12

1.7K 174 10
                                    

Ketika Haechan terbangun, ia mendapati dirinya sudah berada di dalam pesawat. Ia yakin dia tidur terlalu pulas sampai menjadi batu. Haechan meregangkan tubuhnya lalu keluar dari kamar istirahat, ketika ia keluar Haechan mendapati Jeno yang sedang menggendong pewaris tunggal keluarga Ziang. 

"Apa kau tidak menemukan informasi apapun tentang bayi ini?" tanya Haechan pada Jeno. 

"Ziang Haobao nama aslinya," jawab Jeno. 

"Namanya lucu, tapi kita harus mengubah namanya," jawab Haechan. 

"Zane," Jaemin tiba-tiba datang sambil membawa satu cangkir teh di tangannya, 

"Keren," Haechan berucap, ia tersenyum melihat bayi di gendongan Jeno. 

"Setelah ini kita akan mengambil libur panjang hingga pasukan baru siap untuk diterjunkan ke lapangan," ucap Jaemin, ia menaruh cangkir teh yang baru ia sesap ke meja dihadapannya. 

"Tiga bulan? tapi itu lama sekali," keluh Haechan, kalau libur tiga bulan ia akan bingung hendak melakukan apa dirumah nanti.

"Tidak perlu bingung, aku akan memberikanmu pekerjaan tambahan," ujar Jaemin. Haechan hanya tersenyum mendengar ucapan Jaemin, ia tidak tahu apakah pekerjaan tambahan ini untuk membunuh atau untuk memuaskan Tuan-nya itu, tapi dia tidak terlalu memikirkannya. 

Perjalanan menggunakan pesawat jet pribadi menuju ke rumah mereka cukup lama dan mereka tiba di rumah siang keesokan harinya. Haechan lumayan lelah hari ini dan begitu ia mencium kasur kamarnya anak itu langsung kembali tertidur sambil memeluk ekornya sendiri. 

Jaemin setelah memastikan Haechan tidur di kamarnya ia menyuruh Jeno untuk menemuinya di kamar. 

"Ada apa?" tanya Jeno begitu tiba di kamar Jaemin, ia bahkan belum sempat mengganti bajunya, 

"Cari keberadaan Renjun sekarang, aku ingin dia sudah ada dirumah pukul enam sore." perintah Jaemin. 

Jeno menganggukkan kepalanya, Renjun, adalah teman Haechan yanag dimaksud bisa dipercayai untuk mengurus Zane dirumah ketika Haechan tidak dirumah. Setelah Jaemin melihat kehidupan Renjun lewat data yang dikumpulkan oleh Jaemin, sangat mudah menemukan kelemahan anak itu untuk menjadikannya sandera. 


Pukul enam sore, Jeno berhasil membawa Renjun seperti perintah Jaemin. Tepat pukul enam sore tubuh Renjun di dorong oleh Jeno hingga berlutut di hadapan Jaemin yang sedang duduk di sofa ruang tamu. 

Wajah Renjun babak belur karena sempat melakukan perlawanan dan sekarang ia sudah terlampau lemas untuk melawan Jeno. 

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Renjun sambil mendongak menatap Jaemin, 

"Sayang sekali kenapa kau harus melawan? padahal aku tidak akan menyakitimu," ucap Jaemin setelah memperhatikan wajah Renjun hybrid kucing itu lumayan cantik. 

"Jangan bertele-tele," ucap Renjun. 

"Aku akan menanggung semua biaya rumah sakit dan operasi adikmu, dan kau bisa bekerja menjaga bayi disini," tawar Jaemin. 

Renjun terdiam, tidak ada yang tahu perihal adik tak sedarahnya ini. Renjun bisa tahu jika orang di depannya bukan orang sembarang,

"Renjun," suara familiar itu membuat Renjun menoleh ke pintu dimana sosok yang sudah lama tidak ia dengar kabarnya berdiri dan dia adalah Haechan, teman seperjuangannya ketika bertahan hidup di rumah bordil. 

"Haechan?" Renjun menatap Haechan yang kini berjalan menghampiri mereka di ruang tamu, turun dari tangga dengan bersemangat sebelum raut wajahnya berubah ketika melihat penampilan Renjun. 

Rendezvous (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang