HY × 02

3.2K 174 0
                                    

Vale telah memutuskan untuk mengabaikan keberadaan Max, tidak menyiksa dan menjauhinya. Tapi ia akan tetap memperhatikan Max diam-diam. Omong-omong sudah seminggu Vale berada didunia novel dan ia jarang melihat atau bertemu Max.

Kalaupun bertemu, Max pasti akan selalu menghindarinya. Padahal Vale agak kepikiran tentang keadaan Max setelah mendapat hukuman cambuk dari Argo. Itu pasti terasa sangat sakit sekali.

"Dan...hah gue lupa kalau novel yang gue baca berlatar SMA. Gue males banget belajar lagi dan ketemu matematika."

Vale saat ini berada didalam mobil dalam perjalanan menuju sekolahnya yaitu Haresta Senior High School. Sudah seminggu ia tidak masuk dan hanya dirumah saja karena Argo masih belum mengizinkannya untuk kembali sekolah.

"Nona."

"Hm?"

"Kita sudah sampai."

Valepun terbuyar dari lamunannya. Ia mengangguk. "Terimakasih Pak Asep."ucap Vale singkat sebelum kemudian turun. Pak Asep lalu pamit pergi dan segera meninggalkan Vale. Sedangkan Vale menatap bangunan sekolah dihadapannya.

Kakinya mulai melangkah tanpa mempedulikan banyak pasang mata yang menatap ke arahnya.

"Gila! Si Rubah jadi tambah cantik sejak sakit."

"Tapi dia sakit apa, Weh?"

"Gue denger-denger kalau si Rubah sempet cek-cok sama Leon dideket kolam renang dan berakhir si rubah tenggelam."

"Njir. Queen bullying udah balik."

"Siap-siap si Max dibully lagi sama dia."

"Kasihan Max, padahal dia ganteng dan baik malah punya saudara tiri jahat kek gitu."

Vale menghela nafas mendengarnya dan berusaha abai. Vale tahu bahwa ia bisa berada dirumah sakit karena tenggelam akibat didorong oleh Leon si tokoh utama laki-laki dan itu sama sekali bukan salah Max hingga Max harus dapat hukuman cambuk.

Ia kembali menghela nafas entah untuk sekian kalinya sambil merutuki Valeria asli dalam hati karena telah menjadi saudara tiri yang jahat. Kepalanya mendongak saat merasakan seseorang berdiri dihadapannya dengan tangan terulur.

"Biar saya bawakan tas, nona."

Itu adalah Max. Vale menatapnya datar dan pergi mengabaikan Max, "Mulai sekarang lo gak perlu lakuin hal yang gue suruh dan jangan panggil gue nona."

Max terdiam lalu berbalik menatap punggung Vale yang terus berjalan pergi mengabaikannya. "Baik, no--Ale."ucap Max kecil dan tanpa ada yang menyadari jika ia menyeringai kecil.

📖📖📖

"Hah..."

Vale sangat malas dengan pelajaran matematika. Ia menumpu wajahnya dengan satu tangan dan melihat ke arah jendela yang langsung menampilkan pemandangan lapangan basket.

Disana kelas XII MIPA 1 terlihat sedang bermain basket yang laki-laki. Sementara yang perempuan duduk saja sambil menyemangati.

Oh, Vale juga melihat sosok Max. Ia tersenyum tipis melihat penampilan Max yang saat ini terlihat hot dengan pakaian basketnya dan keringat ditubuh. Sepasang mata biru Vale membulat saat melihat Max ditarik paksa tiga orang pergi.

BRAK!

"Ada apa Valeria?"

Vale segera pura-pura sedang menahan perutnya yang sakit, "Maaf Bu. Perut saya sedang sakit sepertinya. Boleh saya izin ke UKS?"

"Kamu mau diantarkan?"

"Tidak perlu, Bu. Saya masih bisa sendiri."

"Baiklah, silahkan pergi."

"Iya, Bu. Makasih."ucap Vale dan segera pergi keluar kelas. Ia secepatnya berlari menuju lapangan basket. Dipertengahan jalan, Vale melihat dari kejauhan Max yang ditarik paksa menuju gudang belakang sekolah yang sudah tidak terpakai.

"Ck. Gue gak mau ikut campur dalam kehidupan tokoh novel. Tapi gue gak bisa. Mereka mau ngapain Max, sialan!"

📖📖📖

Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa. Follow? Kalau kalian mau tahu info tentang gue dan cerita lainnya. Kalau minta follback bakal gue follback kok ^^

(Selasa, 26 Desember 2023)

Help You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang