"mas ga mau ya?" tanya New saat ia dan Tay berada dalam perjalanan pulang dengan mobil yang Tay kendarai.
"kita ngobrol nanti ya dirumah, boleh sayang?" tanya Tay menggenggam tangan New dengan satu tangannya.
New menghela nafasnya pelan, ia lalu mengusap punggung tangan suaminya itu dan melirik Tay yang tampak menatap lurus kedepan.
Keduanya baru saja selesai berkonsultasi dengan salah seorang dokter yang direkomendasikan oleh Alice, setelah melakukan pemeriksaan dengan dokter tersebut, keduanya merasa cocok dan melanjutkan sesi konsultasi mereka.
Namun, Tay menjadi sedikit bimbang disaat ia mendengar bagaimana proses bayi tabung tersebut.
Saat sampai dirumah, New mendahului Tay berjalan masuk menuju kamar mereka, ia lalu duduk dipinggir ranjang dengan kepala yang tertunduk.
Tak lama Tay menyusul, pria itu langsung berlutut dihadapan New dan memeluk pinggang istrinya itu. Ia lalu menjatuhkan kepalanya keatas paha New, membiarkan usapan lembut pada surainya dari sentuhan halus tangan New.
"kenapa? Mas keliatan banget hilang semangatnya, mas ga suka?" tanya New.
Tay tiba-tiba menangis terisak dan semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang New.
"mas Tay? Aku minta maaf ya bikin kamu sedih gini? Kalau aja aku bisa jagain anak kita kemaren kamu..."
"engga New" ujar Tay memotong ucapan New.
"engga sayang, kamu ga salah" lirih Tay mengangkat kepalanya menatap wajah sendu sang istri.
"kamu kenapa? Kenapa nangis begini?" tanya New menangkup kedua pipi suaminya itu.
"aku takut, aku ga sanggup nanti ngeliat kamu yang harus jalani semua prosesnya, aku ga tega kalau kamu harus disuntik setiap hari, hin aku..."
Chupp...
"mas, aku ga sendirian kan sayang? Aku punya kamu" ujar New setelah mengecup bibir Tay.
"hin tapi dokter bilang untuk proses awalnya kamu harus disuntik dulu disini, ga cuma satu suntikan hin, ada beberapa dan ga cuma sekali sehari tapi dua kali, belum lagi efeknya buat kamu nanti, dokter bilang bisa bikin pusing mual meriang, hin mana tega sih aku ngeliat kamu dalam beberapa minggu kedepan bakalan ngelewatin itu?"
"tapi kan aku ada mas, kalau disuntiknya sakit aku bisa gigit mas, kalau aku pusing mual muntah atau demam pun aku bisa manja-manja sama mas, aku bisa ngerepotin mas lebih lagi, aku kan ga sendirian ngelewatin prosesnya, atau mas gamau nemenin aku?" tanya New bercanda.
"mana ada begitu, mas bakalan nemenin kamu terus lah, mau dalam kondisi apapun mas bakalan selalu ada buat kamu" protes Tay.
"yaudah jangan nangis dong, cengeng amat kamu"
"tapi kamu yakin hin? Aku beneran gapapa kok sayang kalau emang kamu gamau ngelanjutin prosesnya, aku gapapa kalaupun kita cuma berdua aja"
"aku juga gapapa kalau emang kita ditakdirkan buat pacaran berduaan seumur hidup mas, tapi aku juga pengen coba, boleh ga?" tanya New.
"sayang tapi nanti kalau didalam proses perjalanan kita ini kamu ngerasa ga sanggup, kamu bilang aku ya? Jangan dipaksa ya sayang?"
"aku janji bakalan laporan untuk setiap kondisi yang aku alami" ujar New.
"sekecil apapun itu, kamu harus libatkan aku ya?"
"iya sayangku"
Tay menghela nafasnya berat, satu tangannya bergerak menyentuh pipi New dan mengusap permukaan lembut itu.