18

3.2K 100 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 01:00, Tio mengendarai mobilnya dengan tenang, ia sudah lembur karena pekerjaan yang sudah menumpuk.

Meskipun begitu, ia tak pernah sampai menginap dikantor, meski fasilitas sudah tersedia. Ia akan berusaha untuk pulang ke rumah agar Hiro tidak kesepian, setidaknya Hiro selalu melihat orangtuanya di rumah.

Tio mengerutkan keningnya ketika melihat dari jauh ada sebuah mobil yang melaju dengan sangat cepat. Saat diperhatikan lagi, mobil tersebut mengarah padanya, membuat ia terkejut lalu membanting setirnya ke arah kanan, tetapi mobil itu juga mengikuti ke arah kanan juga.

BRAK

Tio belum sempat menghindari mobil yang ada di depannya, alhasil keduanya bertabrakkan. Kedua mobil itu hancur, dan tentu saja dengan Tio yang sudah tidak sadarkan diri, dengan banyak darah mengucur di kepalanya.

Disisi lain, Hiro belum tertidur, ia masih menunggu Tio yang masih belum pulang.

"Apa dia lembur?" gumam Hiro.

Ia pun segera menelepon penjaga perusahaan, karena Tio dari tadi susah dihubungi.

"Apa ayah masih di ruangannya?" tanya Hiro.

"Bos sudah pulang jam satu tadi Tuan" jawab si penjaga.

"Oh baiklah, terima kasih" ucap Hiro lalu menutul teleponnya.

Hiro berpikir positif saja, mungkin ayahnya singgah ke suatu tempat terlebih dahulu. Tapi hatinya berkata lain, ia merasa sangat gelisah saat ini.

Hingga suara dering telepon berbunyi, membuat Hiro bernapas lega karena tertera nama "Ayah" disana.

"Halo ayah"

"Selamat malam, apa anda anak dari orang yang bernama Tio?" tanya seseorang disana.

"Iya saya anaknya, kau siapa? Dimana ayahku?" tanya Hiro mulai panik.

"Begini, saya menemukan ayahmu, dia kecelakaan, saat ini ambulan sedang membawanya ke rumah sakit, sekarang saya bersama ayahmu diambulan, saya akan mengirim alamat rumah sakitnya" jelas pria itu.

"A-apa?"

Bagaikan petir menyambar, tubuh Hiro kaku saat mendengarkan penuturan pria itu. Perasaan takut menyerang seketika, tubuh Hiro mendadak bergetar, keringat dingin membasahi dahinya. Ia luruh ke lantai, tidak kuat menahan tubuhnya, kakinya seperti jeli.

"A-ayah kecelakaan? Tidak  tidak," gumam Hiro sambil berusaha bangkit, meski pun tertatih-tatih, ia segera membawa barang yang dibutuhkan. Hiro berlari menuju mobilnya dan pergi ke rumah sakit.

Air matanya tak berhenti keluar, Hiro sangat ketakutan, ia takut kehilangan ayahnya, luka kehilangan sang ibu belum hilang, jangan sampai Tio ayahnya meninggalkannya juga.

Dengan cepat ia mengendarai mobilnya, hingga beberapa menit kemudian Hiro sampai di rumah sakit. Ia berlari mencari ruangan Tio, yang setelah ditanyakan ternyata Tio masuk UGD, pintu sudah tertutup tanda Tio sedang ditangani.

Hiro duduk di lantai, ia menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya. Ia tidak bisa menghadapi ini lagi, ia takut sangat takut.

"Selamatkan ayahku Tuhan" lirih Hiro.

****

Tias mengerjapkan matanya karena matahari menyoroti wajahnya. Ia terduduk dan melihat  jam sudah menunjukkan pukul 08:30.

"Aku kesiangan" gumamnya.

Ia mengambil ponselnya, Tias mengerutkan keningnya ketika melihat banyak telepon masuk yang tidak terjawab dari Hiro.

Ia pun segera menelepon kembali Hiro, tapi sudah lama menunggu Hiro tidak mengangkatnya juga. Tias yang khawatir segera beranjak untuk cuci muka, dan keluar menuju rumah Hiro.

Ting tong

Ting tong

Ting tong

Pintu terbuka dan menampilkan seorang pelayan pria.

"Apa Hiro ada di rumah?" tanya Tias.

"Nona belum diberitahu?"

"Diberitahu apa?" desak Tias.

"Tuan sedang berada di rumah sakit, karena Tuan besar mengalami kecelakaan tadi malam" jelas si pelayan.

"A-apa?"

Seketika panik melanda Tias, setelah menanyakan alamat rumah sakit, ia berlari kerumahnya dan segera bergegas untuk bersiap.

Tias melajukan mobilnya dengan kencang, ia khawatir dengan keadaan Hiro saat ini, ditambah Tias merasa bersalah karena tidak mengangkat teleponnya.

Setelah sampai di rumah sakit, Tias menanyakan ruangan Tio, dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamar tersebut.

Dari jauh Tias sudah melihat Hiro yang berjongkok sambil menundukkan kepalanya. Tias mempercepat langkahnya dan setelah sampai di depan Hiro, ia langsung memeluknya.

Dapat Tias rasakan keterkejutan Hiro, namun setelah itu, tangisan Hiro pecah, ia memeluk erat Tias. Tias yang sudah ikut menangks pun hanya bisa mengelus punggung Hiro.

"Ayah akan baik-baik saja" gumam Tias menenangkan.

"Aku takut" lirih Hiro.

"Ada aku" balas Tias.

Mereka berpelukkan cukup lama, sampai tangisan Hiro mereda. Tias melepas pelukkannya dan menatap Hiro, dapat Tias lihat wajah letih Hiro dengan mata sembab dan hidung merahnya, penampilan Hiro sangat berantakkan.

Tias menangkup wajah Hiro dan mengelus lembut rahangnya. Ia tersenyum menenangkan Hiro.

"Terima kasih sudah datang kesini" ucap Hiro.

Tias mengangguk "Maafkan aku, aku tidak mengangkat teleponmu"

Hiro menggelengkan kepalanya, ia kembali memeluk Tias.

"Aku hanya membutuhkanmu" lirih Hiro.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang