Perempuan itu kemudian tersenyum sambil mengulurkan tangan kearahku.
"kenalin saya Vanness Jovelle Wilson, pemilik cafe ini sekaligus seorang psikolog."
Mampus.
Aku yang panik langsung membungkukkan badan, "maaf buk! maaf atas kelancangan saya! tolong maafkan saya."
Buk Vanness hanya tertawa.
Apa yang lucu coba? memangnya ada acara komedian?
"Astaga.. kamu lucu juga ya? lagian gapapa kok, saya juga jarang berada dicafe saya sendiri, yang ngurusin semua tuh si Lin," ucap buk Vanness sambil meminum secangkir cappuccino nya.
"Saya juga sibuk ngurusin pasien saya, jadi saya maklumi aja kalau kamu gak kenal sama saya," tambah buk Vanness.
Tapi tetap saja rasanya sangat tidak sopan dan bersalah.. bisa-bisanya aku tidak mengenali bos ku sendiri.
"Sekali lagi saya minta maaf buk," ucapku masih membungkuk dan aku menunduk sedalam-dalamnya.
"Udah udah gapapa kok, tegak lagi dong."
Aku menuruti buk Vanness untuk tegak kembali.
Ku tatap wajah buk Vanness yang tersenyum manis kearahku. Gila.. cantik banget sih nih buk bos, aku bahkan sampai kagum lho.
"Sini duduk, kamu masih ada 5 menit lagi istirahat nya kan?"
Aku mengangguk pelan, "iya buk.."
Aku pun duduk didepan buk Vanness, rasanya gugup banget tiba-tiba.
"Gimana perasaan kamu ketemu saya?" tanya buk Vanness.
"Rasanya.. e-emm.. gugup..?"
Bu Vanness terkekeh, "rileks aja.. okay? saya juga gak makan kamu."
"B-baik buk."
Buk Vanness masih mempertahankan senyuman nya dan dia menatap ku lekat, ini membuat ku canggung jadi aku tidak mau menatap buk Vanness.
"Kamu masih tinggal dengan orang tua ya?" tanya buk Vanness.
Aku sedikit bingung harus jawab apa.
"Eh.. enggak buk, saya tinggal.. dirumah sepupu saya, orang tua saya gak tinggal disini buk," jawabku.
"Ohh, okey okey."
Aku benar-benar engga tahu harus berkata apa lagi dengan buk bos ini. Ayolah Kaesha.. pikirkan sesuatu topik..
"Kamu nikah muda ya?"
"Hah?"
Aku sontak menatap buk Vanness dan dia hanya tersenyum tipis.
"Itu, dijari manis mu, kayak cincin kawin deh."
"Oh? Ini? Umm.. ini pemberian dari ibu saya.." ucapku sambil menyembunyikan tangan ku.
"Oh, maaf ya saya agak lancang."
Aku dengan cepat menggelengkan kepalaku, "gak kok buk! saya tidak keberatan sama sekali.."
Buk Vanness masih tersenyum dan kemudian dia meminum secangkir cappuccino nya lagi.
Duh, astaga.. otak ku benaran gak ada topik.
Tiba-tiba ada suara notifikasi dari ponsel ku, seperti spam, aku pengen ngecek tapi rasanya gak sopan banget main ponsel di depan bos sendiri.
"Ehem.. buk.. saya permisi dulu.. jam istirahat saya sepertinya sudah selesai.."
Buk Vanness kemudian menatap ku, "oh ya kah? okey deh, semangat."
Aku tersenyum tipis, "terimakasih buk."

KAMU SEDANG MEMBACA
Arrange
RomanceKaesha Ryana terpaksa menikahin seorang perempuan lumpuh akibat ulah Abang nya, Namun beriringnya waktu ia menaruh hati kepada perempuan tersebut. Akankah Kaesha terus mengejar cinta seseorang perempuan yang tidak pernah menghargai nya? Atau ia akan...