DAC - 20

24.5K 1.6K 328
                                        

"Saya akan mengambil hak asuh Aru" ucap Candra tepat di hadapan Geffrey. Geffrey mulai naik pitam rasanya ingin langsung menendang wajah Candra.

"Maksud anda berbicara seperti itu apa?" Tanya Geffrey sengit. Candra tersenyum remeh menatap Geffrey.

"Saya akan bawa Aru, untuk apa dia tinggal di keluarga seperti ini? hanya memberikan luka dan trauma saja!" bentak Candra tepat di depan Geffrey.

"Tapi apa hak anda membawa Aru hah!" Geffrey tak kalah membentak Candra membuat putri bungsunya terbangun dan terisak. Geffrey memilih untuk membawa Karla untuk tidur di kamar. 

Candra lebih memilih pergi ke kantor. Ia bingung harus melakukan apa sekarang. Mendapatkan hak asuh Aru dari keluarga kandungnya tak semudah yang ia rencanakan.

______________________________________


Abang Jaka.

Yah gimana? ||
Aru sama kita kan? ||

||Sabar ya nak, ayah usahakan.

______________________________________

Candra menghela nafasnya panjang, membawa mobilnya pergi dari pekarangan kediaman Artagion. Di perjalanan Candra hanya melamun memikirkan bagaimana dengan nasib sang anak bungsu yang ketika bangun tak ada seseorang yang menemani.

Candra, kau tak tau betapa kuatnya
anak itu menghadapi kesendirian nya.

Sedangkan di kediaman Artagion sang kepala keluarga a.k.a Geffrey tengah termenung di ruang kerja nya. Ucapan Candra sangat menganggu di telinganya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Tengah memikirkan bagaimana yang akan terjadi kedepan, tak mendengar bahwa ada yang mengetuk pintu ruangan nya dengan sedikit kencang.

Geffrey berteriak mempersilahkan seseorang itu masuk kedalam ruangan.

Dan ternyata yang mengetuk pintu dengan kencang itu adalah Ketua maid di rumah nya. Panggil saja ketua maid itu dengan bibi Nias.

"Ada apa?" tanya Geffrey dengan suara rendah yang mampu melumpuhkan lawan.

"Saya ingin laporan tuan." jawab Nias dengan gugup. Karna masalah ini menyangkut Aru putra ketiga dari majikan nya.

"Hm" Geffrey mempersilahkan Nias untuk berbicara.

"Tuan, dua hari ini den aru banyak membantu, kami senang dengan den aru yang tipe anak penurut,"

"tuan, pekerjaan yang dilakukan den aru tidak maksimal mengingat den aru masih sangat kecil apalagi pekerjaan rumah itu berat berat,"

"Saya tidak mempersalahkan tuan yang memperkerjakan den aru tapi dengan aru membantu kami (para maid) membuat kami perlu bekerja dua kali tuan ..."

"Saya harap tuan mengerti, saya permisi" ujar Nias panjang lebar kemudian membungkuk dan pergi keluar.

Geffrey menghela nafas nya kembali, lagi dan lagi tentang Aru. Geffrey bangkit dari duduknya kemudian pergi keluar dan menuju kamar Aru.

Geffrey masuk kedalam tanpa mengetuk pintu, kemudian ia melihat Aru tertidur pulas di ranjang kapuk, tak lupa selimut tebal berwarna hijau menyelimuti tubuhnya.

Tidak tau perasaan apa yang sekarang ia rasakan. Melihat sang putra ke tiga tidur nyenyak di sebuah kamar yang jauh dari kata mewah, sangat berbeda dengan saudaranya.

Geffrey melangkahkan kaki nya kemudian menarik kain selimut yang di pakai Aru. Setelah itu ia menepuk nepuk bagian paha Aru agar anak itu terbangun.

Merasa ada yang mengganggu dirinya tidur, Aru membuka matanya perlahan dan melihat Geffrey yang sedang menatap dirinya tajam. Rasa gugup mulai menyelimuti ia bangkit dari tidurnya kemudian mendongak ke arah sang ayah.

Plak

Suara tamparan keras bergema di ruangan, oknum bernama Geffrey baru saja menampar putranya. Putra ketiga yang sangat jauh dari harapan nya.

Rasa panas dan perih mulai menjalar di pipi sebelah kanan yang baru di tampar. Aru hanya diam mencerna ke jadian, ia dapat merasakan bahwa darah segar mulai keluar dari hidung nya. Aru tidak tau harus bagaimana, melawan pun tak bisa ...

"Aya --" belum sempat menyelesaikan ucapannya Aru malah di bentak oleh sang ayah. 

"KAU SAYA PECAT! BEBAN YANG TIDAK TAHU MALU! KENAPA KAMU HARUS LAHIR ARU?! KAMU LAHIR HANYA UNTUK JADI BAYANG BAYANG KELUARGA KAMI! SAYA TIDAK AKAN PERNAH MENYAYANGI MU, DAN KAMU TAK AKAN PERNAH MENJADI KARLA!"

"Dengar baik baik, saya sudah tidak menganggap kamu sebagai anak seharusnya kamu paham bahwa kamu tidak diinginkan!!!"

Selesai mengatakan ucapan ucapan yang tak seharusnya seorang ayah lontarkan, Geffrey langsung keluar ia tak sanggup melihat wajah melas Aru yang menahan tangis.

Aru hanya diam, rasanya sesak dan menyakitkan.

Kemana ia harus pulang?

Kemana ia harus berlabuh?

Bukannya keluarga tempat pulang dan berlabuh? Tapi kenapa ia tak mendapatkan itu semua.

Aru terjatuh lemas, ia berusaha membuka saku nya karna ingat bahwa Candra memasukkan nomor telfon yang ditulis di kertas kecil dan menyelipkan pada saku Aru.

•••

#TBC

Sesuai janji double up + akhdan masuk lagi di posisi sementara SMANSA double bahagia nya, jadi mau bagi kebahagiaan juga haha.

Guys tenang aja Aru bakal bahagia kok janji, jadi jangan pada kabur dulu.

Ekhem 200+ up lagi 🤭⛹️

Damian Arutala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang