— 𝙎𝙀𝙉𝙅𝘼𝙉𝙄 —
"Ajay!"
Ajay mematung, ia menyembunyikan kedua tangannya ke belakang setelah tangannya mendarat sempurna di kepala Senja. Ajay reflek memukul kepala Senja, hingga membuat Jinan yang berdiri di sebelahnya langsung memekik tidak terima.
"Bang Ajay nakal!" sahut Bulan lebih tidak terima lagi. "Kak Senja, tidak apa-apa?"
Senja mendelik, ia balas memukul kepala Ajay karena merasa tidak dihormati sebagai seorang bos. Bibir Ajay gemetar, matanya sudah berkaca-kaca menerima balasan pukulan dari Senja. Tidak keras sebenarnya, cuma hati Ajay terlalu lembut dan mudah tersentuh.
"Menangis!!!" pekik Senja meledek. "Senja saja tidak menangis tadi, huh!"
Ajay menarik ingusnya yang hampir keluar. "Ajay minta maaf."
Senja mengulurkan tangannya, menerima uluran tersebut membuat Ajay dengan segera menerimanya. Mereka berjabatan tangan, tentu sebagai tanda bahwa mereka sedang saling memaafkan saat ini.
"Ajay, itu jemputan kita!" seru Jinan.
"Ajay sama Nan pulang duluan, ya," pamit Ajay.
"Dadah~"
Kini yang tersisa di sana tinggal Senja dan Bulan saja. Mereka duduk di teras sekolah, menunggu jemputan agar pulang ke rumah dalam keadaan selamat. Anak kecil seumuran mereka sedang diincar oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab.
"Kak Senja."
"Iya?"
"Jangan tinggalin Bulan."
Senja mengernyit. Mengapa Bulan bisa mengajukan pertanyaan seperti itu? Memang siapa yang akan meninggalkan?
"Bulan sayang banget sama Kakak," aku Bulan. "Kalau ngga ada Kak Senja, Bulan pasti kesepian, tidak bisa main!"
"Kakak juga sayang sama Adik," balas Senja.
"Bunda!!!" seru Bulan begitu melihat keberadaan Bunda Ayu. "Kak Senja, itu Bunda, ayo!"
"Yuk!"
Dua bocah itu saling bergandengan tangan, berlari kecil menghampiri Bunda Ayu yang baru datang. Keduanya berakhir dalam pelukan Bunda Ayu, merasakan sambutan hangat Sang Bunda.
"Bagaimana hari ini?" tanya Ayu, ia menatap Senja dan Bulan bergantian.
"Baik!" jawab Senja, Bulan mengangguk setuju.
"Baik banget!" timpal Bulan bersemangat. "Kenapa Bunda lama datangnya?"
Ayu mendaratkan kecupan bagi Senja dan Bulan, masing-masing dapat satu kecupan.
"Kita tidak langsung pulang, tak apa?" Ayu bertanya terlebih dahulu. "Setelah jemput Kakak, kita pergi ke suatu tempat dulu, ya?"
Dua bocah itu mengangguk patuh, mereka terlihat lucu ketika berdiri di antara Ayu yang memiliki tubuh jangkung. Kedua tangan Ayu benar-benar menggenggam mereka berdua, bahkan Senja yang biasanya diabaikan pun kini dapat genggaman.
"Mau pergi ke mana, Bun?" tanya Senja di sela langkahnya.
"Ada, deh!"
Senang jika seperti ini, tidak ada yang tersisihkan. Mulai dari tadi pagi, sepertinya terjadi perubahan dari Bunda Ayu, hal itu berimbas pula pada Tari dan Bulan.
— 𝙎𝙀𝙉𝙅𝘼𝙉𝙄 —
Rumah sakit.
Ayu membawa ketiga putrinya ke rumah sakit, dua di antara mereka pergi ke taman rumah sakit, satu dari mereka harus ikut Ayu pergi ke ruangan pemeriksaan. Anaknya sedang berjalan pelan di samping Ayu sekarang, tangannya sampai berkeringat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senjani
Fiksi Penggemar[COMPLETED] "Ayah, Bunda, Senja masih kecil." [19-01-24] #2 Sinb