"Ah..habis."ucap Vale agak lega tidak peduli dengan jaga image-nya di hadapan Max, Olivia maupun Alard. Tapi Vale menatap mangkok mie ayam Max yang masih setengah utuh dari sudut ekor matanya.
Sebenarnya Vale masih ingin makan mie ayam lagi. Biasanya dia di dunia nyata bisa menghabiskan minimal dua mangkok dan maksimal lima mangkok mie ayam.
"Mau lagi, Hm?"
Tanpa sadar Vale menatap berbinar pada Max dan menganggukkan kepalanya dengan sangat bersemangat. "Gue mau. Gue masih mau lagi."serunya keras.
Sesaat kemudian Vale merutuki tingkahnya yang seperti anak kecil padahal diri aslinya sudah berumur 20 tahun. Vale ingin menenggelamkan dirinya saja karena terlalu malu.
Kekehan merdu terdengar berasal dari Max. Max tersenyum tipis menatap Vale dan memberikan mangkok mie ayamnya, "Kamu mau lagi kan? Makan saja punyaku."
"Ta..tapi emangnya lo nggak lapar, Max? Nggak usah, gue udah kenyang kok."
Olivia yang melihat kegengsian Vale pun memutar kedua bola matanya jengah, "Udahlah, Vale. Lo terima aja. Kalau lo gengsi yang ada mie ayam punya Max keburu lenyap, gak jadi lo makan."
Vale berdecak kesal dan menatap tajam Alard. "Lard. Lo kandangin tuh singa lo."ucapnya datar pada Alard sebelum menerima mangkok mie ayam milik Max dengan senyuman cerah secerah matahari menyinari dunia.
Olivia mendengus mendengar perkataan Vale, "Enak aja ngatain gue singa. Gue cewek cantik dan sexy kayak gini malah lo samain kek singa."
"UHUK! UHUK!", Vale tersedak dan dengan sigap Max memberikan segelas es teh membantu Vale minum sambil mengelus punggungnya.
"Makan pelan-pelan. Gak akan ada yang rebut. I will stay in here for you, baby."
Melihat kemesraan Max dan Vale membuat Olivia jadi panas-dingin karena iri. "Gue jadi pengen punya cowok perhatian Max."gumam lirih Olivia yang masih bisa didengar oleh Max dan Alard. Yah pendengaran Max dan Alard bisa dibilang cukup tajam.
"Gue bisa."
"Gue bisa? Lo bisa apa Ar? Jangan terlalu irit bicara, gue nggak tahu maksud omongan lo."
"Gue bisa jadi cowok perhatian buat lo."
"Hahaha. Lo? Perhatian? Nggak lu---"ucapan Olivia terhenti karena mendadak Alard membalikkan tubuhnya dan mengikat rambut panjangnya tanpa aba-aba.
"A...Alard?"
"Gue tahu lo dari tadi nggak nyaman karena rambut panjang lo."
"....", Olivia tidak menjawab. Ia hanya diam dengan satu tangan menyentuh dada kiri tempat jantungnya berdetak cepat dari biasanya dan satu tangan lagi menutup wajah yang ia yakini sekarang berubah memerah.
"PFT! HAHAHA KOMUK LO KOCAK JUGA, VI! SALBRUT GAK TUH, HAHAHA!"
📖📖📖
"MAXWELL! TURUNIN GUE OGEB! GUE MALU, NJING!"
Saat ini Max dan Vale akan pulang terlebih dahulu dikarenakan kaki Vale yang masih sakit. Masalahnya, Vale sangat malu sekarang karena Max terus menggendong tubuhnya dari sejak keluar UKS hingga mereka masuk ke dalam mobil.
Terlebih para siswa-siswi yang langsung menjerit heboh bahkan ada yang memfoto dan merekam mereka saat masih perjalanan di lorong kelas. Tangan Vale masih mencengkram kerah Max dengan gemetar.
Max tetap santai dengan Vale dipangkuannya dan memeluk tubuh mungil gadisnya. "Pak Asep, segera pulang."titah Max pada Asep yang memang menjemput mereka. Perlahan mobil meninggalkan Haresta Senior High School itu.
"Max, sialan! Kenapa lo gendong gue! Gue malu!"
"Terus kamu mau jalan sambil kesakitan di kaki, hm?"
"Eng..enggak."
"Tidurlah."
📖📖📖
Haha maaf ya kalau ceritanya agak gaje.
Jangan lupa koment, vote dan follow akan gue. Kalau vote doang gak apa. Follow? Kalau kalian mau tahun info tentang gue dan cerita lainnya. Kalau minta follback bakal gue follback kok ^^
(Rabu, 03 Januari 2023)
KAMU SEDANG MEMBACA
Help You (END)
Teen Fiction"Ssh..sakit..to..long..to..longin..gue..siapapun..." Vale menatap datar Max yang sedang meringkuk tidak berdaya disudut gudang. Ia lalu menghampirinya dan membantu Max berdiri dengan agak susah payah karena tubuh Max itu cukup berat. "Ale?" "Hm. Le...