"Ayah~"

411 47 29
                                    

— 𝙎𝙀𝙉𝙅𝘼𝙉𝙄 —

"Ayah pulang~"

Dirga terpaku membisu, tumpukan mainan di ruang keluarga benar-benar merusak suasana hatinya. Pulang yang Dirga harapkan ialah sambutan manis, serta suasana rumah yang rapi. Namun, entah mengapa setiap pulang pasti ada saja kekacauan yang merusak suasana hatinya.

"Bun!" panggil Dirga. "Bunda!"

Ayu datang dari arah dapur dengan terburu-buru, dia membawa kotak kosong yang kemudian memasukan mainan-mainan tersebut ke dalamnya. Sesekali Ayu menyeka peluh yang muncul di dahi, melihatnya membuat Dirga segera melempar tas ke lantai dan menghampiri istrinya.

"Maaf, Mas," sesal Ayu. "Aku lagi masak, aku ngga tahu di sini kacau banget."

"Kamu tahu, kan? Saya ngga suka ngeliat rumah kacau begini," protes Dirga.

Meskipun Dirga melakukan protes, tetapi dia ikut membereskan mainan-mainan tersebut ke dalam kotak bawaan Ayu. Cukup banyak juga, sudah pasti pemiliknya Senja.

"Punya Senja semua?" tanya Dirga.

Ayu mengangguk.

"Di mana anak itu?"

"Mungkin lagi di kamar bareng Kakak sama Adik," jawab Ayu.

Dirga beranjak setelah dirasa mainan di sana tak lagi banyak, dia berjalan menuju ke kamar Tari terlebih dahulu. Namun, anak-anak tidak ada di sana, maka Dirga mencari ke kamar lainnya.

"Senjani."

Suaranya memecah kebisingan di sana, rupanya anak-anak sedang berkumpul di kamar Senja, bermain lempar-lemparan bola.

"Kakak, Adik," panggil Dirga. "Pergi ke kamar kalian, atau temui Bunda untuk makan malam."

"Ayah baru pulang?" tanya Tari.

"Iya." Dirga menjawab seadanya. "Cepat tinggalkan kamar ini, temui Bunda kalian saja."

"Baik, Ayah~"

Tari dan Bulan menurut. Keduanya berlari kecil meninggalkan kamar Senja, sekaligus meninggalkan Senja seorang diri di ranjang tak beraturan nya. Banyak sekali potongan mainan di sana, sprei pun sudah tidak berada pada tempatnya lagi.

"Ayah!!!"

Senja memekik kegirangan. Dia turun dari ranjangnya dan berlari dengan kedua tangan merentang, tentu saja senyum di bibirnya tampak begitu jelas. Betapa Senja senang melihat Ayah Dirga menahan dirinya di sini, seolah ingin berduaan dengannya.

"Lihat, deh!" pekik Senja lagi. "Senja beli mainan sama Bunda, kita main bareng, yuk!"

"Masuk ke dalam!" perintah Dirga.

"Ayah~"

Senja memeluk kaki Sang Ayah, ia mendongak untuk menatap mata Ayah Dirga. Sorot matanya terlihat berbinar, jangan lupakan dengan raut wajah lucunya.

"Temani Senja main, yuk!" ajak Senja. "Bunda katanya capek, jadi Bunda ngga bisa diajak main, tadi Senja beli mainan lagi."

Dirga melepas kedua tangan Senja dari kakinya, ia berjongkok di hadapan Si Kecil hingga tubuh mereka sejajar. Dia pegang bahu Senja, ia tatap mata putrinya dengan tajam.

"Jangan berani keluar dari kamar kamu," ucap Dirga. "Tidak ada makan malam buat anak nakal seperti kamu!"

"Senja salah apa, Ayah?"

"Kalau habis main, harus dibereskan, ingat?"

Senja menganggukkan kepalanya.

"Jangan pernah keluarkan mainan-mainan kamu dan mengacaukan suasana di ruangan lain, paham?"

SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang