- 𝙎𝙀𝙉𝙅𝘼𝙉𝙄 -
"Senjani~"
"Senjani, main yuk!"
"Senjani~"
Senja berlari kegirangan, dia memang sudah punya janji main ke lapangan bareng Ajay dan Jinan, biasanya sih main bola, tapi kalau kurang anggota pemain lebih ke kucing-kucingan. Senja memang punya banyak teman, atau mungkin Senja memang memperbanyak cabang kenalan agar dia tidak kesepian.
"Bunda," panggil Senja. "Senja main ke lapangan, boleh?"
Ayu menoleh sekilas, kemudian ia balas mengangguk sebab fokusnya saat ini pada desain sebuah gaun di kertas. Lumayan, selain menambah pemasukan, hobinya yang suka bikin sketsa gaun serta menjahitnya dapat tersalurkan sampai sekarang.
Katanya, setelah menikah hobi seorang istri akan teralihkan oleh kesibukan rumah tangga. Tetapi Ayu beruntung mendapatkan Dirga, sebab suaminya memberi izin Ayu untuk melanjutkan hobinya membuat gaun-gaun pernikahan.
"Bun, lihat dulu!" seru Senja. "Senja mau main, Ajay sama Nan sudah di depan, mereka mau ajak Senja ke lapangan."
Ayu menghela napas kasar, rasanya ia ingin mematahkan pensil di tangannya karena terganggu olehnya.
"Kalau mau pergi ya pergi saja!" tukas Ayu. "Apa susahnya, sih? Kamu tidak lihat Bunda lagi apa? Bunda lagi sibuk, jangan ganggu!"
Senja mengerucutkan bibirnya, detik berikutnya ia tersenyum sembari memberi hormat untuk tak mengganggu lagi. Baru setelah dirasa Bunda Ayu memang mengizinkan, Senja melengos pergi keluar rumah.
"Senjani-ku," panggil Jinan begitu Senja keluar dari rumah. "Kenapa pakai celana pendek begitu?"
Senja cengengesan. "Memangnya kenapa? Suka-suka Senja, dong!"
Ajay menunjuk paha Senja yang terekspos. "Nanti Tuhan marah, lho. Kulit Senja bagus, takut diliat sama om-om jahat!"
"Pakai celana panjang, Senja," saran Jinan. "Takut jatuh terus luka."
"Gapapa," kata Senja dengan santainya. "Siapa tahu Bunda peduli kalau Senja luka, hehe."
Jinan menggelengkan kepalanya, ia melipat kedua tangan di bawah dada sembari menyenggol lengan Ajay agar menyetujuinya. Ajay turut melipat kedua tangan, ikut-ikutan Jinan menolak Senja pergi dengan celana pendek itu.
"Senjani-ku, nanti kulit mulus itu luka, Nan tidak mau Senjani kenapa-kenapa," tuturnya bernada lembut sekali. "Almarhum Ayah bilang, kalau Nan harus menjaga perempuan dengan sebaik-baiknya."
"Ish, kalian berdua ribet banget, sih!" kesal Senja. "Terserah Senja, dong! Kan, Senja mau buru-buru main, takutnya nanti lapangan dikuasai sama orang-orang dewasa!"
"Nan ngga jadi berangkat," kata Jinan. "Nan mau pulang saja kalau Senjani tetap maksa pergi dengan celana begitu."
"Ajay juga, Ajay mau main PS saja sama Nan, tak akan ajak Senja," sahut Ajay.
Senja menghentak kesal, dia paling tidak suka diatur. Kemudian, Senja melangkah mendekati kedua temannya, dan tanpa perasaan ia menjewer telinga mereka berdua sampai memohon minta dilepaskan.
- 𝙎𝙀𝙉𝙅𝘼𝙉𝙄 -
"Senjani!"
Senja tersenyum simpul, ia berkedip cepat dengan binar di mata yang kelihatan sangat jelas di sana. Betapa Senja menggemaskan ketika menatap dengan sorotnya yang seperti itu. Namun, Senja tetaplah Senja yang tidak akan diterima dengan baik di mata Bunda Ayu ataupun Ayah Dirga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senjani
Fanfiction[COMPLETED] "Ayah, Bunda, Senja masih kecil." [19-01-24] #2 Sinb