5.

2.9K 216 11
                                    

Haechan memasukkan satu pistol ke wadah holster (sarung pistol) yang ada di masing-masing ke dua pahanya yang kali ini tertutup dengan kemeja kebesaran dan celana jeans hitam. Jaket hitam yang dipakainya pun penuh dengan amunisi dan senjata dibaliknya. 

Ketukan di pintu membuat Haechan menoleh, Jeno sudah menampakkan dirinya disana.

"Tuan Jaemin sudah di mobil," ucap Jeno yang dibalas anggukan oleh Haechan, anak itu mengambil satu pedang yang kemudian dia masukkan ke dalam selongsong pedang yang ada dibalik jaketnya. 

"Semua sudah siap," ujar Haechan. Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke mobil yang akan membawa mereka ke pusat kota, Kairo. 

Tempat yang mereka tuju adalah ruangan bawah tanah yang sudah tak terpakai lagi bekas pabrik mesin. Mobil dikendarai oleh Jeno, Haechan menemani Jaemin di kursi belakang. 

"Apa kau menyukai senjata barumu?" tanya Jaemin, kepala Haechan yang bersandar pada bahu lebar Jaemin mengangguk. 

"Sangat mudah untuk digunakan, Tuan adalah yang terbaik soal senjata," jawab Haechan jujur, ia tidak bohong ketika senjata baru yang dikembangkan Jaemin untuknya sangat memudahkan dirinya. Jaemin tersenyum mendengarnya, ia tentu saja tidak akan menjual produk itu kepada siapapun kecuali ada yang mencurinya. 

"Berikan aksi yang terbaik untukku nanti," Jaemin menarik dagu Haechan agar menghadapnya, mencium bibir penuh itu dengan lembut dan membuat Haechan tersenyum setelahnya. Jaemin memberikan semangat untuk Haechan lewat ciuman itu. 

Jeno memperhatikan keduanya dari kaca tengah mobil tanpa menginterupsi dan lebih banyak memfokuskan diri pada jalanan. Perjalanan yang memakan waktu itu akhirnya membawa mereka ke pinggiran kota dimana bekas pabrik mesin itu berada. 

Semua mobil mewah terparkir disana, jangan melihat dari tampilan luarnya, ini adalah markas milik salah satu bos besar yang menguasai wilayah Kairo. Tentu bukan Marco yang kemarin. 

Jaemin seperti biasa masuk dibantu oleh Jeno dan didampingi oleh Haechan, anak itu berjalan dengan santai, kedua telinganya terlihat bergerak-gerak karena melihat tempat yang bisa menjadi gudang pembunuhan hari ini.

"Excited?" Jaemin bertanya sambil menatap ke arah Haechan, anak itu mengangguk dengan semangat. 

"Aku bisa mencium bau darah,"  ucap Haechan, mereka berjalan masuk disambut oleh para pria berbadan besar di pintu masuk, untuk masuk saja mereka harus melewati sistem pengenalan terlebih dahulu, lebih tepatnya Jaemin. 

Setelah masuk gudang itu rupanya adalah ruangan pertemuan yang luas dan masih ada beberapa bagian mesin di sudut pojok ruangan. Bau karat, besi dan darah, Haechan bisa mencium itu semua. Gudang itu hanya diterangi lampu putih remang-remang, serta beberapa lampu neon sebagai hiasan. 

"Selamat datang di Kairo," dan sambutan itu akhirnya diberikan oleh bos wilayah Kairo, Monseur Jack, biasa disapa Jack, ia merupakan orang asli Eropa yang dibuang ke Kairo, ah lebih tepatnya dijual oleh keluarganya sendiri. Bermula pada balas dendam, Monseur Jack malah menjadi penguasa di Kairo dan tidak ada yang berani macam-macam padanya. 

"Thanks for inviting me," Jaemin berterimakasih karena telah diundang, menerima salam tangan dari Monseur Jack sebelum ia dibawa ke salah satu meja dari ban besar bekas yang diberikan kayu diatasnya,

"Wine?" tawa Jack pada Jaemin yang dibalas anggukan oleh Jaemin, mereka berdua pernah dalam satu misi namun Jack kala itu belum tahu jika Jaemin adalah penggerak bidak yang ada di lapangan. 

Jack menuangkan wine pada gelas kosong dihadapan Jaemin dan pada gelas di depannya, saat Jack selesai menuangkan pria itu langsung meminumnya, namun Haechan memegang pundak Jaemin ketika Jaemin hendak mengambil gelas itu, menahan Jaemin agar tidak meminum wine yang ada pada gelas. 

Rendezvous (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang