27

15.2K 767 197
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian itu dan aku juga udah gak masuk berkerja lagi.

Aku belum resign sih tapi aku sudah mengiyakan menjadi assisten pribadi nona Livy 5 hari yang lalu.

Aku gak punya pilihan lain selain ini karena aku gak mau melihat Vanness lagi, entah kenapa semenjak hari itu.

"Kaesha."

Ku langsung menoleh kebelakang menatap wajah Winter yang tidak menggunakan kursi rodanya lagi.

Mungkin karena sudah ketahuan oleh ku deh makanya kursi roda itu gak berguna lagi.

"Iya kak?" tanyaku.

"Kenapa akhir-akhir ini lu pulang malam terus? gue juga lihat ada 2 pria berjas hitam bawa lu mulu, lu ada hutang?" jawabnya.

Aduhh.. pakai alasan apa lagi ini.

"Engga kak."

"Terus? udah join mafia?"

"Gak mungkin lah aku begituan."

"Terus?"

"Udahlah kak, aku mau pergi dulu, udah ditunggu," sahutku.

"Jawab pertanyaan gue dulu."

Aku memilih pergi berjalan ke arah pintu dan saat aku memegang gagang pintu tiba-tiba aku merasakan tubuh seseorang dipunggung ku.

Deg

"Kangen tau... kok kamu gak peka sih?" ucap Winter sambil memeluk ku dari belakang.

Astaga... bikin jantungan saja nih iblis.

Eh kok jadi lucu gini sih nada suaranya?

"Aduh kak.. paling bentar lagi bang Karl pulang bisa nemanin kakak," ujarku.

"Aku kan mau nya sama kamu sayang...."

Kucoba melepaskan lengannya yang berada diperut ku, "aku mau pergi kak."

"Cium dulu."

Ya Tuhan....

"Apa sih kak? tumben banget kayak gini."

"Soalnya aku mau dimanja kamu..."

"Kan ada bang Karl."

"Cium dulu atau aku Bdsm kamu sekarang?"

Cup

Bulu kuduk ku seketika berdiri saat Winter mencium leherku.

"Kak?!"

"Kenapa sayang?"

"Udah ah... aku mau pergi...."

Winter semakin mengeratkan pelukannya.

"Kamu kok kayak pendek sih? padahal tinggi aku cuman 167cm lho."

Aku menghela nafas kasar, "karena tinggi ku cuma 162cm."

"Gemes bangettt."

Seseorang... tolong... bisa bisa aku mati karena serangan jantung.

Tuk... Tuk...

"Ughh, ngeselin banget sih yang datang, ganggu orang aja."

Tuk... Tuk...

"Permisi."

Winter kemudian melepaskan pelukan itu lalu mendorong ku, "sana, buka."

Ah sial, sekarang malah aku seolah-olah diusir.

Aku segera membukakan pintu itu dan ku lihat pria botak berjas hitam berpakaian rapih berdiri didepan ku.

"Maaf, nona Livy menyuruh anda untuk segera masuk ke dalam mobil."

ArrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang