35

727 123 12
                                    

Haechan menghela nafasnya sebelum ia melanjutkan kegiatan memotong wortel untuk memasak, sesekali ia menatap kearah Jaeno yang sedang bermain bersama Jaemin. Dari pantry dapur ia bisa melihat Jaemin dan Jaeno di ruang tengah, lebih pada Jaeno yang mengganggu Jaemin.

"Ck, diam lah," Jaemin terlihat fokus dengan laptopnya ketika Jaeno berusaha untuk memanjat punggung lebar Jaemin, namun dengan mudah Jaemin menarik baju bagian belakang Jaeno dengan tangan kirinya dan menyingkirkannya.

Haechan yang melihatnya hanya bisa menghela nafas, yang terpenting Jaeno tidak menangis.

"Papa, obil," Jaeno yang sedang duduk menunjukkan satu buah mainan mobil polisi kepada Jaemin,

"Ya.. ya," Jaemin hanya menanggapi seadanya, ia mengutak-atik berkas di laptopnya, membaca satu persatu proposal yang masuk untuk memilih mitra kerja sama.

Lama ia membaca proposal Jaemin sampai melupakan keberadaan makluk kecil menyusahkan -menurut Jaemin- yang seharusnya ia awasi. Jaemin mengedarkan pandangannya dan ia menemukan Jaeno yang masuk ke dalam kandang kaca besar iguana miliknya.

Jaemin menatap ke arah Haechan sejenak lalu bergegas menghampiri Jaeno dan mengeluarkan dari kandang iguana yang di dalamnya memang dilengkapi dengan kayu-kayu pohon dan pasir.

"Bagaimana bisa kau masuk ke dalam sini dasar bocah, tinggimu saja tidak sampai," Jaemin menjinjing Jaeno, menggunakan tangan kirinya untuk menarik baju belakang Jaeno dan tangan kanannya membersihkan pasir yang menempel pada badan Jaeno.

Setelah itu Jaemin kembali sambil sesekali melirik Haechan yang masih sibuk menyiapkan sarapan, mereka memang pindah ke apartemen Jaemin, jadi tidak heran jika tidak seluas villa milik Jaemin.

"Papa," Jaemin tidak menyahut, ia kembali memperhatikan laptop untuk membaca proposal, membiarkan Jaeno merayapi tubuhnya bahkan hingga naik ke atas kepalanya, membuat pantat bocah itu berada di kening Jaemin.

"Ck, bermainlah dengan ini," Jaemin menurunkan Jaeno, lantas memberikan satu mainan pada Jaeno, dan ya anak itu diam sambil tertawa sesekali dengan mainan barunya.

"Sarapan sudah si-" Haechan menghentikan ucapannya ketika melihat Jaeno memegang sebuah pistol ditangan Jaeno, dan itu bukan pistol mainan melainkan pistol asli.

"Pistolmu bukan mainan untuk anak-anak," Haechan memukul kepala Jaemin cukup keras, membuar si empu mengaduh sambil mengusap kepalanya.

"Makhluk itu menyebalkan," jawab Jaemin.

"Dia bukan 'makluk itu', dia anakmu," Haechan mengambil pistol dari Jaeno, mengendong anak itu yang hanya diam seperti biasanya.

"Waktunya makan," Haechan berucap, namun karena Jaemin tak kunjung menutup laptopnya meski dirinya menunggu ia menendang sekali paha Jaemin yang duduk lesehan itu sambil mengulangi perkataannya.

"Makan," dan setelah itu Jaemin meletakkan laptopnya untuk pergi sarapan.

Hari Minggu seharusnya dikhususkan untuk beristirahat, maka dari itu Haechan tidak ingin Jaemin bekerja di hari Minggu. Jadi setelah sarapan dan mandi, Haechan memaksa Jaemin untuk mengantarnya ke suatu tempat, berujung pada mereka yang pergi ke kebun binatang.

Haechan bersama Jaeno berjalan terlebih dahulu dan dibelakang mereka Jaemin mengikuti, meski menggunakan sepeda dorong namun Jaeno memilih untuk berjalan. Oh, Jaeno adalah hybrid juga, anak itu memiliki ekor dan telinga cheetah seperti milik Haechan.

Ekor anak itu melambai kesana kemari, menandakan jika ia menikmati kegiatannya, beberapa orang bahkan anak-anak memperhatikan mereka, tak jarang anak-anak seumuran Jaeno mendekat untuk memegang telinga Jaeno.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rendezvous (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang