•
•
•
"ADEK!" panggil Candra kaget.
Bersamaan dengan itu Candra datang dan langsung berlari panik kearah Aru yang menunduk sambil memilin ujung bajunya.
"Adek kenapa? Kok bisa jatuh? Adek gapapa? Ada yang sakit? Ayo bilang dek" ucap Candra beruntuyan sambil mengecek tubuh Aru ke kanan dan ke kiri. Setelah itu Candra langsung memeluk Aru dengan erat.
Candra takut Aru kenapa kenapa. "Hiks ... yayahh" isak Aru teredam di pelukan sang ayah tak sedarah.
"Iya nak, yayah disini." ucap Candra lembut sembari mengelus punggung Aru yang masih bergetar.
Geffrey terdiam menatap kejadian di depannya, kenapa rekan bisnis nya memanggil anaknya dengan sebutan adek? dan kenapa pula aru memanggil nya dengan sebutan ayah?
Candra membawa Aru naik ke gendongan nya dan membawa anak itu ke ruang tengah untuk menjauh dari pecahan kaca disana. Sedangkan Geffrey hanya bisa menyusul sambil terdiam kelu.
Sekarang di ruang tengah Aru masih terisak di pangkuan Candra yang mengusap punggung nya lembut. Dengan kata kata penenang diucapkan oleh Candra membuat Aru semakin menumpahkan air matanya. Candra tetap sabar menunggu Aru tenang.
"Tn. Candra" panggil Geffrey membuat perhatian Candra teralihkan.
"Biarkan saja dia dan mari kita lanjutkan bahas kerjasamanya." ucap Geffrey membuat emosi Candra naik tapi ia segera mengontrol emosi nya.
"Putra bungsu saya sedang rewel, mohon tunggu sebentar" ujar Candra mengusap usap kening Aru membuat anak itu mengantuk.
"Apa maksud anda! saya ayahnya!" ucap Geffrey sedikit dengan emosi mendengar penuturan Candra.
"Ayah mana yang tega membentak putranya sendiri?" Geffrey terdiam, kalimat yang di lontarkan oleh Candra membuat dirinya bungkam tanpa suara.
Di rasa Aru tertidur, membuat candra tersenyum sendu, anak manis yang harusnya hidup dipenuhi kasih sayang tapi malah hidup di lingkungan yang sangat kejam dengan ujaran kebencian.
"Dimana kamar Aru?" tanya Candra, lamunan Geffrey buyar kala Candra bertanya pada dirinya. Geffrey menghela nafasnya kemudian menunjuk kearah belakang.
"Dia belakang dekat dapur" Candra mengangguk ia bangkit tanpa berpamitan pada Geffrey dan pergi menuju kamar Aru.
Sudut bibir nya terangkat kecil kala melihat pintu dengan tulisan 'ketuk pintu! aru lagi bobo' Candra membuka pintu itu. Kamar sederhana dengan kasur kapuk di ujung ditambah hanya ada tv diatas meja kayu.
Candra membaringkan tubuh Aru di kasur itu ia mengecup kening Aru dengan lembut. Mengusap pipi yang mulai terisi dan meraih selimut untuk menyelimuti tubuh kecil Aru.
"Adek ga takut tidur di kamar ini hm? mau ya ikut ayah ... yayah janji akan kasih adek yang terbaik ... " lirih Candra kemudian mengusap tipis air mata yang jatuh dari pelipis matanya.
"Ayah akan tunggu adek telfon ayah untuk minta jemput, ayah ingin adek bahagia nak tidak lebih"
"Ayah keluar dulu ya nak, do'akan ayah supaya dapat hak asuh kamu dek." ujar Candra kemudian mengecup kening Aru kembali.
Candra pergi keluar kemudian menutup pintu kamar Aru dengan pelan agar tak membangunkan anak itu. Dengan langkah gusar Ia menghadap kembali pada Geffrey yang sedang memegang botol susu untuk putrinya. Terlihat Karla tertidur pulas dengan usapan dikepala nya.
Tak ada angin tak ada hujan Candra langsung menyebutkan tujuannya tanpa ada pemanasan dan basa basi.
"Saya akan mengambil hak asuh Aru."
•••
#TBC
Tembus 250 vote langsung double up.
Maaf ya akhdan cuma bisa kasih 500 kata perchapter:( tapi nanti akhdan usahain kok sampe 1000!
Akhdan akan cepat up kalau ekhem vote nya lebih dari 200 ⛹️🤏
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian Arutala
Teen Fiction[ALANGKAH BAIKNYA SEBELUM BACA FOLLOW TERLEBIH DAHULU (✿ ♡‿♡)] Ini kisah Aru, Aru adalah harapan yang tidak sesuai dengan ekspektasi keluarga nya. dia sering di anggap caper kalau sudah ada didekat keluarga nya. padahal Aru cuman pengen disaya...