21

1.1K 156 10
                                    

Hari ini, ajakan Jeno benar terlaksana. Mereka berdua kini berada di ruang training yang ada di rumah besar itu, tidak ada Haechan dan hanya mereka berdua yang ada disana. 

Baik Jeno maupun Jaemin kini sedang melilitkan kain pelindung ke tangan mereka, setidaknya bisa mengurangi rasa sakit jika terkena nantinya. Meskipun mereka berdua yakin tidak akan berpengaruh banyak. 

Jeno dan Jaemin naik keatas matras, saling berhadapan sebelum Jeno mengambil satu langkah untuk menyerang Jaemin terlebih dahulu. Jaemin menghindar dengan mudah, memberikan balasan kepada Jeno lewat pukulan lalu tendangan. 

Keduanya saling melempar pukulan dan tendangan, hingga Jeno berhasil mengenai wajah Jaemin. 

"Kau berkembang cukup banyak semenjak ada Haechan," kali ini Jaemin tidak akan melunak, Jaemin tahu jika kekuatan mereka sama, sejak 10 menit lalu mereka sepertinya hanya saling mengetes satu sama lain. 

Tatapan keduanya berubah lebih tajam ketika mereka kembali melawan satu sama lain, Jeno dan Jaemin sama-sama terluka, mereka akan keluar dari ruangan itu dalam keadaan lebam dan bisa jadi mereka bahkan mengalami retak tulang. 

Haechan yang sedang belajar membuat menu baru di dapur terkejut saat mendengar suara benturan keras, meskipun tidak di dengar oleh manusia biasa tetapi telinganya mendengar suara benturan itu. 

Masih dengan apron yang menempel di tubuhnya, Haechan berlari menuju ke sumber suara yang ada di ruang latihan. Ketika Haechan membuka pintu, ia terkejut melihat bagaimana berantakannya Jeno dan Jaemin, bahkan ada banyak benda yang terjatuh. 

"Kalian sedang adu kekuatan ya?" tanya Haechan, 

Jeno dan Jaemin menoleh, mendapati Haechan yang ada di pintu dan berjalan menghampiri mereka dengan tenang. 

Jaemin melepaskan cengkramannya pada Jeno, keadaan mereka berdua sama-sama buruk, luka dan darah dimana-mana. Haechan menghela nafasnya, tentu saja dia akan menghampiri Jaemin terlebih dahulu karena pria itu adalah Tuan-nya. 

"Tuan, sebaiknya anda mandi," ucapan Haechan dihiraukan oleh Jaemin, pria itu menahan tangan Haechan. 

"Haechan, diantara kami berdua siapa yang kau pilih?" pertanyaan Jaemin menimbulkan raut kebingungan, namun itu tak lama karena Haechan langsung menjawab.

"Tentu saja Tuan Jaemin, dia pemilikku. Aku tidak berhak memilih," jawab Haechan. 

"Sebenarnya apa yang kalian lakukan?" tanya Haechan. Tak menjawab, Jaemin malah tersenyum lalu menatap Jeno, 

"Aku yang akan menentukan jadwalnya," setelah itu Jaemin berjalan keluar dari ruang latihan, 

"Kau juga mandi Jeno," Haechan menunjuk Jeno dengan sendok kayu ditangannya sebelum menyusul Jaemin yang keluar dari kamar mandi. 

Bukannya keluar dari ruang latihan, Jeno malah duduk diatas matras sambil menetralkan nafasnya yang masih memburu, tak peduli dengan luka dan darah yang mengucur di pelipisnya.

Sebuah senyum terukir di bibir Jeno, sudah lama ia tak bertanding dengan Jaemin seperti hari ini.

"Haechan benar-benar membuatmu berubah," ujar Jeno.

Haechan sedang membantu Jaemin mengeringkan rambutnya, setelah berendam air hangat untuk merilekskan tubuh Jaemin, Haechan mengobati luka pada tubuh Jaemin.

"Tumben sekali Tuan berkelahi sampai semengerikan itu dengan Jeno," ujar Haechan yang masih mengusak rambut Jaemin dengan handuk, sementara pria itu duduk sambil bersedekap dipinggir kasur.

"Kami sedang menentukan jadwal," balasan Jaemin membuat kening Haechan bertaut, apa dia tertinggal info penting tentang jadwal Jaemin? 

"Jadwal untuk apa?" tanya si manis, 

Rendezvous (Nahyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang