19

2.5K 70 0
                                    

Ponsel Hiro berbunyi, ia melihatnya dan tertera nama Anton, tangan kanan Tio.

"Halo Tuan"

"Ada apa?"

"Setelah saya selidiki, saya mencurigai anak dari Bimo" ucap bawahan itu.

"Bimo?" gumam Hiro.

"Iya Tuan, musuh dari Tuan besar, tapi masih belum cukup bukti untuk menuduhnya, saya harus menyelidiki lebih dalam lagi"

"Baiklah, cari tau tentang anaknya, jika ada sesuatu atau ada yang dibutuhkan, katakan padaku"

"Baik Tuan"

Tut

"Lagi-lagi Bimo" gumam Hiro sambil mengepalkan tangannya.

Disisi lain Tias sedang dalam perjalanan pulang, Hiro dan Tias memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu karena Tio masih belum bisa dijenguk.

Tias mengemudikan mobilnya dengan mata yang mengantuk, hingga tanpa ia sadari ada orang yang menyebrang.

Cittttt

Tias mengerem mobilnya saat menyadari ada orang di depannya, orang itu sempat tertabrak meski tidak terlalu keras.

Dengan panik, Tias segera turun dari mobilnya dan menghampiri pria yang tergeletak sambil berusaha bangun.

"Ya ampun, maafkan aku, apa kau terluka?" tanya Tias panik sambil memeriksa tubuh pria itu.

"Ternyata kau yang menabrakku?"

Mendengar itu, Tias mendongakkan kepalanya untuk melihat pria yang ditabraknya. Tias menyerngitkan dahinya, ia merasa mengenal pria didepannya ini.

"Kau-?" lirih Tias.

"Aku yang bertemu denganmu di mall"

"Ohhh iya aku mengingatmu, maafkan aku, aku akan mengantarmu ke rumah sakit, kau harus diperiksa, taku terjadi se-"

Ocehan Tias terhenti saat mendengar pria itu tertawa.

"Kau tidak usah berlebihan, tidak ada luka yang serius, aku hanya perlu kau obati saja luka ini" ucap pria itu sambil menunjukkan luka di telapak tangannya.

Tias mengangguk "Baiklah, ayo naik ke mobilku, kebetulan aku menyediakan obat" ucap Tias sambil membantu pria itu berdiri dan menaiki mobilnya.

Setelah mereka masuk, Tias segera mengambil kotak P3K nya. Dengan perlahan dan hati-hati, Tias mengobati luka pria itu.

"Ada apa?" tanya Tias saat mendapati pria itu terus menatapnya.

"Tidak ada, hanya saja kau sangat cantik jika dilihat sedekat ini" jawab pria itu.

Tias berdeham, ia merasa canggung mendapat pujian dari orang yang tidak dikenalnya.

"Terima kasih, aku cantik sejak lahir" ucapnya percaya diri.

Pria itu terkekeh dan mengangguk "Aku tau"

Meski aneh, Tias mengabaikan ucapan dari pria itu.

"Oh ya, siapa namamu?" tanya Tias.

"Namaku Bryan"

Tias mengangguk "Aku Tias, aku minta maaf, tadi aku sangat mengantuk, jadi tidak fokus menyetir" ucap Tias.

"Aku akan memaafkanmu setelah selesai mengobati luka ini" ucap Bryan.

Tias mengangguk "Baiklah" ucap Tias

Beberapa menit kemudian, Tias sudah selesai mengobati Bryan.

"Nah sudah selesai" ucap Tias.

Ia segera membereskan perlatannya.

"Bagaimana? Kau memaafkanku?" tanya Tias.

Bryan mengangguk "Iya aku memaafkanmu"

"Terima kasih, sekarang kau mau kemana? Biar aku antar"

"Kalau tidak keberatan, antar aku ke rumah" jawab Bryan.

"Baiklah, tunjukkan saja jalannya" ucap Tias yang diangguki Bryan.

Tias pun melajukan mobilnya.

****

Sudah tidak terhitung Hiro berdecak, ketika teleponnya tidak Tias angkat.

"Kemana dia?" gumam Hiro yang masih menghubungi Tias.

Kini Hiro tengah di perjalanan pulang dari perusahaan, karena Tias tidak ada kabar dan tidak bisa dihubungi, ia memutuskan untuk pergi ke rumah Tias. Hiro pun mempercepat laju mobilnya.

Setelah sampai di depan rumah Tias, Hiro mengetuk pintu, dan tidak ada respon sama sekali dari dalam dan memang rumah tampak sepi, tanda tidak ada orang.

"Dia belum juga pulang?" gumamnya.

"Arrggh kau kemana Tias?!" ucap Hiro frustasi.

Ia memutuskan untuk duduk di kursi teras dan menunggu Tias sampai pulang.

Disisi lain Tias dan Bryan sudah sampai di depan rumah Bryan. Disana terlihat seorang wanita paruh baya dengan infus di tangannya seperti tengah menunggu. Dan benar saja ketika melihat Bryan, wajah wanita itu langsung berdiri.

"Siapa dia?" tanya Tias.

"Dia ibuku, ayo kita turun, aku perkenalkan pada ibuku" ajak Bryan.

"Emm tidak usah Bryan aku akan langsung pulang saja" jawab Tias.

Tanpa disadari wanita itu sudah berada di samping pintu kemudi.

"Astaga!"

Tias terkejut membuat Bryan tertawa, ia pun turun dan menghampiri ibunya.

"Ibu kenapa diluar? Ibu harusnya beristirahat"

"Ibu bosan, kau ibu panggil tidak ada, jadi ibu menunggumu di depan" jawabnya.

Bryan mengangguk "Yasudah, ibu perkenalkan ini Tias" ucap Bryan saat Tias baru saja keluar dari mobil.

"Halo tante, saya Tias"

"Halo, saya Tina ibunya Bryan, kau pacar Bryan? Kau ini punya pacar tidak beritahu ibu" ucap Tina sambil memukul Bryan.

"Bu-bukan tante, saya bukan pacar Bryan"

Bukannya mengelak, Bryan malah tertawa membuat Tias memelototi Bryan.

"Yah sayang sekali, padahal saya suka padamu" ucap Tina.

"Tunggu sebentar lagi bu" ucap Bryan.

Mendengar itu, Tias mengumpat dalam hati.

Tina tertawa "Bagus kalau begitu, ibu tunggu ya"

"Yasudah  masuk yu, pelayan sudah masak masakan yang banyak dan enak"

"E-eh tidak usah tante, saya pulang sa-"

"Sudah, masuk saja, ibu akan sedih jika ditolak" ucap Bryan lalu menarik tangan Tias.

Ingin sekali ia berteriak dan memukul Bryan, tapi mereka baru saja berkenalan dan di depan ada orangtuanya, jadi ia urungkan dan hanya pasrah.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang