Makan Malam

11.1K 841 95
                                    

Happy Reading ✨




Suara telepon berdering mengalihkan atensiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara telepon berdering mengalihkan atensiku. Aku melihat pada benda pipih yang bergetar tepat di samping buku yang sedang aku baca. Tertulis nama 'Bunda Fira' pada layar ponselku. Tanpa berpikir panjang aku langsung mengangkat telepon tersebut.

"Halo mantu bunda~" suara dari sebrang.

"Halo bunda~ bunda apa kabar? " balasku.

"Bunda baik sayang. kamu kemana aja kok gak ada main ke sini sih? Kamu marah ya sama bunda gara gara kejadian waktu itu? " tanya bunda sedikit membuatku tak tega.

"Engga bunda Ell gak marah kok. Lagian kan kejadian itu bukan salah bunda" jawabku.

Jika kalian lupa, aku membicarakan kejadian dimana pertama kali bertemu dengan Risa, yang pada saat itu tanganku tertusuk pecahan kaca. Memang sejak saat itu aku tidak ada komunikasi apapun lagi dengan keluarga Bintara.

"Kalo kamu gak ngambek terus kenapa kamu gak main ke sini lagi hm? Biasanyakan kamu suka ke sini, apalagi sekarang kamu lagi sendirian di rumah, kamu biasanya suka nginep kalo lagi gitu, kenapa Ell gak main lagi ke sini? " tanya Bunda Fira terus menerus. Aku jadi kelabakan sendiri.

"I-iya bunda Ellia minta maaf. Ell emang akhir akhir ini lagi sibuk tugas sama persiapan lomba. Ell kan udah kelas 12 bund, harus ekstra belajar biar bisa lulus." jelasku.

"Lomba? Lomba apa? "

"Ell ikut kompetisi Ice Skating Dance bund" jawabku.

"Loh kamu main Ice Skating lagi? Kok bunda gak tau? Ardio kok gak ngasih tau bunda yah?"

Aku mengedikan bahu. "Ardio nya lupa kali bund. Mungkin lagi sibuk" 'sibuk sama pacarnya' lanjutku dalam hati.

"Iya kali yah. Yaudah deh pokonya bunda ikut seneng, kamu yang semangat yah kamu pasti bisa. Kalo kamu menang bunda bakal kasih apa aja yang kamu minta" ucap bunda dari sebrang. Like mother like son.

"Iya bundaa,  doain yaaa"

"Iya dong pasti...  Eh bunda tuh nelpon mau ngajak kamu makan malam besok di rumah bunda"

Baru aku akan menjawab namun suaraku langsung di potong oleh wanita paruh baya yang melahirkan Ardio itu.

"Gak ada alasan!  Bunda gak mau tau pokoknya kamu harus ke sini besok. Kalo kamu gak ke sini bunda anggap kamu masih marah sama bunda karena kejadian waktu itu" tegasnya padaku.

Aku pun hanya bisa menghela nafas. Bukan aku masih marah atau pun kecewa, tapi tempat itu memiliki kesan pertama yang buruk di mataku. Tapi bukan hal yang bagus juga aku terus menerus menghindari keluarga Bintara, bagaimana pun terlepas dari statusku dan Ardio, dalam lubuk hati yang paling dalam tubuh ini menyayangi dengan tulus kedua orang tua pria itu. Dengan pasrah aku pun mengangguk mengiyakan ajakan Bunda Fira.

Can You Let Me Go?  END [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang