10

5.7K 169 0
                                    

Semenjak kejadian itu, Tias selalu berusaha menghindar dari Hiro, dan tentu saja Hiro tidak akan membiarkan itu terjadi, ia terus menempel pada Tias.

Seperti saat ini, Tias sedang mengerjakan proposalnya diatas pangkuan Hiro, dan Hiro memeluknya dari belakang.

Tias sudah sangat menolak, tapi apa daya, kekuatannya tidak sebanding dengan otot besar Hiro.

"Hiro aku lapar" ucap Tias sambil mengetik.

"Kau lapar? Kau ingin pesan makanan?" tanya Hiro.

Tias menggeleng, ia menatap Hiro dengan puppy eye nya.

"Aku ingin makan masakkanmu"

Hiro terkekeh "Kau ingin aku memasak apa?"

"Emm aku ingin ayam kecap, waktu itu kau memasaknya sangat enak, jadi aku ingin makan lagi, boleh ya?"

"Tentu saja, akan aku masakkan apapun yang kau mau"

"Terima kasih" ucap Tias kegirangan.

Tapi kegirangan itu runtuh saat Hiro tersenyum licik yang membuat Tias was-was.

"Tapi kau harus menciumku dulu" ucap Hiro sambil menunjuk pipinya.

"Ck menyebalkan" gumam Tias.

Cup~

Kecupan singkat Tias berikan di pipi Hiro.

Hiro tersenyum, lain kali ia akan memintanya di bibir. Ia mengangkat Tias dan memindahkannya ke samping, lalu beranjak menuju dapur.

Sebenarnya "lapar" hanya alibi Tias saja, ia sangat tidak nyaman berada dekat dengan Hiro, ia jadi tidak fokus untuk mengerjakan proposalnya.

Tias merindukan momen bersama Hiro dulu, tanpa mengetahui perasaan Hiro padanya. Tias merasa jengkel pada Hiro yang mencintainya. Padahal Hiro merupakan orang terpenting di dalam hidupnya.

Ting Tong~

Mendengar itu, Tias bergegas untuk membuka pintu utama.

"Tias!" sapa Sinta, teman Tias.

"Kalian sudah datang, ayo masuk" ajak Tias.

Teman kampus Tias datang, mereka adalah teman dekatnya. Sinta, Gani, Rio, mereka sengaja Tias panggil agar Tias tidak berduaan dengan Hiro di rumah. Tias memberitahu mereka agar membantunya mengerjakan proposalnya.

"Siapa-" ucapan Hiro terhenti ketika melihat siapa yang datang.

Selain mengganggu berduaannya dengan Tias, Hiro merasa kesal karena datangnya Rio, dia merupakan orang yang menyukai Tias dan dekat dengan Tias.

"Hiro, kau disini juga?" tanya Gani.

"Hmm" jawab singkat Hiro.

"Tias kau makan dulu, masakkannya sudah jadi" lanjut Hiro.

"Oke, kita makan dulu ya, Hiro masak makanan yang lezat"

Mendengar itu Gani dan Sinta bersorak, tanpa malu mereka berlari menuju meja makan disusul oleh Tias dan Rio.

Saat ini Hiro berkali lipat jengkel dan kesal, ingin rasanya ia mengusir teman-temannya itu. Tapi ia harus menahannya, kalau tidak, Tias akan membencinya.

Mereka pun makan dengan tenag, sesekali Gani mengeluarkan leluconnya yang membuat momen terasa berbeda.

Selesai makan, Tias mengerjakan proposalnya kembali, dibantu oleh Rio karena pembahasn proposalnya dengan Tias hampir sama.

"Cih, seharusnya kau tidak perlu repot-repot meminta bantuan pada temanmu, aku bahkan bisa mengerjakan semua proposalmu" ucap Hiro.

"Ck kau diam, aku hanya perlu dibimbing, lagi pula Rio lebih tau apa yang harus aku lakukan" jawab Tias.

Hiro memutar bola matanya malas, ia harus mencari cara agar bisa mengusir mereka bertiga.

Hiro beranjak untuk mengangkat teleponnya. Beberapa menit kemudian ia kembali.

"Tias orangtuamu sudah dibandara, kau mau menjemputnya?" tanya Hiro.

Mendengar itu, tentu Tias sangat senang, itu artinya ia tidak perlu berduaan lagi dengan Hiro di rumah.

"Benarkah?! Iya aku mau menjemput mereka" jawab Tias semangat.

"Teman-teman aku harus menjemput orangtuaku, terima kasih kalian sudah mau datang dan membantuku" lanjut Tias pada temannya.

"Iya sama-sama, lain kali jika kau butuh bantuan lagi panggil saja aku" ucap Rio sambil mengelus puncak kepala Tias.

Melihat itu, Hiro langsung menepis tangan Rio.

"Ck, jangan menyentuhnya" ucap Hiro.

Seketika Hiro mendapat sikuan dari Tias.

"Iya baiklah, kalo begitu sampai jumpa lagi" ucap Tias.

Ia mengantarkan teman-temannya keluar diikuti oleh Hiro.

Dirasa mereka sudah menghilang dari pandangannya, Hiro langsung menutip pintu dan menguncinya.

Tias merasa aneh "Ayo Hiro, mengapa kau menutup pintunya, kita harus segera menjemput mereka" ucap Tias.

Hiro mengendikkan bahunya "Aku berbohong" ucapnya enteng.

"What the fu- HIRO!" teriak Tias terkejut karena tiba-tiba Hiro menggendongnya ala karung.

"HIRO APA YANG KAU LAKUKAN?! TURUNKAN AKU!" teriak Tias.

Hiro diam saja, ia membawa Tias menuju kamar yang ditempati Hiro. Mengetahui itu, Tias semakin panik, ia memberontak dengan memukul punggung, dan mencubit Hiro, tapi tidak mempan untuk Hiro.

Setelah masuk dan menutup pintu, Hiro membanting Tias diatas kasur dan menindihnya.

"Lepaskan Hiro! Dasar penipu!" sentak Tias.

"Sayang, aku terpaksa melakukan itu, mereka mengganggu kita, sudah bagus kita berduaan menikmati momen kita, mereka malah datang dan mengacau, aku cemburu" ucap Hiro sambil cemberut.

Tias kesal setengah mati, orang yang diatasnya ini sangat menyebalkan, bisa-bisanya dia berbohong hanya karena cemburu.

Hiro memeluk Tias dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Tias. Ia menghirup rakus aroma tubuh Tias.

"Aku suka wangi tubuhmu Tias" bisik Hiro membuat Tias merinding.

Tias hanya diam, ia membiarkan Hiro memeluknya. Ia takut, jika berontak, Hiro akan macam-macam padanya.

Hiro menatap Tias dengan dalam "Kita tidur siang ya" ucap Hiro.

Seolah terhipnotis, Tias mengangguk mengiyakan. Hiro langsung berbaring dan membawa Tias ke dalam pelukkannya. Mereka pun tertidur dengan lelap.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang