada di samping lu itu dengan semua lukanya yang cukup parah. BAGUSSS GUA SUKA PENGAKUAN LU" ucap Zee sembari tepuk tangan.
"Udah Zee, jangan gitu ah. Gua pamit dulu ya" Daniel menahan tangan Zee agar tak tepuk tangan lagi dan pergi ke kamar Zee mengambil semua barangnya.
"Indah, mas duluan. Zee, pamit dulu ya makasih udah nampung gua semalem" pamit Daniel dengan senyum tulusnya menahan semua sakit setelah mendengar fakta yang disampaikan Zee.
"Kamu jahat Ndah, saat ku pikir kamulah rumahku ternyata aku hanyalah mainanmu" batin Daniel sembari membuka pintu rumah Zee menuju ke motornya.
"Udah puas bikin kawan gua sakit hati?" tanya Zee dengan tatapan remeh.
"Maksud lu apaan?" Indah tak terima.
"Gausah sok gatau gitu ah, semuanya udah jelas dan Daniel sebenernya juga tau dan dia cuma diem kan? lu tau seberapa sakit hatinya? di saat keluarganya sudah hancur ditambah lagi orang yang dia anggap sebagai rumah untuknya malah mempermainkannya. Jadi gua minta tolong ke lu kalo LU EMANG UDAH GA SUKA KE DANIEL bilang langsung aja, gua udah tau semua lukanya dan lu seenaknya aja bermain" balas Zee langsung pergi menemui Mamanya di dapur untuk nyampein Daniel udah pulang sedangkan yang lain belum bangun.
Indah hanya terdiam mendengar semua yang diucapkan Zee barusan, dia mematung di tempat.

------

"Aduh den Daniel kenapa kok banyak lukanya gitu" tanya mang Diman saat membukakan gerbang rumah.
"Biasalah mang, anak lelaki haha. Daniel masuk dulu ya" ucap Daniel.

Daniel masuk ke rumahnya dengan santai seperti tanpa beban walaupun sebenarnya hatinya kacau sekacau-kacaunya tapi dia tak ingin ada orang lain yang tau. Daniel langsung menuju ke kamarnya mengambil kotak P3K pribadinya dan menuju ke rooftop. Sebelum naik, Daniel menyempatkan meminta tolong ke Bi Lilla untuk dibuatkan susu hangat kesukaannya.

"Ternyata gitu ya cara mainnya haha lucu sekali lu Niel Niel" ucap Daniel sembari membuka kotak P3Knya dan mulai mengobati dirinya sendiri.
"Ini den, susu sama camilan dan rokok den Daniel, bibi permisi dulu ya semoga den Daniel cepat sembuh" ucap Bi Lilla yang sudah tau kenapa dengan Daniel dari Mang Diman.
"Makasih bi" ucap Daniel.

Daniel mulai membakar rokoknya dan bercerita ke alam semesta melalui asap rokok yang keluar. Semua yang terjadi sudah di luar kendalinya dan Daniel tak tau harus gimana lagi selain terus melangkah melanjutkan hidupnya.

"Den, itu ada Nyonya di depan" ucap Bi Lilla.
"Cari saya bi?" tanya Daniel.
"Iya den" balas bi Lilla.
"Terima kasih bi" ucap Daniel.




































Daniel melihat ke depan rumahnya dari rooftopnya. Dia tersenyum bahagia melihat Toyota Camry yang dulu sering Daniel naiki bersama papah mamahnya kemanapun mereka pergi bertiga. Daniel juga tersenyum bahagia saat melihat Mamah Shani berada di pintu rooftop menatapnya.

"Mamahh" ucap Daniel sembari berlari menuju ke pelukan Mamahnya.
"Daniel, mamah kangen nak" ucap Shani sembari mengelus kepala anak semata wayangnya tersebut.
"Dunia jahat mah" ucap Daniel lirih.
"Bukan dunianya yang jahat nak, tapi tekad kita untuk terus hidup yang masih kurang" ucap Shani menenangkan anaknya yang mulai menangis di pelukannya.

Shani menggandeng tangan Daniel untuk duduk di sofa yang ada di rooftop. Shani merasakan semua luka yang ada di diri Daniel. Shani menghembuskan nafasnya dengan sedikit berat karena keputusannya untuk berpisah dengan Gracio mungkin bukanlah yang terbaik tapi jika tidak begitu maka Daniel yang akan menjadi korban dan saksi pertengkaran mereka.

"Kamu kenapa nak? ada apa? cerita sama mamah" tanya Shani.
Daniel menceritakan semuanya ke mamahnya tanpa ada satupun yang tertinggal.
"Semesta emang jahat ya mah, apa Daniel harus pergi dari semesta agar semuanya berjalan dengan semestinya tanpa ada Daniel yang mengganggu keberlangsungan kehidupan yang ada di sini" ucap Daniel sembari mengusap air matanya.
"Ga boleh gitu, semua yang ada di semesta ini berjalan sesuai dengan takdir-Nya. Setiap orang berjalan di atas garis takdir masing-masing dan saling berkesinambungan dengan orang lain" ucap Shani untuk menenangkan anaknya.
"Mamah minta maaf ya udah ngambil keputusan buat berpisah dengan papah, tapi mamah janji akan selalu ada buat Daniel saat Daniel butuh mamah. Kalo Daniel butuh Mamah pergilah ke rumah masa kecil Daniel, mamah akan selalu ada di sana untuk Daniel. Kakek Nenek pasti juga bahagia jika Daniel main ke sana, udah lama kan Daniel ga ke sana, mereka nanyain kamu terus loh. Kalo ada waktu main ke sana ya. Mamah cuma mau bilang bahwa beberapa hari ke depan udah sidang terakhir untuk secara resmi memisahkan Mamah dan Papah. Sekali lagi Mamah minta maaf ya nak" ucap Shani.
"Gaada yang salah dan gaada yang harus disalahkan, seperti kata Mamah semua berjalan di atas garis takdir masing-masing yaaa beginilah garis takdir Daniel, Daniel ikhlas kok dan ga akan pernah menyalahkan atau membenci salah satu dari Mamah ataupun Papah atas perceraian ini, Daniel janji" balas Daniel yang membuat Shani tersenyum penuh haru tak menyangka anak laki-lakinya yang dulu selalu manja udah mulai bisa berfikir dengan dewasa.

segini dulu

nulis ginian aja agak nangis anjiir, lemah bgt emang author haha

K E M B A L I [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang