Cemburu?

26K 1.5K 14
                                    

Happy Reading ✨


Aku melihat suasana kelas saat ini mulai sepi, semua siswa sibuk keluar mencari makanan untuk mengisi tenaga mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku melihat suasana kelas saat ini mulai sepi, semua siswa sibuk keluar mencari makanan untuk mengisi tenaga mereka. Rangga, Gilang, dan Devan juga ternyata sudah lebih dulu ke kantin. Kini yang tersisa di kelas hanya 5 orang, termasuk aku, Ardio dan Grayyan. Ardio sejak bel berbunyi ia hanya diam sambil memainkan ponselnya, sementara Grayyan nampak sibuk dengan tugasnya yang belum selesai. Aku? Sekarang aku sedang overthinking tentang masa depanku. Mau bagaimana pun dengan ditinggalnya aku sendirian di Indonesia sudah menjadi ancaman bagi nyawaku.

Aku menghela nafas. Setelah ku pikir-pikir aku jadi sedikit paham kenapa orang-orang yang bertransmigrasi di novel-novel lebih memilih mengubah alur cerita, ya karena kalau diam dan mengikut saja seperti aku ya begini, akan terus mengikuti alur tanpa perubahan. Tidak, sebenarnya ada beberapa hal yang berubah dalam garis kecil, namun secara garis besar aku terbawa alur. Ah aku jadi kepikiran, apakah ada kesempatan untuku hidup lebih lama di dunia ini? Apakah aku memang tidak bisa kabur dan harus mati dalam waktu dekat? Oh tuhan tolong aku, kenapa aku tidak bisa menghindari alur hiks Toloooonggg!!!

"El! " seseorang menggoyangkan lenganku

Aku tersadar dari lamunanku lalu mengerjapkan mata.

"Lo kenapa ngelamun, awas kesambet" ucap Grayyan tampak khawatir. Apakah aku semelamun itu?

"Hah? Sory-sory hehe. Lo udah beres?" tanyaku.

"Udah, Yok kantin" ajaknya.

"Lo aja deh, gue enggak dulu"

"Oh lo bawa bekal"

"Enggak hehe" jawabku sambil tersenyum pepsodent.

"Terus lo makan gimana kalo gitu? Lagian kenapa lo gak mau ke kantin?" tanya Grayyan heran.

"Gak papa, males aja" jawabku asal.

Bukan tanpa alasan aku menolak pergi ke kantin. Menurut alur novel, setelah kepergian orang tua dan kakak Ellia, gadis itu menjadi semakin menggila menganggu Risa. Bukannya aku berniat seperti itu atau tidak punya kemampuan mengendalikan diri, tapi yang sudah sudah mau seperti apapun aku bersikap, tetap saja aku akan kena, entah aku yang terluka atau aku yang di tuduh. Aku sudah sangat hapal, sudah sering terjadi dalam dua minggu ini.

Grayyan menghela nafas. "Yaudah, lo tunggu di sini, nanti gue bawain makan buat Lo dari kantin" putusnya.

Mataku seketika berbinar terharu. "Lo serius?  Aaaa makasih, tapi emangnya lo gak capek"

"Gak, lagian gue lebih baik capek dari pada lo kelaperan kayak gini" jawabnya sangat gentle. Aw hati adek gak kuat mas.

"Aww cocweet bangett deh mas Grayyan" goda ku hihih.

Grayyan terkekeh geli. "Yaudah, tunggu ya dek" dia memperlakukanku seperti anak kecil. Tak apa, aku menyukainya.

Setelah kepergian Grayyan, aku menyadari sesuatu, leher belakangku panas. Tu tengok ke arah belakang dan

Can You Let Me Go?  END [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang