— 𝙎𝙀𝙉𝙅𝘼𝙉𝙄 —
"Abang."
"Maafin Abang, Adik Lucu."
"Kenapa Senja harus tinggal di sini?"
"Bos Kecil," panggil Bintang. "Ini adalah rumah baru, rumah baru untuk Bos Kecil. Bos kecil tidak akan kesepian."
Senja memegang erat-erat tangan Bintang, hal itu ia lakukan sebab tidak suka dengan tatapan beberapa anak kepada dirinya saat ini. Mereka seperti tidak ingin Senja berada di sini, terlebih ketika melihat Senja menggunakan kursi roda.
"Bos Kecil, kamu itukan jagoan," ucap Bintang. "Mereka akan menurut sama kamu, dan menjadi bawahan kamu."
"Mereka tidak akan jahat sama Senja?"
Bintang menggelengkan kepalanya. "Nanti, Bos Kecil lapor ke Bunda Panti, jangan sampai Bos Kecil diam saja, okay?"
Naila dan Haidar keluar dari ruangan bersama dengan seorang perempuan dewasa, sebutlah ia Amara—Bunda Panti. Pengurus Panti Asuhan Kasih yang akan menjadi rumah baru untuk Senjani. Dia kelihatan masih muda, tetapi ada ketulusan di kedua matanya yang membuat rasa takut Senja sedikit berkurang. Tahu sendiri bagaimana anak kecil menilai seseorang, bukan?
"Halo, Senjani," sapa Amara. "Panggilnya Bunda saja, ya? Nanti, kamu bakalan tinggal di sini, Bunda juga sudah siapkan kasur untuk Senjani tidur."
"Panggilnya Senja saja," ucapnya.
"Oh?" Amara menyahut gemas. "Baiklah, Senja nanti punya kamar juga, tapi kamarnya berbagi dengan yang lain, ya? Semoga Senja nyaman di sini."
Haidar mengusap pucuk kepala Senja, kemudian disusul Naila yang mendekap Senja merasa tak tega. Namun, jika memaksa mengadopsi Senja, takutnya suatu waktu mereka berubah pikiran dan berakhir mengabaikan Senja. Maka lebih baik Senja berada di sini saja, di rumah baru yang semoga saja bisa membuatnya nyaman.
"Ibunya Abang," panggil Senja. "Ayah sama Bunda tahu, Senja di sini?"
Naila mengangguk, meski ia tidak tahu benar atau tidaknya. Sebelum pulang dan meninggalkan Senja di sini, Naila mendaratkan satu kecupan lamat di pucuk kepala Senja, ia juga berbisik kalimat hangat untuk Senja agar menerima rumah barunya.
"Bos Kecil, nanti Abang bakalan sering ke sini," ucap Bintang. "Bos Kecil jadi anak yang baik, ya."
"Dadah Abang."
"Dah~"
"Kalau begitu, kami pulang sekarang," pamit Haidar. "Sampaikan salam saya pada Pandu."
"Baik, nanti saya sampaikan," balas Amara. "Hati-hati di jalan kalian."
"Ya~"
Sepeninggal Haidar dan sekeluarga, Amara berjongkok guna mensejajarkan tubuhnya dengan Senja yang duduk di kursi roda. Sorot mata Amara makin kelihatan tulus ketika berada di posisi sedekat ini.
"Tidak apa panggilnya Bunda?" tanya Amara di sela mengusap kedua tangan Senja yang ia genggam.
"Maaf kalau Senja merepotkan," sesalnya.
"Bunda suka anak kecil, Bunda tidak bisa punya anak, makanya Bunda akan sayang sama anak-anak," tutur Amara. "Oh iya, nanti Bunda kenalkan Senja pada Ayah Panti, namanya Pandu. Saat ini sedang bekerja, jadi tidak bisa menyambut kedatangan kamu."
Ketika Amara hendak mengusap pucuk kepala Senja, tiba-tiba Senja menghindar seolah teringat akan pukulan yang ia terima dari Sang Ayah dahulu. Amara juga terlihat terkejut melihat reaksinya.
"Aurora," panggil Amara. "Tolong antar Senja ke kamarnya, Bunda mau buat dulu makan siang untuk kalian."
Amara menoleh ketika yang bersangkutan tidak datang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senjani
Fanfiction[COMPLETED] "Ayah, Bunda, Senja masih kecil." [19-01-24] #2 Sinb