Part masih lengkap!!
Dellia adalah seorang mahasiswi tingkat akhir yang baru saja menyelesaikan tugas skripsinya. Namun sayang nyawa gadis tersebut berakhir karena kehabisan uang dan kelaparan. Semua uangnya habis ia dedikasikan untuk panti asuhan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah dirasa mereda aku bangkit dari ranjang. Lebih baik aku mandi sekarang, menyegarkan pikiran. Itu lebih baik dari pada harus merenung di atas ranjang. Ayok Ellia fokus!
Aku masuk ke dalam walk in closet yang terhubung dengan kamar mandi, paham kan maksudnya? Aku mulai ritual mandiku beserta dengan skincareannya. Hanya butuh waktu 20 menit untukku berada di dalam sini. Setelah dirasa cukup rapih dengan celana panjang yang nyaman dan kaus kebesaran putih polos, aku memutuskan untuk keluar.
Tetapi begitu aku keluar, aku dikejutkan dengan seorang pria yang terbaring bebas di atas ranjangku. Argh pria ini!
"Ngapain lo di sini?"
Masih dengan posisi terbaring Ardio menoleh sekilas ke arahku. "Oh lo udah beres mandinya" ucapnya santai.
Aku menghela nafas berat. Mengapa hari ini Ardio sangat menyebalkan? Biasanya tak seperti ini!
"Lo ngapain di sini?! Balik sana" perintahku.
Bukannya menurut, Ardio hanya merespon dengan menautka alisnya. Apa ia tuli?
"Kenapa gue harus balik? Gue kan nginep" jawabnya santai.
"Gak ada nginep nginep! Kek gak punya rumah aja lo"
"Mama bilang ini juga rumah gue" ucapnya.
"Bodo amat, pokonya lo harus pergi!"
Ardio bangkit dari posisinya, ia berdiri lalu berjalan mendekat. "Oke gue bakal pergi, tapi gue pamit dulu sama Mama ya, soalnya anaknya udah ngusir gue" ancamnya lagi.
"Ck dasar lo bisanya ngancem doang"
"Enggak ngancem kok, tunggu yah" ucapnya sambil merogoh sakunya mengambil ponsel dari sana.
Melihat Ardio yang ternyata serius hampir menelpon Mama aku langsung panik dan menahan tangannya. "Oke oke oke, lo boleh nginap di sini! Tapi dengan syarat, jangan macem-macem!" ucapku terpaksa.
Ardio menyeringai yang di mataku itu menyeramkan. "Emang lo pikir gue bakal macem-macem kayak gimana?" tanyanya sambil berjalan perlahan mendekat.
Aku yang melihatnya mendekat pun ikut mundur ke belakang. "Mau apa lo?!" aku mencoba mengertaknya agar menjauh namun bukannya menjauh Ardio malah semakin dekat.
Aku terus mundur mencoba menjauhinya, hingga akhirnya tubuhku merapat pada pintu walk in closet. Ku tatap matanya yang menatap diriku penuh minat sambil menyeringai. Wajahnya semakin mendekat ke wajahku, membuat ku refleks memejamkan mata dengan kuat karena takut akan apa yang terjadi selanjutnya.
"Minggir" suara berat itu tepat berada di telingaku. "Gue mau mandi, lo ngalangin jalan" spontan aku membuka mataku. Kini pemandangan yang ku lihat adalah wajahnya yang tersenyum puas seakan telah memenangkan suatu pertandingan. Seketika wajahku memerah mengingat betapa bodohnya aku berpikir bahwa Ardio akan menciumku.