DAC - 09

16.2K 1K 11
                                    



Kalut dengan pikirannya, Aru hanya diam diayunan sembari melihat orang yang berlalu lalang. Tak merasakan ada sosok pria yang dari tadi memperhatikan dirinya.

Pria jangkung itu terus mendekat kearah Aru yang masih terdiam, ia menyamakan posisi agar sama tingginya dengan Aru.

Aru menatap pria itu dengan lama, kemudian pria dengan mata hazel itu mengulurkan tangan.

Aru menerima uluran tangan itu. Pria itu tersenyum, mereka hanya berjabat tangan sebentar.

"Kenapa sendirian?" tanya pria itu memecah suasana.

Aru hanya diam tak menjawab, ia mulai takut dengan pria yang didepannya ini.

"Kenapa ga sekolah?" tanya kembali pria itu.

Sepertinya ia sangat penasaran pada Aru. Aru mengusap keringat yang turun di dahi nya kemudian menjawab.

"ndaa ada yang bayar" jawabnya polos, pria itu hanya menatap Aru dengan tatapan yang sulit diartikan.

Wajah manis dengan pipi chubby yang dihiasi semburan merah alami membuat dirinya ingin selalu melihat wajah ini disetiap hari.

"Nama abang arjaka" ucap sang pria tiba - tiba, Aru menatap Jaka kemudian mengangguk,

Arjaka Wilshere seorang putra tunggal dari keluarga Wilshere,  dirinya baru saja masuk kuliah karna kala itu memilih untuk gapyear.

"Arutala, panggil aja Aru hehe" kekeh Aru kecil membuat Jaka tersenyum. Jaka kemudian duduk disebelah ayunan dekat Aru.

"Orang tua kamu kemana? Kok bisa sendirian disini?" tanya Jaka kembal.

Aru bingung harus menjawab apa, apakah dirinya masih dianggap anak oleh sang keluarga?

"Abang sialan itu apa?" tanya Aru yang berniat mengalihkan pembicaraan.

Jaka menekuk halisnya bingung tapi tetap menjawab pertanyaan Aru.

"Sebuah kata kata umpatan yang tidak baik dek" jawabnya, Aru mengangguk kemudian menunduk.

Jaka yang paham bahwa ada yang tidak beres dengan anak ini memutuskan untuk mengantarkan Aru pulang.

"Jadi? Dimana rumahmu" tanya Jaka pada Aru  yang sudah berada di gendongan Jaka. Tadi jaka sempat memaksa Aru untuk naik ke gendongan koalanya.

"Diujung disana" tunjuk Aru dengan suara teredam. Jaka mengangguk seperti rumah salah satu temannya.

"Adek beneran gapapa?" Aru mengangguk sebagai jawaban.

Jaka menghela nafasnya, ia akan berusaha menyelediki apa yang terjadi dengan Aru.

"Abang" cicitnya, Aru menatap Jaka dengan tatapan yang sendu. Jaka melihat itu juga merasa hawa kesedihan yang melekat pada Aru, tak ada bahagia bahagia nya.

"Kenapa adek?" Aru sangat menyukai panggilan 'adek' rasanya ia ingin mendengar itu setiap hari.

"Kalau aru minta susu abang marah tidak?" tanya sikecil sambil meremat pundak sang abang baru. Jaka tersenyum tipis kemudian mencium pipi Aru dengan gemas.

"Tentu tidak dong adek, adek mau susu rasa apa?" tanya Jaka dengan lembut membuat Aru tersenyum manis.

"Mau yang warna putih abang" jawab Aru kembali yang diberikan sebuah anggukan oleh Jaka.

"Didepan ada supermarket, nanti mampir dulu ya sayang" Jaka orang yang sangat lembut dan perhatian.

Hidup dilingkungan yang penuh bentakan dan cacian membuat Aru tumbuh dalam ketakutan.

Ia jarang berinteraksi dengan orang lain kecuali bapa dan ibu nya. Tapi sekarang Satya dan Sinar sudah keluar dari mansion, dirinya sendirian.

Aru dipertemukan dengan jaka yang selalu berbicara lembut dan halus. Membuat Aru merasa nyaman jika terus bersama Jaka.

Bagaimanapun Aru adalah anak kecil yang berumur 9 tahun dimana ia perlu kasih sayang dalam proses beranjak dewasa.





#TBC

Aru bertemu pelindung 🍼

Damian Arutala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang