23

1.1K 132 17
                                    

Jaemin menghempaskan tangan kanannya, melemparkan kepala orang yang baru saja dia bunuh. Darah berceceran di belati dan tangannya. Sudah tiga minggu dirinya tidak pulang ke rumah dan mengambil misi dari pelanggan VIP, dan selama itu juga Jaemin menghiraukan Jeno yang menghubunginya.

"Area bersih, misi telah diselesaikan," suara itu berasal dari earphone Jaemin, pria itu menghela nafasnya, udara yang cukup dingin malam ini membuat tiap hembusan nafas Jaemin mengeluarkan asap.

Langkah panjang kakinya membawa Jaemin keluar dari area perkebunan menuju ke mobil miliknya, ia masih berada di satu kota meskipun cukup jauh dari rumah.

"Siapkan air hangat," ucap Jaemin.
"Tuan Jeno dan Haechan sudah kembali,"
"Siapapun yang menyiapkan aku tidak peduli," ujar Jaemin sebelum melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, ia akan sampai pada rumah sekitar pukul empat pagi.

Sementara itu dirumah besar itu hanya ada Jeno dan Haechan, sepagi ini Jeno belum berniat untuk memejamkan matanya dengan Haechan yang sudah terlelap disampingnya. Jeno selalu memastikan Haechan mendapatkan istirahat yang layak agar janin di dalam perutnya tetap sehat.

Suara notifikasi pesan dari ponselnya membuat Jeno mengalihkan pandangannya dari laptop, sebuah pesan dari nomor tidak dikenal yang berisi,

'Tuan Jaemin akan segera pulang, tolong siapkan air hangat untuknya. '

Jeno bangkit dari posisinya, menaruh laptop ke nakas lalu pergi ke kamar Jaemin untuk menyiapkan air hangat. Setelah memastikan suhunya pas, Jeno kembali ke kamar sepertinya dia harus tidur mengingat pukul sepuluh nanti Jaemin memiliki pertemuan dari investor.

Ketika Jeno keluar dari kamar, ia melihat Jaemin yang berdiri didepan pintu kamar Haechan. Pintu itu memang terbuka, dan Jeno cukup yakin jika Jaemin sedang memperhatikan Haechan.
"Anak yang ada dalam kandungan Haechan itu anakku," Jeno berjalan melewati Jaemin kemudian masuk ke dalam kamar,
"Jadi kuharap kau bisa menjaga anakku dengan baik juga, Tuan Jaemin," ucap Jeno, ia menutup pintu kamar kemudian segera menuju ke kasur untuk merebahkan tubuhnya. Saat itu juga Haechan membuka matanya,

"Apa dengan begitu dia tidak akan membunuh anak ini?" tanya Haechan,
"Masih membutuhkan waktu, kau akan tetap berada di rumah nantinya," jawab Jeno, ia menarik Haechan ke dalam pelukannya sembari mengusap kepala Haechan dengan lembut.

Sementara itu, Jaemin diluar kamar berdecak kesal sebelum akhirnya ia pergi ke kamarnya sendiri dan berendam di air hangat. Melepaskan pakaian yang menempel pada tubuhnya, Jaemin membilas tubuhnya yang penuh dengan darah sebelum masuk ke dalam bathup.

Jika saja Jaemin adalah orang normal yang mencintai Haechan, dia akan senang ketika mendengar berita kehamilan Haechan, namun sayangnya hidup Jaemin tidak seperti orang lain. Ia memejamkan matanya dan menaruh handuk kecil untuk mengompres kedua matanya yang lelah itu.

"Haechan.... Haechan... cinta hanya akan membuatku lemah dan mudah dihancurkan," Jaemin bergumam sendiri, ia mungkin sudah tidak terlalu kesal tetapi ia juga tidak menerima keberadaan bayi itu. Mendengar pengakuan Jeno tadi Jaemin lega, namun juga penasaran.

"Kapan mereka melakukannya? Padahal aku tidak suka ketika barang kesukaanku digunakan selain aku," ujar Jaemin.


―𝑹𝒆𝒏𝒅𝒆𝒛𝒗𝒐𝒖𝒔―

Meskipun Jeno bilang jika Haechan hanya akan berada dirumah, rupanya itu hanya perkataan Jeno karena permintaan Jaemin lebih tidak bisa dibantah. Sehingga sekarang ia berada di kantor untuk melayani dan menyampaikan pesan untuk Jaemin seperti biasanya.

"Kemana sekertaris itu?" tanya Jaemin.
"Hari ini dia sakit, Tuan," jawab Jaemin.
"Carikan aku sekertaris baru, aku ingin dua sekertaris di depan sana. Aku tidak suka yang lemah," jawab Jaemin.
"Baik Tuan," Haechan hendak pergi, namun ucapan Jaemin mencegahnya.

Rendezvous (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang