"Ayah, Bunda, Senja Masih Kecil."

330 49 31
                                    

— 𝙎𝙀𝙉𝙅𝘼𝙉𝙄 —

Senjani tidak pernah menyangka jika kasih sayang yang ia harapkan selama ini tiba juga. Ia pada akhirnya mendapatkan semua perhatian dari kedua orang tuanya, tanpa perlu mengemis terlebih dahulu. Senjani tidak perlu berpura-pura sakit atau melakukan hal yang menyakiti dirinya sendiri agar dapat perhatian.

Kini, perhatian itu datang dengan sendirinya.

Senjani sudah terbiasa dengan keadaannya saat ini, dia terbiasa duduk di kursi roda apabila akan pergi keluar rumah. Tetapi untuk sekolah, tampaknya Senja tidak melanjutkan, sebab setelah dinyatakan tidak bisa berjalan, Senja banyak menghabiskan waktu di rumah bersama Ayah ataupun Bunda. Lebih banyak Bunda, tapi Ayah juga selalu menyempatkan.

Beruntunglah bagi Dirga dan Ayu, Senja tidak membenci mereka atas sikap buruk yang telah mereka berikan kepada Senjani di masa lalu. Andai Senja seorang gadis remaja yang memiliki daya pikir cukup, mungkin memaafkan sikap kedua orang tuanya adalah hal yang paling sulit.

Maka tidak henti-hentinya, Dirga ataupun Ayu memberikan perhatian terhadap Senja. Hiduplah Senja dalam pelukan hangat kedua orang tuanya.

"Ayah sama Bunda tidurnya di kamar Senja saja," ucap Senja.

"Kenapa?" tanya Dirga. "Kamu takut tidur sendirian, ya?"

Senja menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak, Senja tidak takut!"

"Lalu?" sahut Ayu. "Kenapa Ayah sama Bunda harus tidur di kamar kamu?"

"Hayolo." Dirga mencolek gemas hidung runcing Senja. "Kamu mimpi buruk semalam? Kamu saja yang tidur di kamar Ayah sama Bunda, mau?"

"Ayah tidur di luar, Senja tidur sama Bunda di kamar," ucap Senja.

Ayu tertawa dibuatnya, sementara Dirga berakhir manyun karena disuruh tidur di luar oleh putrinya sendiri.

"Jadi mau bagaimana?" tanya Ayu. "Kamu mau tidur di kamar Bunda?"

"Ayah sama Bunda tidur di kamar Senja," jawab Senja.

"Boleh," ucap Dirga. "Boleh Sayangku, nanti Ayah sama Bunda temani."

"Tapi Ayah tidurnya di karpet, sempit!" pekik Senja. "Iyakan, Bunda? Nanti yang tidur di kasur cuma Senja sama Bunda saja."

"Bagus!" puji Ayu. "Kamu pinter banget, sih!"

"Lho? Kamu tega? Nanti Ayah kedinginan, dong," keluh Dirga.

"Biarkan saja!" tukas Senja. "Daripada sempit, Ayah di karpet saja."

"Tidak adil."

"Kenapa bukan kamu yang bobo di kamar Ayah sama Bunda aja? Kasurnya lumayan besar, tuh," saran Ayu.

"Tidak mau, Bunda sama Ayah yang tidur di kamar Senja saja!" pinta Senja.

Ya tidak ada pilihan lain. Ayu dan Dirga menyetujui permintaan Senja, mereka akan tidur di kamar Senja sampai putri mereka terlelap. Yang penting sudah menemani saja, sebab Senja yang meminta.

"Besok Senja mau main ke luar pokoknya, sama Ayah, sama Bunda juga," ucap Senja. "Temani Senja, ya?"

"Iya Sayangku~" ungkap Dirga sembari mengusap pucuk kepala Senja.

"Apapun untuk Senjani," timpal Ayu, ia mendaratkan satu kecupan lamat di pucuk kepala Senja.

Senja tersenyum simpul, hangat yang ia harapkan sedari dulu kini dapat dirasakan. Apalagi nanti malam dia akan tidur di pelukan Bunda Ayu, akan ditemani Ayah Dirga juga walau tidurnya ia suruh di karpet saja. Senja tidak pernah meminta hal yang sulit, makanya Dirga dan Ayu selalu mudah mengabulkannya.

SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang