•
•
•
Aru sudah berada di depan kamar daddy-nya, ia mengetuk pintu kamar dengan sedikit keras hingga pintu kamar terbuka menampakkan Geffrey yang memakai kaos tipis hitam dan celana pendek.
Aru menatap tajam Geffrey dengan mata bulatnya. "Ayah! Jahat!" ucap Aru dengan lantang. Geffrey menautkan halisnya bingung.
"To the point" suara tajam Geffrey menusuk pendengaran Aru.
"Aru akan ikut pindah! Aru mau sama bapa ibu!" Lantang Aru. Geffrey hanya menatap remeh.
"Tidak bisa, kau akan tetap disini" ucap Geffrey santai, Aru menahan emosinya ia mengepalkan tangan.
"Sudah malam, lebih baik kamu tidur, jangan merengek dan menangis dasar beban" Aru terdiam mendengar ucapan Geffrey. Aru berbalik dengan mata kecewa.
Salahkan dirinya yang berbicara dengan Geffrey yang sudah jelas tak suka dengan keberadaan nya.
Aru berjalan menuju kamar Satya dan Sinar, ia tak berniat untuk mengetuk pintu kamar karna tau mungkin satya dan Sinar sedang sibuk.
Dengan pelan ia duduk disamping tembok kamar, meratapi nasibnya yang sangat malang. Mata bulat dan sayu itu akan menangis kembali tapi dengan tekad yang kuat Aru tak akan menangis. Ia akan membuktikan pada ayahnya bahwa ia bukan beban.
Sekarang sudah pukul sembilan malam dan Aru masih bertahan didalam posisinya, pintu kamar terbuka Satya dan Sinar telah mengemasi barang mereka.
Aru tersenyum kearah keduanya, kedua sosok yang amat ia sayangi, yang mengajarkan dirinya tentang arti orang tua.
"Adek" sapa Sinar, Aru tersenyum tipis walau matanya berlinang airmata.
"Aru antar kedepan ya ibuu" ucap nya lirih, Sinar tersenyum tipis. mereka akhirnya berjalan keluar untuk pergi.
Barang barang sudah di masukan kedalam bagasi mobil, Geffrey membiarkan Satya membawa salah satu mobil miliknya.
Dan sekarang saatnya berpamitan, Aru memeluk Sinar dengan sangat erat. Memberikan kehangatan bahwa Aru tidak ingin ditinggal.
Selesai memeluk Sinar ia beralih pada Satya, dipeluknya tubuh kecil itu dan dibawa kedalam gendongannya.
"Adek sayang kalian, jangan lupain adek, nanti kalau udah punya uang adek mau beli rumah biar kita bisa sama sama" ucap bocah yang baru berumur 9 tahun. Sinar menghapus air matanya pelan.
"ibu juga sayang sekali sama adek, ibu harap adek bahagia yaa, ibu akan selalu ingat adek dan kangen sama adek" Aru mengangguk kecil, ia tidak yakin dengan kata bahagia itu.
"Adek anak kuat, bapa harap adek bahagia dan menjadi orang sukses!" ujar Satya hanya diberikan anggukan oleh Aru. Satya menurunkan Aru dari gendongannya, kemudian Satya menggandeng tangan Sinar dan membawa Sinar naik kedalam mobil.
Aru menyaksikan semuanya, dimana bapa dan ibu nya akan pergi dan tidak tau kapan kembali.
Mobil sudah menyala dan akan segera berangkat, tangan kecil Aru terangkat untuk mengucapkan selamat tinggal.
Mobil itu sudah melaju pelan, lama kelamaan mobil yang ditumpangi bapa dan ibu nya tidak terlihat.
Aru melengkungkan bibirnya, "a - aru ga boleh nangis, aru ga cengeng, aru bukan beban" tubuh kecil itu terjatuh dilantai depan mansion, ia membaringkan tubuhnya dilantai sambil menangis.
"adek sendirian ga punya bapa ibu, adek ikut bapaa bawa adek hiksss" tangisan nya pecah, tubuh nya bergetar hebat.
Langkah besar terdengar menghampiri Aru, itu adalah Geffrey yang dari tadi melihat drama Aru yang ditinggal pembantu.
Geffrey ikut jongkok untuk memastikan keadaan Aru, rupanya anak itu tertidur, Geffrey terkekeh kecil melihat keadaan Aru yang kacau.
Dibawa nya tubuh mungil itu kedalam gendongannya, tubuh Aru tenggelam saat di gendong Geffrey, Geffrey membuka kamar Aru untuk yang pertama kalinya Geffrey masuk kedalam kamar.
Tidak ada barang berharga disini, hanya ada tv berukuran kecil dengan lemari kayu yang pasti dibuat oleh Satya, dikamar Aru juga tidak ada kasur. Yang ada hanya kasur lipat yang ditumpuk tumpuk.
Rasanya sedikit sesak.
#TBC
Aru akan bahagia kok 🍼
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian Arutala
Teen Fiction[ALANGKAH BAIKNYA SEBELUM BACA FOLLOW TERLEBIH DAHULU (✿ ♡‿♡)] Ini kisah Aru, Aru adalah harapan yang tidak sesuai dengan ekspektasi keluarga nya. dia sering di anggap caper kalau sudah ada didekat keluarga nya. padahal Aru cuman pengen disaya...