DAC - 21

24.2K 1.6K 41
                                        

- Sebenarnya Hari ini Aru tepat berusia satu tahun, tapi sayang Aru malah memilih abadi dalam karya sang ayah.








Mohon baca perlahan karena chapter sedikit panjang!








Aru menemukan nomor Candra, perlahan ia keluar untuk menuju telfon rumah ia berjalan begitu  berhati hati agar tidak ketahuan.

Tubuh nya sekarang tepat di depan telfon rumah, ia ragu.

Haruskah ia menelfon Candra? bolehkah ia melakukan itu?

Jari jari kecil Aru mulai menekan tombol nomor yang ada, setelah selesai ia mencoba menunggu Candra mengangkat nya.

•••
Beralih pada Candra, sekarang ia sedang berada di kantor tepatnya sedang meeting bersama rekan bisnisnya.

Ia melihat handphone miliknya berdering, melihat nama panggilan dari keluarga Artagion ia langsung menjawab panggilan itu.

"Hallo?" suara Candra terdengar jelas di seberang sana. Aru diam tak menjawab ia malah menangis karna sakit di bagian pipi nya.

"ayahh" Candra tersenyum mendengar suara indah Aru di telfon, tapi ia merasa heran kenapa suara aru sedikit bergetar?

"Iya nak ayah disini,"

"Ada apa nak?"

Aru terdiam, kenapa ayahnya tak pernah selembut ini jika berbicara padanya? sedangkan yayah nya sangat lembut dan menenangkan.

"Ayah ... jemput hiks" hanya itu yang bisa terdengar di panggilan, Candra mendengar Aru menangis langsung merubah wajahnya datar, pasti ada yang terjadi dengan Aru karena sejak tadi perasaan nya tak enak.

"Tunggu, ayah jemput sekarang, adek sabar okay? ayah akan segera datang." Setelah itu panggilan di matikan oleh Aru. Aru langsung bergegas masuk kekamar dan memeluk rui -- mainan bebek karet nya.

Sedangkan Candra langsung membatalkan meeting secara tiba - tiba tak mempedulikan bagaimana kedepannya. Yang terpenting sekarang adalah Aru pulang bersamanya.

Di kamar Aru sekarang ia sedang terduduk di pojok kamar nya sambil memegang mainan karet nya. "Ruii nanti di rumah yayah ruii tidak boleh nakal yyaa?" monolognya sambil terisak.

"hiks yayahhh"

Aru terus menangis menumpahkan rasa sakitnya, pipi perih tapi hati yang terus berdenyut. Siapa yang bisa menerima kehadirannya jika keluarganya sendiri saja tidak mau menerimanya.

Waktu terus berjalan dan Candra belum juga sampai, Aru sekarang berada di depan jendela untuk menunggu sang ayah yang katanya akan menjemputnya.

Sudah 1 jam lamanya Candra tak kunjung datang. Harapan Aru sekarang adalah Candra datang dan membawa dirinya pergi dari sini.

"yayah aru mau pulang ..." ucapnya sambil melihat banyak mobil masuk ke dalam mansion. Pandangan nya tiba tiba kabur dan redup. Aru pingsan sambil menggenggam Ruii.

BRAK

Pintu kamar Aru terbuka oleh Candra yang menendang pintu itu keras. Candra berlari menghampiri Aru yang sudah tak sadarkan diri karna pingsan. Tubuh kekar Candra mencoba mengangkat anak malang yang akan menjadi bungsunya.

Damian Arutala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang