DAC - 03

16.8K 1K 25
                                    

"sedang apa kau disini?"

Tubuh aru sedikit terhentak kala suara dingin dan datar menyapa gendang telinganya.

Aru bangkit dari duduknya lalu menoleh pada Gabriel Artagion  dengan ragu mereka saling bertatapan, wajah Gabriel benar benar mirip dengan daddynya.

"A - bang" sapa Aru dengan lirih, ia ketakutan sekarang.

Perhatian mereka semua beralih pada Gabriel dengan Aru. Geffrey melihat itu hanya menghela nafas jengah.

Untuk apa anak itu ada disini?

"Sedang apa kau disini?" Tanya Gabriel kembali, Aru menggelengkan kepalanya kemudian menunduk.

Gibran yang kesal dengan Aru yang hanya bisa menunduk kemudian menghampiri Gabriel dan Aru. Setelah itu Gibran mencengkram erat pipi Aru hingga menatapnya.

"Lo tuh tau adab ga sih? Kalau ada lawan bicara itu tatap matanya! Bukan cuman nunduk."

Lagi lagi Aru membalas dengan sebuah anggukan. Matanya mulai berkaca-kaca.

Gibran melepaskan cengkramannya, tubuh Aru langsung ambruk kebawah.

Ia kembali terduduk sembari terisak. Gabriel hanya diam, menatap adiknya menangis membuat dadanya sesak tapi apa boleh buat.

Tak lama fotografer profesional yang dipesan oleh keluarga Artagion datang. Mereka sekeluarga memilih untuk melupakan kejadian tadi, kecuali Aru yang masih diam sambil terisak.

Mereka mulai pemotretan dihadapan Aru tanpa mengajaknya. Aru terus tersenyum menatap cantiknya ibun disamping daddynya yang tampan.

Sekitar satu jam lamanya mereka melakukan foto keluarga. Berbagai gaya dan pose telah dilakukan, Aru terus tersenyum menunggu dipanggil.

Tapi sampai terakhir pemotretan, Aru tidak dipanggil sama sekali. Sudah tercetak jelas wajah kecewa Aru.

Ia mulai mengeluarkan air matanya, tak lama Satya dan Shinar datang.  Menghampiri Aru yang terduduk dilantai bawah tangga. Satya langsung memeluk Aru tanpa berbicara.

Keluarga Artagion mulai pergi satu persatu. Aru yang melihat itu semua langsung masuk ke area pemotretan sambil berteriak.

"Aru belum foto! Aru ketinggalan! Ibun ibun!" Seolah tuli mereka melanjutkan langkahnya menuju lift.

Aru menangis. Menatap kecewa pada keluarganya, harapannya hancur.

"Hiks... Jahat."

"Dia siapa?" Tanya sang fotografer pada Satya.

Satya menjawab. "Dia aru, putra ketiga tuan Artagion." sang fotografer itu mengangguk. Sepertinya ada yang tidak beres dikeluarga ini.

Sang fotografer menghampiri Aru kemudian menyamakan tingginya dengan Aru.

"Adek mau foto? Kaka fotoin tapi jangan nangis lagi oke?" Aru menatap sang fotografer dengan sayu.

"Aru mau foto keluarga" sang fotografer mengangguk kembali.

"Nanti disulap biar ada adeknya" Aru tersenyum tipis. Pipi basah itu terangkat kembali.

"T - terimakasih" setelah itu Shinar menghapus air mata Aru yang berada di pipi.

Satya juga membantu Aru dalam bergaya, kini anak itu tampak senang dirinya terus tersenyum tanpa henti.

Sang fotografer juga meminta untuk Shinar dan Satya ikut berfoto bersama Aru. Aru tentunya senang, itu artinya ia sedang melakukan foto keluarga.

Aru merasa menjadi anak satu satunya yang dimiliki Shinar dan Satya.

Sekitar tigapuluh menit Aru selesai berfoto keluarga bersama keluarga barunya. Senyuman kecil itu terus terpatri di bibirnya.

"Terimakasih ya kaka, aru jadi punya foto keluarga yeay" ucapnya.

Sang fotografer mengangguk, ada rasa kasihan pada Aru. Tapi melihat wajah itu tersenyum lembut membuat sang fotografer merasa anak itu baik baik saja.

Aru si anak pandai yang menutupi lukanya.

#TBC

Ada yang nungguin?

Damian Arutala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang