9

7.7K 533 13
                                    


"Pagi kak Winter."

Winter enggak menjawab sapaan ku dan dia hanya bermain dengan ponselnya diruang tamu dengan kursi rodanya.

Aku bingung harus memulai obrolan gimana, apa aku nanya sudah makan apa belum kali ya?

"Kak Winter.. udah sarapan?"

"Ya."

Aku semakin bingung.

"Umm.. kak Winter ada jadwal kontrol kan hari ini?"

"Terus?"

"Aku temanin ya? mumpung training ku agak sor-"

"Mama bakal temenin gue."

Sudah ku duga pasti Winter bakal nolak lagi dan lagi..

"Tapi kak, sekali-kali kan gapa-"

"Harus banget ya gue ulangin kata-kata gue?"

Bibirku terbungkam tidak bisa berkata apa-apa lagi, ah sudahlah anak mami memang begini ini.

Aku tersenyum tipis, "okay deh kak, kalo perlu apa apa nanti telpon aja ya?"

Winter tidak menjawab lagi perkataan ku dan masih fokus ke ponselnya, yaudah sih dia juga biasanya begitu jadi aku gak boleh baper cuma karena dicuekin.

Ku tatap wajah Winter yang datar. Sumpah dia terlihat cantik banget bahkan aku aja kagum lho sama kecantikan nya tapi jelas sih lebih cantikan aku hehe.

"Apa liat-liat?"

Aku sontak mengalihkan pandangan ku ke arah lain, "e-enggak kok."

"Btw, pacar lu kemarin bawain lu makanan."

Pacar? memang nya aku punya pacar? Perasaan aku jomblo akut deh, no pacar pacar.

"Pacar?"

Winter kemudian menatap ku dengan tatapan tajam, "pacar lesbi lu yang kemarin datang."

Ah, jangan-jangan yang dimaksud Winter itu Freya? lagian juga kenapa Freya sih? kan dia itu Straight jadi gak mungkin lesbi lah.

"Aduh kak.. Freya bukan pacarku, dia itu teman ku, teman lama kak."

"Bacot, kalau lesbi ya lesbi aja, lagian mana ada maling ngaku maling."

"Benaran kak, Freya itu teman aku, lagian aku juga gak pernah suka dia secara romantis."

"Serah, gak perduli," setelah mengatakan itu Winter kembali fokus ke ponselnya.

Aku menghela nafas panjang berusaha untuk sabar menghadapi makhluk satu ini yang menguji kesabaran ku.

"Maaf kak, kalau Freya ganggu kakak karena datang."

Winter mengabaikan ku lagi.

Sialan.

Beberapa saat aku memilih berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas untuk mencari makanan yang Freya bawakan untuk ku.

Aku kemudian melihat sebuah bungkusan makanan dan mengambil bungkusan makanan itu, saat ku buka isi nya adalah Nasi Goreng Usa.

Aku tersenyum tipis, lumayan deh sarapan Nasi Goreng Usa meski dingin, bisa kupanasin lagi juga toh tapi tumben deh Freya bawakan makanan, biasanya jarang banget kalau enggak aku minta tolong bawakan makanan.

Tapi gapapa lumayan makanan gratis, ucapin makasihnya nanti aja deh pas selesai makan.

*******

"Nah jadi gini caranya menggunakan mesin espresso, ngerti gak?"

Aku sedikit mengangguk, "sedikit kak."

Kak Andre tersenyum tipis, "it's okay, seenggaknya lu paham deh dikit dikit, ini juga baru pertama kali kan?"

"Iya kak."

"Kalau sering-sering nyoba pasti bakal bisa, semangatt ya," ucap kak Andre.

"Iya kak.." aku tersenyum tipis

Sebenarnya aku juga enggak tau lagi sih mau ngomong kayak gimana, yang penting aku respon aja deh meski cuman jawab 'iya'

"Oh ya sha, gue boleh nanya gak? soalnya penasaran."

"Boleh kak, nanya apa kak?"

Senyuman kak Andre perlahan memudar dan dia menaiki sebelah alis nya, "itu dijari manis lu cincin kawin kah?"

Deg

Aduhh, masa aku jujur sih?

Apa aku jujur aja ya? tapi kan pernikahan ini dipaksa jadi gak mungkin dong aku kasih tau.. apa lagi ke orang yang baru ku kenal beberapa hari, lagian pertanyaan kak Andre gini amat.

"Umm.. i-ini pemberian dari ibu saya kak.."

Seharusnya sih jawabanku masuk akal.. semoga aja kak Andre ga curiga.

Kak Andre terdiam beberapa saat tapi kemudian dia kembali tersenyum.

"Haha maaf ya, aku cuma penasaran doang kok, lagian juga umur mu masih muda banget masa udah nikah aja"

Aku menghela nafas lega, "iya benar tuh kak"

Syukur deh kak Andre percaya.

"Yasudah, yuk balik lagi tentang mesin espresso."

Aku mengangguk, "baik kak."

"Btw jangan formal gitu dong, anggap aja kayak teman"

Aku agak canggung sih temanan sama cowok, apa lagi cowok modelan kayak kak Andre..

Aku mengangguk pelan, "O-Okay kak."

Kak Andre tersenyum manis sambil mengambil cangkir, "coba buat kopi lagi."

"Baik."

Aku mengambil cangkir tersebut dari kak Andre.

"Santai okay?"

Aku mengangguk.

Eh tapi kalau dipikir-pikir lagi malahan bagus gak sih temanan sama cowok ganteng gitu? pasti banyak ciwi-ciwi yang iri dengki.

Ah sudahlah syukuri aja deh apa yang ada, ribet banget lu jadi orang Kaesha..

ArrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang