30

2.8K 66 3
                                    

"A-aku tidak tau Bryan yang kau maksud, hanya saja namanya sama dengan nama temanku" jawab Tias.

Dewa hanya menganggukkan kepalanya, berbeda dengan Hiro, raut wajahnya sudah berubah menjadi kesal.

"Siapa Bryan? Aku tidak tau kau punya teman yang bernama Bryan" ucap Hiro.

"Emm dia teman-"

"Ck sudahlah, bukan urusanmu dia punya teman yang bernama Bryan, kau tidak perlu mengetahui tentang pertemanan Tias" ucap Dewa memotong jawaban Tias.

"Huh selamat" ucap Tias dalam hati.

"Kita lanjut saja, anak dari Bimo itu bernama Bryan, kebetulan dia meminta kerja sama dengan perusahaanku, jika kau ingin menemuinya akan ku atur jadwalnya" lanjut Dewa

"Bagaimana bisa kau menemukannya?" tanya Hiro.

"Sederhana saja, sebelum aku menyetujui kerja sama, aku selalu mencari tahu informasi tentang perusahaan dan pemiliknya, secara bersamaan ayahmu bercerita tentang kecelakaan itu" jawab Dewa.

Hiro mengangguk "Baiklah kalo begitu, aku sangat berterima kasih, atur saja jadwalnya" ucap Hiro.

Kemudian ia bangkit dan menarik tangan Tias.

"Mau kemana?" tanya Dewa sambil memegang tangan kiri Tias.

Hiro melepas paksa genggaman Dewa "Lepas! Aku akan mengajaknya ke rumahku" jawab Hiro.

"Kau tidak mau mengajakku?" tanya Dewa dengan puppy eye nya.

"Ck menjijikan" ucap Hiro lalu pergi begitu saja.

Dewa hanya tertawa melihat respon temannya itu.

"Yah aku sendirian lagi" gumam Dewa, lalu membaringkan tubuhnya.

Hiro membawa Tias ke rumahnya, lalu masuk ke dalam kamar.

"Hiro kau tidak ke kantor?" tanya Tias.

Hiro menutup pintunya dan berjalan mendekati Tias.

"Tidak, hari ini kan libur" jawab Hiro.

Tias mengangguk "Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanyanya.

Tias sedikit heran, masih pagi sudah dibawa ke dalam kamar.

Hiro tersenyum miring, ia menyelipkan anak rambut Tias ke belakang telinga.

"Kau lupa? Aku bilang, jika kau berdekatan dengan Dewa, kau akan ku hukum" bisiknya.

"Sial!" umpat Tias dalam hati Tias melupakan itu.

"Ta-tapi Dewa yang lebih dulu memelukku" ucap Tias membela diri.

"Hm? Kan kau bisa menolaknya, tapi yang aku lihat kau hanya diam saja" ucap Hiro.

Sekarang Tias tidak bisa mengelak, ia memang membiarkan Dewa memeluknya.

"Kau tidak bisa jawab? Pilih salah satu hukumannya, kau pilih kita berciuman selama satu menit atau kau menginap dirumahku selama satu bulan?" tanya Hiro.

"Hukuman macam apa itu?" protes Tias.

"Eits, kau jangan protes, pilih saja, lagi pula keduanya menguntungkan kita berduakan" ucap Hiro.

"Itu sih menguntungkanmu" gumam Tias.

"Ayo cepat pilih, aku tidak punya banyak kesabaran, satu, dua, ti-"

"Ciuman" jawab singkat Tias.

Hiro menyeringai, ia langsung mendorong Tias ke atas kasur lalu menindihnya. Ia langsung melumat bibir Tias dan menyesapnya sedangkan Tias berusaha menyeimbangkan ciuman Hiro yang cukup ganas.

"Emm" desah Tias.

Tangan Hiro tak tinggal diam, ia mengelus paha Tias dan terus naik ke punggung, lalu mengelusnya.

Ctek!

Kaitan bra Tias terbuka.

Tias menyadari itu, ia buru-buru menepuk dada Hiro agar menyudahi ciumannya.

Hiro melepas ciumannya, terlihat Tias yang terengah-engah.

"Su-sudah ku bilang jangan melewati batas, ciuman saja" ucap Tias sambil membenarkan branya yang terlepas.

Hiro hanya menampilkan giginya tanpa dosa. Tias menghela napas panjang, ia kemudian duduk dipangkuan Hiro dan memeluknya.

Hiro tersenyum senang dan mendekap Tias.

"Maafkan aku" gumam Tias.

"Kau jangan membuatku cemburu, kau kan tau kesabaranku sangat tipis, bisa saja aku membuat celaka pria itu" ucap Hiro.

Tias memukul punggung Hiro setelah mendengar perkataannya, yang dipukul hanya tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang