"lu yakin? Maksud gue soal pertemuan itu? Lu yakin mau ikut tay?"
"ini udah saatnya ga sih mew? Off juga nanya hal yang sama, menurut gue ini udah saatnya gue ada dipertemuan keluarga dan relasi bisnis papa kan?"
"take your time tay, kalau emang belum sanggup yaudah jangan dipaksain" jawab mew.
"mau sampai kapan mew? Bahkan bertahun-tahun setelah mama pergi, cuma ada nama gue sebagai CEO di perusahaan itu, dihati kecil papa pasti dia pengen ada diri gue disana"
"tay, kalau emang lu yakin ini yang terbaik lakuin, tapi jangan karena orang lain tay, gue tau pertemuan itu berat buat lu karena pasti membangkitkan memori kepergian nyokap lu"
"iya mew, gue tetep pengen lawan semua ketakutan itu hari ini, ga bisa begini terus mew, mau sampai kapan papa yang kerja, udah seharusnya dia istirahat"
"gue dan off bakalan selalu ada tay, apapun keputusan lu bakalan kita dukung, lu harus bisa bangkit dari keterpurukan itu" ujar mew menepuk pundak tay.
"thanks mew"
Setelah pertemuannya bersama Mew disalah satu cafe yang tak jauh dari kantor milik ayah Tay, ia pun memutuskan untuk kembali kerumah.
"tuan muda mau disiapkan makan siang?" tanya salah seorang asisten rumah tangga dirumah mewah itu.
"saya udah makan" jawab tay berlalu menuju lift yang ada dirumah itu.
Tay pergi menuju kamarnya, ia masuk kedalam kamar itu dan mengunci pintunya, pria itu pun langsung berjalan menuju lemari kaca yang ada disana.
"ma, kenapa harus mama?" tanya tay mengambil foto yang terpajang dilemari itu.
"tawan belum bisa apa-apa disaat itu ma, belum bikin mama bangga, dan sampai sekarang pun tawan ga bisa apa-apa ma tanpa mama" ujar tay mengusap foto ibunya.
"mama lagi apa? Mama kenapa saat itu mama mengorbankan nyawa mama buat tawan? Kenapa ga tawan aja ma?"
Malam itu, tepatnya 6 tahun lalu terjadi sebuah penembakan disalah satu ballroom hotel tempat diadakannya acara pertemuan para pemilik perusahaan ternama di kota itu.
Tay ada disana, bersama kedua orangtuanya menghadiri undangan itu. Acara yang meriah itu tiba-tiba harus kacau karena adanya tembakan dari beberapa arah. Semua orang panik berlarian menyelamatkan diri mereka, tak terkecuali keluarga tay.
Saat pistol itu mengarah pada tay, sang ibu dengan sigap mendorong anak satu-satunya itu, membuat ia harus kehilangan nyawanya karena tertembak tepat dibagian kepala.
Hal itu berhasil membuat Tay mendapatkan traumanya dan kenangan kelam itu melekat pada ingatan pria itu sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya diluar dan berdiam diri dirumahnya serta mendapatkan perawatan khusus yang intens dikarenakan tay beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri.
"ma, tawan pengen ketemu"
"peluk tawan ma"
"tawan gabisa tanpa mama" lirih tay meneteskan air matanya.
"tawan jahat sama papa ma, tawan gabisa jagain papa, papa harus terus-terusan kerja karena tawan ma, tawan cuma bisa nyusahin mama dan papa"
Tay mendekap erat foto itu sambil berjalan menuju ranjang nya, ia berbaring disana sambil terus memeluk foto sang ibu.
Off
Udah jam minum obat
...
Handphone tay berdering berkali-kali menandakan ada panggilan yang masuk, namun ia masih tidak memperdulikan panggilan itu.