9

1.8K 194 21
                                    

Haechan terbangun ketika ia merasakan sesuatu menyumpal lubangnya tiba-tiba, seingatnya tadi dia sudah digendong oleh Jaemin dan dibaringkan dikasur.

"Sudah bangun?" Jaemin menatap Haechan yang langsung menoleh ke arahnya begitu mendengar suara bariton milik pria itu. 

"Ah.." Haechan meringis ketika ia menyadari sesuatu yang menyumpal lubangnya adalah penis Jaemin, 

"Tuan- ah.." lubang Haechan bahkan masih belum terbiasa ketika penis itu menyumpal lubangnya, tak ada pelumas apapun membuat lubang Haechan terasa perih. 

"Kau pikir aku tidak melihat apa yang kau lakukan di mobilku setelah kekacauan yang kau buat hm?" tanya Jaemin. 

"B-bukan begitu- ah," ucapan Haechan terputus ketika Jaemin menghentakkan penisnya, satu tangan Jaemin mengangkat kaki kiri anak itu untuk memudahkan pergerakannya.

 "Bukankah ini yang kau inginkan?" sebelah tangan Jaemin yang menganggur memainkan puting Haechan, posisi mereka sedang berbaring di ranjang dengan Jaemin dibelakang Haechan sambil menggenjot lubang hybrid itu dengan kencang. 

Haechan meringis, beberapa kali memohon agar Jaemin bermain lebih lembut tetapi nyatanya pria itu tidak mendengarkan satu permintaan pun dari Haechan. 

Seiring dengan Jaemin yang menggenjot lubangnya, lubang hybrid itu mengeluarkan pelumas karena stimulasi yang dibeirkan oleh Jaemin juga. Penis Jaemin masih di dalam lubang Haechan ketika Jaemin memutuskan untuk mengubah posisi Haechan menjadi diatasnya, Jaemin bisa melihat bagian belakang Haechan dengan jelas, ekor anak itu yang bergerak kesana kemari.

"Move," ujar Jaemin sambil meremas kedua pantat Haechan, anak itu mulai bergerak naik dan turun untuk mengejar kenikmatannya sendiri. 

"Katakan padaku apakah kau lebih menyukai jarimu sendiri atau penisku?" pertanyaan yang tidak perlu jawaban sebenarnya, tentu saja Haechan lebih menyukai penis Jaemin dibandingkan jarinya yang tidak seberapa itu. 

"Ah aku lebih suka penis milik Tuan," jawab Haechan dengan terbata-bata, mengingat dirinya sudah setengah gila karena nikmat yang melanda tubuhnya.

"Lalu kenapa masih bermain sendiri di dalam mobil tanpa menungguku hm?" tuli sudah telinga Haechan, anak itu tidak bisa lagi menjawab pertanyaan dari Jaemin, puncaknya semakin dekat dan hal itu membuat Jaemin geram. 

Pria itu dengan sengaja menahan pergerakan tubuh Haechan dan menutup lubang kencing anak itu. 

"Kau sudah mulai melawan?" Jaemin bertanya dengan suara baritonnya. Haechan tersadar, ia tidak ingin lagi disiksa seperti ketika ia melawan Jaemin.

Haechan menggelengkan kepala lalu mulai meminta maaf, namun Jaemin mendorong tubuh Haechan hingga hampir terjatuh dari ranjang. 

"Tidak ada yang menyuruhmu turun dari ranjang," Jaemin menyeret tangan Haechan, tubuhnya yang belum seimbang itu terseret begitu saja dilantai.  Pria itu tampaknya tidak peduli dan tetap menyeret hingga ke sebuah ruangan yang paling Haechan benci. Seluruh siksaan mengerikan yang merupakan fantasi Jaemin ada didalam sana. 

"Tolong, maafkan aku... aku tidak sengaja meminum obat perangsang!" Haechan memohon, namun Jaemin tidak mendengarkan satu kata pun dari ucapan Haechan. 

"Itu bukan sebuah alasan untuk tidak melapor bagaimana keadaanmu saat itu Haechan," Jaemin menutup pintu keras dengan kakinya. 

"Jangan melawan," selayaknya seorang hybrid yang selalu menurut pada tuannya, Haechan hanya bisa berdiam diri ketika Jaemin mulai memborgol kedua tangan Haechan yang terpasang pada sisi atas kanan dan kiri. 

Haechan sudah merasakan jika dirinya akan pingsan pagi ini, iya, pagi ini. Karena ini sudah pukul 03.00 pagi. 

"Tuan, maafkan aku.." rengek Haechan. 

Rendezvous (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang