•
•
•
Masih sangat pagi untuk anak berusia 9 tahun bangun jam 3 pagi. Si murung yang sok ceria itu sudah ada didapur membantu para maid memasak masakan untuk sarapan pagi.
Tentu saja para maid yang bekerja agak heran kenapa tuan mudanya ikut andil dalam mereka bekerja.
Tapi saat sudah dijelaskan Aru mereka paham, walaupun rasanya agak tidak mungkin tuan besarnya melakukan hal ini pada anak kandung nya sendiri.
Namun, pada kenyataannya ini memang benar benar terjadi. Aru dengan senang membantu maid yang sedang bertugas mencuci piring. Maid yang dibantu pula ikut senang karna Aru.
"Em? Apa ada yang harus aru kerjakan lagiii??" tanya Aru pada ketua maid disana, ketua maid itu bilang bahwa tidak ada tapi Aru kekeh ingin diberikan pekerjaan.
Aru melihat ada salah satu pegawai ayahnya membawa sapu untuk menyapu dihalaman luar, Aru menghampiri itu dan berniat untuk ikut menyapu dihalaman luar.
"Tidak usah tuan muda biar saya saja" ucap maid itu melarang, tapi Aru tetap memaksa.
"Biar aru saja bibi, aru bisa!" maid itu mau tidak mau memberikan sapu lidi pada Aru, membiarkan anak kecil itu menyapu walaupun malah membuat berantakan.
Sang maid dengan kesal menarik sapu lidi itu dari aru, "sudah saya bilang untuk biar saya saja yang melakukan nya! Kalau gini kan harus capek dua kali!" bentak sang maid pada Aru, Aru mengangguk lesu sebagai jawaban.
Ia kembali masuk ke dapur untuk melihat apa yang perlu ia bantu, "den aru" sapa salah satu maid yang sedang mengupas bawang, Aru menghampiri maid itu sambil tersenyum.
"Kenapa sudah bangun hm?" aru menunduk, ia meraih satu buah bawang dan mengupas nya.
"Aru kerja disini, biar dapet uangg" jawab nya polos membuat maid itu terdiam.
"Memang nya aru butuh berapa?" tanya sang maid kembali, aru menggelengkan kepalanya.
"Buat sekolah, aru gatau berapa" maid itu terdiam kembali, kenapa Aru ini di kostum menjadi sangat dewasa dengan ucapan ucapan polosnya.
"Sekolah mahal yaa bibi, aru malu minta ke ayah, jadi aru kerja disini deh ..." celetuk Aru membuat semua maid ingin tertawa berbeda dengan sang bibi pengupas bawang ini ia merasakan kesedihan yang Aru rasakan.
"Jadi aden kerja disini buat dapet gaji, nanti gaji dari tuan besar dipake sekolah?" tanya sang maid memastikan, Aru mengangguk senang itu yang di maksud.
"Iyaa bibi" jawab aru, maid itu tersenyum kemudian mengusap kecil pipi Aru. "Kalau begitu semangat kerjanya ya, nak" ujar maid itu membuat Aru bahagia.
•
•
•
Siang harinya Aru berada dibelakang mansion untuk membersihkan kolam renang. Menarik dedaunan yang jatuh ke kolam menggunakan jaring yang biasanya dipakai.
"Ishh susahh aru ga sampeee" kesalnya, ia lebih memilih duduk di tepi kolam sambil mengayunkan jaring.
Aru menatap langit yang lumayan cerah hari ini, sepertinya lebih jauh nikmat untuk pergi bermain dibandingkan bekerja.
Pipi yang basah oleh keringat itu bersemu merah, pelupuk matanya sudah tergenang air mata. Bohong kalau Aru tidak merasa lelah.
"Hiks" tangis nya pecah sambil menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan kecilnya.
"Sekolah aru mau belajar hiks,"
"Main aru main sambil minum ais hiks"
Kejadian tadi tak luput dari pandangan Arjaka yang baru saja tiba, ia membawa beberapa jajanan dan mainan untuk Aru, adik barunya.
Melihat Aru yang menangis ia langsung menghampiri Aru dan membawa tubuh kecil Aru kedalam gendongannya.
Aru yang merasa tubuh nya melayang tersentak kaget dan panik. Ia sudah bersiap untuk melayangkan sebuah pukulan kecil pada pelaku.
Tapi nyatanya, Aru lebih memilih menyembunyikan wajahnya kedalam ceruk leher Arjaka. Aru benar benar butuh pelukan sekarang.
•
•
•
#TBC
Terimakasih untuk 1 rb vote dan yang sudah berkomentar. Maaf akhdan nda bisa balas satu persatu tapi intinya semua komentar kalian sangat membantu akhdan 🤍 love you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian Arutala
Teen Fiction[ALANGKAH BAIKNYA SEBELUM BACA FOLLOW TERLEBIH DAHULU (✿ ♡‿♡)] Ini kisah Aru, Aru adalah harapan yang tidak sesuai dengan ekspektasi keluarga nya. dia sering di anggap caper kalau sudah ada didekat keluarga nya. padahal Aru cuman pengen disaya...