26

1.1K 145 16
                                    


Sejak mereka pulang dari makan malam itu, Jaemin lebih banyak memperhatikan Haechan, sering terlalu intens sampai membuat Haechan heran. Namun saat ia bertanya apakah Jaemin membutuhkan sesuatu, pria itu tidak menjawab apa-apa dan malah meneruskan pekerjaannya seperti tidak terjadi apa-apa.

Hari ini mereka pergi ke kantor seperti biasa, Jaemin bekerja dan Haechan duduk disofa yang ada diruangan Jaemin sambil bermain ponsel. Kegiatannya semenjak mereka mengurangi pekerjaan membunuh orang hanya bermain ponsel atau merapikan ruangan Jaemin.

"Aku bosan, apakah aku tidak boleh mengambil pekerjaan lagi?" tanya Haechan sambil menoleh kepada Jaemin,

"Anak-anak sudah mengambil seluruh misi minggu ini," jawaban Jaemin membuat Haechan mengerucutkan bibirnya,

"Aku sangat bosan," Haechan berdiri dari sofa dan hendak berjalan keluar,

"Mau kemana?" tanya Jaemin,

"Aku ingin bingsu di depan," jawab Haechan, Jaemin ikut berdiri dari duduknya sambil membawa laptop miliknya yang sudah dilipat.

"Tuan, anda mau kemana?" tanya Haechan,

"Pergi memakan bingsu," jawab Jaemin,

"Tuan, anda tidak perlu mengantarkanku," ucap Haechan.

"Tidak ada penolakan," jawaban Jaemin membuat Haechan tidak bisa membantah lagi dan mereka pergi keluar dari gedung perusahaan.
Seperti perusahaan lainnya, ada tatapan tidak mengenakkan dari karyawan lain yang suka sekali menggosip. Haechan tak pernah menanggapinya, orang-orang itu jauh dibawahnya -kata Jaemin-.

"Kemana Jeno?" tanya Haechan, ia tidak mendapatkan kabar apapun tentang Jeno hari ini, anak itu pergi sendiri entah kemana dan pesannya bahkan tidak dibalas.

"Aku ada disini, kenapa kau mencari dirinya?" tanya Jaemin dengan nada ketus,

"Aku hanya bertanya Tuan, maaf," ucap Haechan, mereka kini berada di pinggir jalan dan hendak menyebrang ke seberang dimana tempat penjual bingsu.

Keduanya hanya terdiam beberapa saat sebelum Jaemin meraih tangan Haechan dan menggandengnya ketika mereka menyebrang saat lampu lalu lintas berwarna hijau untuk pejalan kaki.

Begitu mereka sudah sampai di tempat makan itu, Jaemin membiarkan Haechan memesan sementara dirinya kembali membuka laptop miliknya dan kembali bekerja.

Sembari menunggu pesanannya datang, Haechan menumpu kepalanya dengan kedua tangan sambil melihat ke jalanan sesekali melirik Jaemin yang terlihat serius saat bekerja.

"Tuan, apa kau cemburu pada Jeno?" pertanyaan Haechan sontak membuat ketikan jari Jaemin pada keyboard berhenti sejenak,

"Pertanyaan bodoh," jawabnya. Namun dari situ juga Haechan menyadari jika Jaemin memang sedang cemburu, mungkin?

Ketika pesanan Haechan datang, anak itu juga menerima sebuah pesan dan ternyata dari Jeno yang mengabari jika dirinya sudah di jalan menuju ke kantor. Setelah membalas pesan dari Jeno, Haechan memakan es serutnya. Di depan Jaemin, pria itu tahu apa yang sedang dilakukan oleh Haechan di ponselnya lewat laptop miliknya.

"Senang sekali hanya membalas pesannya," batin Jaemin.

"Tuan, cobalah ini," Haechan menyuapi Jaemin, pria itu menerima suapan dari Haechan, porsi patbingsu yang disajikan memang cukup besar, agar ia bisa memakannya dengan Jaemin karena tahu Tuan-nya itu tidak akan mau memesan untuk dirinya sendiri.

Ketika Haechan kembali menyuapi Jaemin, bukannya memakan suapan Haechan, Jaemin malah bangkit lalu mencium bibir Haechan, memberikan lumatan kecil sebelum pria itu kembali duduk seperti semula seperti tidak terjadi apapun, membuat Haechan keheranan. Tuan-nya ini sangat susah sekali untuk ditebak.

Rendezvous (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang