"Ayah, Sehat Selalu, Ya ... "

399 55 39
                                        

— 𝙎𝙀𝙉𝙅𝘼𝙉𝙄 —

"Adik, temani Senja beli permen, dong."

"Ayo."

"Katanya Senja tidak boleh pergi sendirian, harus ditemani."

Bulan mengangguk setuju, ia menaruh mainannya begitu mendengar Senja ingin diantar beli permen. Sebenarnya Senja bisa pergi sendirian, tapi Bunda Ayu menyarankan agar Senja mengajak Adik Bulan saja.

"Nanti mampir dulu ke lapangan, yuk!" ajak Senja. "Sepertinya teman-teman sedang main."

"Boleh."

Senja memeluk Bulan dari samping, dapat mencium aroma yang khas Bulan. Aroma yang sama dengan dirinya, yakni wangi minyak telon.

"Senja sayang Adik bulan!" ungkap Senja. "Nanti permennya Senja beli banyak, biar Adik juga dapat banyak."

"Kak Senja punya uangnya?" tanya Bulan.

"Ini!" Senja mengulurkan uang lima ribu kepada Bulan. "Tadi dikasih sama Bunda, terus disuruh ajak Adik buat belinya."

"Yey!!!" seru Bulan senang.

"Kak Tari ke mana, ya?" tanya Senja.

"Kata Bunda tadi lagi main di lual," jawab Bulan. "Tuh! Mau diajak juga?"

Senja memicingkan matanya, entah kenapa pandangannya sedikit buram ketika memastikan tentang keberadaan Kak Tari yang dimaksud oleh Bulan. Bulan menepuk bahu Senja, lalu menariknya untuk segera menghampiri Kak Tari.

"Kakak!" panggil Bulan antusias. "Kak, mau ikut jajan?"

"Boleh!" sahut Tari. "Uangnya?"

"Ini."

Tari mengambil selembar uang lima ribu yang ditunjukkan oleh Senja, ia memeriksa keaslian uang tersebut dan tak lupa untuk mencium aromanya. Takut palsu.

"Dapat dari siapa?" tanya Tari.

"Bunda," jawab Senja. "Mau permen, terus disuruh ajak Adik buat belinya."

"Kakak?" tanya Tari lagi.

Senja menggelengkan kepalanya. "Bunda cuma bilang suruh ajak Adik saja."

Tari memicingkan matanya, ia berkacak pinggang sembari memasukan uang lima ribu tersebut ke dalam saku. Dia berpikir sejenak, mulai menatap kedua adiknya secara bergantian.

"Kakak inikan yang paling besar, yang paling tinggi juga," ucap Tari. "Kalau kalian berangkat cuma berdua, bahaya."

Senja dan Bulan saling mendekat satu sama lain, raut wajah mereka kontan berubah menjadi ketakutan sekarang.

"Kalian aman sama Kakak, deh!" kata Tari dengan percaya diri. "Sekarang juga sudah sore, takut ada om-om jahat!"

Senja dan Bulan mengangguk patuh, kemudian mereka berlari memeluk lengan Kak Tari dari kedua sisi. Di saat kedua adiknya ketakutan mendengar rumor om-om jahat, Tari diam-diam cekikikan tergelitik dengan raut wajah kalut mereka berdua.

"Lucunya," gemas Tari. "Permen doang, kan?"

"Iya, cuma pelmen," jawab Bulan.

"Permen!" ralat Senja. "Apa itu pelmen?"

Tari mendaratkan satu kecupan sayang di pucuk kepala mereka secara bergantian, lalu melerai perdebatan dengan menarik mereka pergi dari sana. Takut makin sore, nanti Ayah Dirga bangun dan mereka dimarahi karena pulang terlalu sore.

— 𝙎𝙀𝙉𝙅𝘼𝙉𝙄 —

"SENJA TENDANG!"

"KAK SENJAAAAAAA!"

SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang